"Jika pada akhirnya bertemu, aku inginkan itu selalu."
Riuh dari luar membuat percakapan kecil di ruangan berukuran cukup luas itu terlihat hening. Tampak gadis itu diam tertunduk, harap-harap cemas, meskipun ia tahu, masa putih abu-abu tidak akan seindah dengan novel fiksi remaja yang sering ia baca.
Nampak pria dengan pakaian rapi dan rambut yang nyaris memutih itu menganggukan kepala tanda mengerti "Sekolah dapat memberikan toleransi akan hal itu, Pak." ucapnya.
Pria di samping gadis itu bernafas lega, kemudian beranjak dari duduknya dan segera berjabat tangan "Baik Pak, terima kasih atas pengertiannya."
Sebelum pergi dari ruangan, ia memegang pundak putri semata wayangnya, menatapnya penuh harap "Kamu jaga diri ya sayang, pulang nanti Pak Didit bakal jemput." ucapnya menenangkan.
Gadis bermata coklat itu hanya tersenyum sambil mengangguk sampai akhirnya sang Ayah beranjak dari duduk dan menghilang dari ruangan.
"Nah, sebelum kelas dimulai, sebaiknya kamu bertemu dengan wali kelas kamu dulu, biar Bapak antar." Kepala Sekolah kemudian berdiri dan gadis itu mengikuti.
Suasana sekolah yang masih asing baginya membuat ia merasa sedikit gugup, belum lagi ia harus beradaptasi karena baru bisa menginjakkan kaki di kelas 10 lebih lama 3 bulan dari murid seusianya.
Jasmine Nararya, gadis imut dengan rambut hitam panjang, tubuhnya cukup mungil untuk seukuran anak 16 tahun, ia senang menonton film atau sekedar berlibur ke alam bebas.
Sayangnya, ia tidak akan bisa melakukan hal itu karena ia tidak tahu harus melakukan hobinya dengan siapa. Jasmine tipe anak yang senang keramaian, ia suka bergaul dengan yang lainnya. Hanya saja, gadis itu sudah seperti menyatu dengan dunianya sendiri, kesepian.
Jasmine tiba di ruangan guru dan segera bertemu dengan wali kelasnya.
"Nama Ibu, Bu Stevi, kalau ada masalah dengan teman sekelas atau lainnya, kamu bisa konsultasi sama ibu, jangan malu yah. Ibu malah suka bisa dekat sama murid sendiri." wanita jilbab di depan Jasmine memperkenalkan diri.
Seperti biasa, gadis itu akan mengangguk dan tersenyum "Iya, Bu. Saya harap teman-teman di kelas juga bisa nerima saya."
Bel masuk berbunyi menandakan proses belajar mengajar akan segera dimulai, Bu Stevi lalu beralih merapikan mejanya "Udah bel, kita masuk kelas sama-sama ya."
Jasmine menyusuri tiap koridor dengan pandangan mata meneliti, memperhatikan tiap detail sekolah barunya itu. Sekolah itu cukup luas dan Jasmine sepertinya membutuhkan tour guide dadakan jika ingin mengetahui lebih banyak.
Stevi masih setia berjalan di depan Jasmine, dan Jasmine masih setia mengekor di belakangnya. Kemudian langkah Stevi terhenti pada salah satu ruangan kelas, Jasmine ikut memberhentikan langkahnya.
"Nah, kelas kamu disini, 10 B, lantai dua menghadap ke utara. Ayo masuk."
Stevi membuka pintu kelas dan mendapati murid-muridnya yang segera kembali ke tempat duduk semula, suasana riuh seketika berubah menjadi hening, apalagi pandangan mereka tak bisa lepas dari murid baru yang datang bersamaan dengan Stevi.
Jasmine membalas tatapan-tatapan penasaran itu, tak sedikit yang berbisik memasang wajah keingin tahuan mereka akan 'makhluk' tambahan di kelas mereka.
"Assalamualikum Waramatullahi Wabarakatu, Selamat pagi anak-anak." sapa Stevi dan segera dibalas serempak oleh anak walinya.
"Wih keliatannya pada semangat hari ini yah." Stevi tersenyum melihat reaksi 30an murid di hadapannya "Ya, kali ini 10 B ada murid baru, kenalin diri kamu sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dareen
Teen FictionIni bukan tentang dia yang dingin dan irit bicara. Bukan tentang dia yang biang rusuh seantero sekolah. Bukan pula tentang dia yang tampan membuat meleleh hati para wanita. Bukan. Ini tentang Dareen. Cowok yang rela meluangkan waktunya untuk memasti...