DELAPAN BELAS

2.5K 196 5
                                    

"Cukup aku dan kamu saja, jangan sampai ada yang namanya dia."

Dareen kembali membenamkan wajahnya di atas tas ransel yang ia taruh di meja, hatinya gelisah dengan Jasmine yang tak kunjung menampakkan diri di kelas. Ia ingin menghubungi gadis itu tapi ia urungkan.

Kakinya melangkah kearah Chika yang tengah asik memainkan handphonenya, cukup malas mendapati Dareen yang sudah berdiri tepat di sampingnya.

"Napa lo?" tanya gadis itu.

Dareen menggaruk tengkuknya yang tidak gatal "Mm-h Jasmine kemana, Chik?"

Chika nampak berpikir dan berbalik ke arah bangku Jasmine di sampingnya "Eh iya ya, Jasmine belum datang? kiraiin dari tadi ada di samping gue."

"Yaelah, ditanyaiin malah nanya balik." cibir Dareen.

Chika beralih menatap jam tangannya, wajahnya berubah panik "Lima menit lagi masuk nih, kok Jasmine belum datang? dia ga ngabarin lo?"

Dareen memandang Chika dengan tatapan malas "Seharusnya gue yang nanya gitu."

"Apa dia telat? Lo line coba, Reen."

"Kenapa harus gue?"

"Karena kalo lo, gue yakin dia langsung balas." jawab Chika yakin.

Dareen menghela napas panjang "Ga guna banget sih lo jadi chairmate." ucap Dareen dibalas cengiran Chika.

Dareen akhirnya kembali ke bangkunya mengeluarkan handphone dari saku celananya dan segera menghubungi Jasmine.

Balon-balon chat itu tak kunjung dibaca, panggilan dari Dareen pun tidak diangkat. Merasa cemas, Dareen kembali menelpon di detik-detik terakhir bel masuk akan berbunyi.

"Iya, Reen?" ucap suara disana.

Kening Dareen mengerut, suara parau itu memang suara Jasmine, tapi terdengar begitu dipaksakan "Halo? Min? lo gapapa?"

Jasmine di ujung sana tengah berbaring di atas tempat tidur, menelan ludah berusaha seperti biasa "Aa-h iya, baik kok, cuman gue gabisa pergi sekolah hari ini."

"Kenapa? lo bolos ya? astagfirullah bolos itu gabaik--"

"Ngga Reen," potong Jasmine "Gue lagi masuk angin aja, ga enak badan."

"Masuk Angin? Lo mual ya? atau gimana?" tanya Dareen lagi, tipikal Dareen, ia akan kepo sampai ke akar-akarnya.

"Masuk angin biasa, dikerok ama Bi Ina juga udah enakan kok ini." jawab Jasmine sambil memandang Bi Ina yang masuk ke kamar gadis itu membawakan nampan yang berisi semangkuk bubur hangat, air minum serta beberapa strip obat.

Dareen memandang Pak Bakri yang sudah memasuki ruang kelas, murid-murid mulai diam siap menunggu aba-aba dari ketua kelas.

"Min, sorry gue ga bisa lama, udah masuk. Lo istirahat ya, jangan malas makan, oke?" ucap Dareen pelan.

"Iya." jawab Jasmine singkat.

"Nanti gue hubungin lagi, Assalamualaikum." Dareen akhirnya menutup sambungan telepon dengan perasaan aneh di dadanya.

"Siapa, Non?" tanya Bi Ina kepada majikannya itu.

Gadis berwajah pucat itu hanya tersenyum sebentar "Dareen, Bi."

"Oh yang waktu itu dibawaiin nasi goreng ya?" ucap Bi Ina "Kiraiin Cakra, yang kemarin bawa Non ke rumah sakit."

"Bi, apa Cakra tau kalau aku sakit?"

Bi Ina yang tengah membuka obat itu terdiam sejenak "Saya ngga ngasih tau Non, Pak Didit juga ngga. Soalnya dia nungguiin Non Jasmine kemarin lama banget."

DareenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang