"I gave you all my thoughts. Now i lost my mind."
"Yang gue tau, Jasmine Nararya adalah manusia paling tegaan."
"Hah?"
"Iya, lo tega. Tega ninggalin gue sendiri kemarin." gadis keturunan tionghoa itu masih memandang sohibnya yang baru saja datang.
"Lo kan tau, gue ga terbiasa ditinggalin, gue ga biasa sendiri." sambung Chika lagi.
"Lah?" Jasmine merespon datar karena sikap Chika di pagi-pagi sekali ini.
"Iya sorry gue ninggalin lo, tapi kan gue balik?"
"Mending gausah balik deh Min, lo mainin perasaan gue tau ga? pergi habis itu dateng lagi?" balas Chika membuat Jasmine ingin memukul wajah Chika dengan kursi yang ia duduki.
Jasmine memandang jam tangannya "Chi, ini masih terlalu pagi buat lo baper, entaran aja."
"Baper ga mandang tempat dan waktu, Min." balas Chika "Oiya, si Dareen nyariin lo kemarin."
"Iya tau."
"Tau darimana?"
Jasmine menatap Chika di sampingnya, tidak mungkin gadis itu terang-terangan bilang Dareen datang ke rumahnya membawakan seabrek obat, jangan.
"Kemarin dia nelfon." jawab Jasmine akhirnya.
Chika mengangguk dengan mulut membentuk huruf 'o' "Ternyata lo ditelfon beneran."
"Emang ada ditelfon boongan?" tanya Jasmine.
"Bukan itu maksud gue, gini ya, cowok paling mentok itu chat doang, kalau sampe dia telfon, tingkat kekhawatirannya itu begitu tinggi." jelas Chika "Apalagi kalau ke rumah bawa makanan atau something yang buat mood naik? aduh what a boyfriend materials."
Jasmine memandang Chika yang tersenyum sumringah dengan mata yang berkedap-kedip dengan tatapan yang mengarah ke langit-langit, seperti orang step.
Apaan, orang Dareen bawa obat. batin Jasmine.
"Ha, iya, semerdeka lo aja, Chi." balas Jasmine.
"Si Dareen belum dateng tuh, lo ga khawatir apa?"
Jasmine berbalik ke arah bangku Dareen, yang ia dapati hanya Mamat yang tengah memandangnya tanpa ekspresi.
"Halo, Mat." sapa Jasmine sambil tersenyum canggung dan kembali berbalik.
"Gimana? belum datang 'kan? lo telfon gih." ucap Chika sambil menyikut lengan Jasmine pelan.
"Kenapa harus gue?"
"Si Dareen juga bilang kayak gitu kemarin, ujung-ujungnya dia nelfon lo juga." Chika terkekeh pelan "Nih, pake hp gue kalau lo malu, tapi gue ga jamin diangkat sih." cibir gadis itu.
"Udahlah Chi, palingan dia lagi di UKS kan?"
"Lah?" ekspresi Chika berubah seketika "Kapan terakhir kali Dareen ke UKS? doi kan udah tiap hari masuk kelas, Min."
"Masa?" respon Jasmine seperti bertanya pada dirinya sendiri.
"Tuhkan, gue bener. Lo emang tegaan." jawab Chika "Dareen ngekhawatirin lo kemarin, dan lo biasa-biasa aja?"
"Gue harus gimana Chi? au ah serba salah gue di mata lo." Jasmine beralih mengambil handphonenya, masih dilema ingin menghubungi Dareen atau tidak.
Derap kaki itu perlahan mendekat, sampai akhirnya berhenti tepat di hadapan Jasmine. Napas itu juga terdengar jelas di telinga gadis itu.
"Min?" dari nada suara itu, Jasmine tahu itu bukan Dareen, seperti yang gadis itu harap tepat sebelum ia menengadah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dareen
Teen FictionIni bukan tentang dia yang dingin dan irit bicara. Bukan tentang dia yang biang rusuh seantero sekolah. Bukan pula tentang dia yang tampan membuat meleleh hati para wanita. Bukan. Ini tentang Dareen. Cowok yang rela meluangkan waktunya untuk memasti...