Keesokan harinya, Sinka mengantarkan kakak-kakaknya ke bandara.
Mereka berjanji akan saling memberi kabar maupun bertemu saat senggang.
Mereka saling berpelukan dengan Ve memeluk paling akhir.
"Meskipun kamu hanya adiknya, keberadaanmu menghangatkan hatiku yang membeku, dek. Terima kasih. Bila kamu berjumpa dengannya. Sampaikan pelukanku. Aku merindukannya" ucap Ve yang enggan melepas pelukannya.
"Selalu yakin dan percaya, kak" ucap Sinka dan dibalas anggukan oleh Ve.
Tidak lama kemudian, Ve, Jeje dan Shania pergi menjauh meninggalkan Sinka untuk kembali ke Jakarta. Sementara Sinka kembali ke arah mobilnya.
Di dalam mobil, ia membuka hpnya dan mengirimkan chat untuk Cici tercintanya.
To : Ci Omi
She is flying... Without her wings... To my heart..
Naomi segera membalasnya dengan sangat cepat.
To : Sinka Juliani
In your dreams, dude!
To : Ci Omi
Dia kesiksa, ci. Kalo kamu gamau. Aku siap nampungnya.
To : Sinka Juliani
Kamu tahu alasannya.
Kamu gamau kan aku kirim nuklir saat ini juga ke Bali?To : Ci Omi
Aku sedih melihatnya.
Ga usah sombong! Disini masih ada dia. Yakin ngirim nuklir?To : Sinka Juliani
Berhenti membahasnya. Aku banyak kerjaan.
Sinka menghela napas membaca chat terakhir Naomi. Tanpa terasa air matanya telah turun membasahi pipinya.
***
"Ve.." panggil Shania ketika melihat Ve yang sedang memandang poto dirinya dan Naomi.
"Bagaimana?" tanya Shania melirik ke arah poto VeOmi.
"Aku tetap pada rencanaku. Dan cahaya itu semakin jelas, Shan. Aku yakin dan harus yakin. Dukung dan doakan aja" ucap Ve memeluk poto mereka dan terpejam.
JeShan menghela napas dan saling pandang kemudian tersenyum. Mereka mengangguk lalu ikut memejamkan matanya.
***
"Bagaimana, sayang?" tanya Papah Naomi menatap anaknya yang sedang berkutat dengan laptopnya.
"You can get what do you want" ucap Naomi datar tanpa menoleh ke arah Papahnya.
"Makasih, sayang" ucap Papah Naomi menatap sendu ke arah anaknya.
"Tapi ingat tentang perjanjian itu" ucap Naomi memperingati. Papah Naomi mengangguk pasti dan membuat Naomi tersenyum sangat tipis.
***
Sinka membuka laptopnya dan mendapati sebuah pesan dari orang yang sangat ia kenal.
Ia tersenyum tipis dan mulai menggerakkan jari mungilnya ke atas keyboard laptopnya dengan sangat lincah bahkan tanpa melihat ke arah keyboard lagi.
"Sent!" gumamnya pelan setelah memencet tombol enter.
Ia tersenyum dan menyandarkan punggungnya pada sofa yang menurutnya sangat nyaman.
"Tanpa batas" gumam Sinka dan mulai membuat sarapan di dapurnya.
***
Ve, Jeje dan Shania telah sampai di Jakarta. Mereka kembali ke tempat tinggal masing-masing.
