Ketakutan

849 114 24
                                    

Satu minggu setelah kejadian tersebut, Ve tidak menampakkan diri dari apartemennya. Hanya Shania dan Jeje yang mengetahui bagaimana pastinya seorang Jessica Veranda saat ini.

Hal yang sama juga terjadi pada Naomi. Bahkan Sinka dan Kell melihat Naomi semakin parah daripada sebelumnya.

"Kenapa orang jatuh cinta jadi bodoh, patah hati jadi ga punya otak sih, bang?" tanya Sinka menatap Kell yang sedang membuat sarapan untuk mereka bertiga.

"Makanya jatuh cinta, dut. Jadi tau gimana rasanya jadi bodoh" ucap Kell yang sedang memotong wortel untuk toping omeletnya.

"Udah, bang. Cuma gw kalo jatuh cinta ga terlalu pake hati, bang" ucap Dudut sembari memakan buah apel yang sudah ia gigit setengahnya.

"Kasian ya pacar lo" Kell tersenyum melirik ke arah Sinka dan melanjutkan kegiatannya. "Mirror ya, bang" Sinka melirik Kell malas dan mulai memainkan hpnya.

"Kenapa, dut?"

"Males drama, bang. Minimalisir sakit hati. Toh nanti juga gw akan pake hati pada pasangan hati seumur idup"

"Cuma idup aja? Kalo dia atau lo mati duluan gimana? Kalian bukan pasangan lagi?"

"Duh.. Bang. Kok pagi-pagi udah berat sih bahasannya?"

"Iya, cuma gw juga bingung, dut"

"Abang percaya adanya akhirat?"

"Percaya"

"Reinkarnasi?"

"Ga percaya, tapi maunya ada"

"Kalo bisa reinkarnasi, abang mau jadi apa atau siapa?"

"Belum kepikiran. Lo, dut?"

"Gw ga percaya, bang. Gw percaya adanya akhirat, surga dan neraka. Udah mati, ya selesai urusan dunia, masuk ke urusan akhirat"

"Gitu ya. Kalau seandainya ada. Lo mau jadi apa, dut?"

"Belum mikir, bang. Masih males mikir"

"Dasar"

"Percaya akhirat ya, bang? Terus gimana soal pasangan tadi, bang? Kalo salah satu mati duluan, dia bukan jodohnya dong, bang?"

"Loh kok gitu?"

"Ya kalo yang masih idup ternyata nikah lagi, masa jodohnya dua atau tiga atau berapapun gitu?"

"Eh iya juga sih. Tapi kalo ga nikah lagi gimana?"

"Ya itu yang namanya jodoh sehidup semati. Kan gw nanya yang nikah lagi, bang"

"Duh.. Gw bingung, dut"

"Terus lo gimana, bang? Bini lo kan dimana-mana ada ya?"

"Heh.. Tuh mulut ya. Gw belum nikah, dut"

"Belum nikah sih... Tapi benih ada dimana-mana"

"Hahahahaha benih.. Lo pikir anak gue tumbuhan"

"Lah kan lo yang bilang gitu"

"Naomi ya yang bilang gitu"

"Oh iya lupa. Terus gimana mereka, bang?"

"Kan bukan maunya gw, dut. Mereka yang minta. Ya kalo gw mampir ke negara mereka, pasti gw samperin. Padahal gw bilang ga bisa komitmen, eh mereka tetep keukeuh. Gw harus apa?"

"Dasar penebar benih sok cakep lo" ucap Naomi yang duduk di samping Sinka dan mengambil apel di hadapannya.

"Nih anak ya. Dateng-dateng langsung nyela aja" kesal Kell yang sudah siap dengan omeletnya.

"Masak apalagi?" tanya Naomi mengacuhkan ucapan Kell sebelumnya. "Lo mau apa?" tanya Kell menatap Naomi. "Ayam lada hitam" jawab Naomi menggigit apelnya.

"Oke siap. Ga mandi lo?" tanya Kell melirik ke arah Naomi sembari mengambil ayam dari kulkas. "Udah. Ga keliatan ya?" tanya Naomi menatap Sinka dan Kell bergantian.

Sontak keduanya menggeleng bersamaan.

"Mandi apa tayamum, ci?" tanya Sinka yang sukses membuat Kell tertawa terbahak. "Hahahahahahaha tayamum hahahahaha" Kell memegang perutnya dengan tawanya yang masih menggelegar.

"Emang lo tau tayamum, bang?" tanya Sinka dengan wajah datar menatap Kell. "Tau lah. Kalian yang mau wudhu tapi ga ada aer itu kan?" tanya Kell yang membuat Sinka menganggukkan kepalanya.

"Seneng banget lo. Sialan. Ya nanti sore gw keramas dah" kesal Naomi menghabiskan apelnya.

"Lo udah bangkit, ci?" tanya Sinka melirik mengejek ke arah Naomi. "Lo pikir gue hantu, pake bangkit segala?" Naomi melirik Sinka malas dan mulai mengaktifkan hp nya sedangkan Sinka hanya diam, malas menanggapi ucapan Naomi.

"Tuh hp baru aktif? Ngapain aja lo dikamar? Nangis doang?" tanya Kell yang mulai memasak ayam lada hitam pesanan Naomi.

"Tidur, mandi, makan, nonton, nulis, baca, ngetik juga kok" jawab Naomi yang hanya melihat banyak notif masuk di layar hp nya.

"Ples ngerokok" kesal Sinka menatap wajah samping Naomi. "Ga yang berat kok" jawab Naomi santai. "Tetep aja judulnya ngerokok" kesal Sinka memutar tubuhnya menatap Naomi.

"Rokok apa?" tanya Kell memecah aura yang akan menjadi panas diantara kedua beradik di hadapannya.

"Dunhill putih" jawab Naomi tidak menghiraukan tatapan emosi Sinka. "Iyasih ga berat tapi kenapa harus ngerokok?" tanya Kell melirik ke arah Naomi.

"Iseng"

"Iseng?" Sinka membeo pernyataan Naomi yang dijawab anggukan oleh Naomi.

"Yeaayyy.. Ayam lada hitamnya jadi. Makan dulu yuk" ucap Kell menengahi karena ia tahu Sinka sedang dipenuhi amarah.

"Urusan kita belum kelar, ci" kesal Sinka membawa omelet ke meja makan. Naomi menatap sendu pada punggung Sinka. Maaf batin Naomi mengikuti Sinka menuju meja makan. Sedangkan Kell tersenyum melihat kelakuan dua wanita yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri.

Lain halnya dengan Naomi yang mencoba keluar dari kamarnya, Ve justru sedang tertidur dibalik selimutnya.

"Je.. Kapan Ve terakhir makan?" tanya Shania menatap Jeje. Saat ini mereka sedang berada di ruang TV apartemen Ve dan menonton film bersama.

"Semalem makan kok dia. Kayaknya begadang nonton film makanya belum bangun" ucap Jeje mengambil popcorn di pangkuan Shania. "Bagusdeh" Shania menganggukkan kepalanya dan kembali menonton.

"Eh tapi, Je. Beby kaya pernah liat Ve di club milik Melody. Lo kenal dia?" tanya Shania melirik Jeje. "Iya tau. Dia salah satu klien Ve. Kapan liatnya? Kayaknya Ve ga pernah keluar ruangan deh" ucap Jeje merasa janggal.

"Beby juga lupa" sesal Shania yang dijawab anggukan oleh Jeje. "Tapi, Je.." ucap Shania menggantung kalimatnya. Jeje menatap Shania bingung. "Ga jadi" ucap Shania tersenyum dan fokus pada tontonan mereka.

Jeje mengindikkan bahu dan kembali menonton juga memakan popcornnya. Sementara Shania sedang disibukkan oleh pemikirannya.

"Gw keluar bentar ya" ucap Jeje setelah membaca chat dari seseorang. "Oke. Gw juga mau tidur" ucap Shania yang dijawab anggukan oleh Jeje.

Jeje mengambil tas dan kunci mobilnya lalu berjalan keluar ruangan sedangkan Shania mengambil bantal, mematikan TV dan mulai tertidur di atas sofa.

Ketika sore, Shania juga keluar untuk bertemu dengan Beby. Ia sudah menghubungi Jeje. Karena antara dirinya dengan Jeje sudah terdapat kesepakatan bahwa mereka akan selalu ada yang disamping Ve.

Hingga pada malam hari, Shania lebih dulu kembali ke apartemen. Setelah membersihkan badan, Shania mencoba untuk membuka pintu kamar Ve guna mengecek keadaan Ve.

Namun yang terjadi adalah ia segera menghubungi Jeje.

"Halo"

"Halo, Je. Lo dimana?"

"Di resto. Lagi makan. Kenapa?"

"Bisa ke apartemen sekarang? Urgent"

"Oke. Tunggu gw"

Air mata Shania tidak berhenti mengalir. Ia sangat ketakutan. Takut akan semua hal yang selama ini ia takuti.

DivaWhere stories live. Discover now