LIMA

3.7K 236 3
                                    

"Cepat atau lambat, aku yakin rasa itu akan menyusup masuk ke dalam hatiku yang rapuh bagai abu."

Hening. Jasmine bahkan bisa mendengar bunyi jam dinding yang teratur di telinganya, langkah kaki dari luar ruangan 'pun dapat terserap baik di telinganya.

Cewek itu masih duduk di ranjang, menatap lurus dengan pikiran yang beradu. Bagi Jasmine, mimisannya barusan sudahlah  hal lumrah yang sering ia alami, bukan sesuatu yang serius karena ia bahkan tidak merasakan sakit sama sekali. Tapi sepertinya hal itu tidak berlaku pada seorang Dareen.

Mungkin, karena Dareen termasuk petugas UKS, membuatnya peka terhadap orang lain dan juga hal itu membuat dirinya begitu overprotective. Jasmine bisa memaklumi hal itu, bukan karena Dareen aneh seperti yang dibicarakan Chika, hanya saja bagi Jasmine sepertinya Dareen memang harus.

Di ruangan berukuran cukup luas itu, hanya ada Jasmine dan seorang siswi yang mengeluh kram perut karena menstruasi. Tadi Dareen sempat memberinya kompres air hangat untuk perut siswi itu dan segelas teh hangat untuk diminumnya.

Sementara Dareen memberi kompres es batu untuk ditaruh di hidung Jasmine agar pembuluh darah di hidungnya tertutup, dengan begitu darah akan berhenti mengalir. Dan sepertinya memang benar, biasanya darah akan terus mengalir di hidung Jasmine selama 10-15 menit, tapi setelah diberi kompres es batu, pendarahan sudah bisa dihentikan.

Pintu UKS terbuka dan muncul sosok Dareen dengan kotak bekal yang tak asing bagi Jasmine, mata cewek itu menyipit bersamaan dengan Dareen yang menghampirinya "Lo belum makan." ucapnya dan segera menaruh kotak itu di atas nakas.

Jasmine memperbaiki posisi kompresnya di hidung "Ke kelas cuman ngambil ini?" tanyanya.

"Sekalian gue udah minta izin di ketua kelas kita, Nanda. Gue bilang lo sakit." jawab Dareen mengambil sebuah kursi dan duduk di sisi ranjang.

Jasmine menimbang-nimbang, membasahi bibirnya kemudian ia berucap "Thank's." bahkan untuk mengucapkan satu kalimat itu terasa berat bagi bibirnya.

"Gue curiga, apa karena lo ga sanggup liat materi seabrek ampe buat lo mimisan?"

"Gak kok!" sanggah Jasmine kemudian membuat Dareen terkekeh pelan.

Dareen lalu bangkit dari kursinya, berdiri tepat di hadapan Jasmine membuat cewek itu tersentak, kemudian Dareen maju lebih dekat dan Jasmine yang perlahan menegang di tempatnya "Masih berdarah?" tanyanya sambil mengambil kompres es batu yang di pegang Jasmine di hidungnya.

Jasmine akhirnya bisa bernafas lega, karena Dareen yang ternyata tidak ingin berbuat macam-macam, ya bisa jadi 'kan Dareen salah satu cowok bad yang sering mencuri kesempatan.

"Udah mendingan." Jasmine lalu beralih menatap siswi yang berada di ranjang yang lain tak jauh darinya.

Dareen lalu mengikuti arah pandangan cewek itu, mendapati Tari, siswi kelas 10 E yang sudah ia kenal karena sering berkunjung ke UKS dengan sakit yang sama tiap bulannya, kram perut.

"Tar, udah baikan?" tanya Dareen dan beralih menghampiri Tari yang sudah bangkit dari tempat tidur.

Cewek bernama Tari itu kemudian tersenyum, meskipun masih terlihat pucat "Udah kok, gue bisa balik ke kelas sekarang," jawabnya "Thank's ya Reen."

Tari kemudian melempar senyum tipis pada Jasmine dan dibalas oleh cewek itu, sampai Tari tidak terlihat lagi di ruangan.

Dareen lalu beralih menatap Jasmine, entah mengapa setiap melihat cewek itu, ia seakan terbawa pada penyesalannya dua tahun lalu, dimana ia ingin memutar waktu kala itu, merutuki dirinya sendiri karena kebodohannya.

DareenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang