"Aku ingin menjadi seperti daun yang tertiup angin kemudian jatuh, dia selalu pasrah kepada siapa ia akan berlabuh."
"Kok ga pulang sih, Min?"
Udara di taman siswa itu masih sama, masih sejuk, dan pandangan Jasmine pun masih sama, terpaku pada gelang Cakra dengan pikiran yang beradu.
"Min?"
Sekali lagi, Cakra menyadarkan gadis itu dari lamunannya, Jasmine mengerjap sebentar dan menatap Cakra di sampingnya yang sudah lebih dulu menatapnya intens.
"Ah? Ada urusan bentar, Kak." jawab Jasmine akhirnya.
"Urusan? urusan apa dah? haha" nampak Cakra tertawa kecil, membuat Jasmine ingin sekali memeluk cowok itu dan mengatakan kemana dia selama 10 tahun ini.
Tiba-tiba sosok Dareen muncul dan langsung duduk di bangku taman yang cukup untuk tiga orang itu, Jasmine dan Cakra sama-sama terkejutnya karena kemunculan Dareen yang tiba-tiba.
Sepertinya Dareen memang mempunyai kemampuan teleportasi.
"Ii..ni Kak, mau belajar bareng temen," ucap Jasmine canggung, tiba-tiba saja suasana menjadi awkward seperti ini karena kemunculan Dareen.
Dareen tidak pernah menyapa Cakra, begitupun sebaliknya, hubungan mereka tidak lebih dari sebatas junior-senior dan bagi Dareen, tidak ada pula alasan bagi mereka untuk saling mengenal.
"Oh.. baru aja gue mau ajak lo pulang," Cakra lalu beranjak dari duduknya "Yaudah deh, lanjutin aja belajarnya, sorry ya ganggu."
"Ga, gapapa kok, Kak." sanggah Jasmine cepat "Lain kali juga bisa pulang bareng hehe"
"Oke gue pegang kata-kata lo," Cakra tersenyum "Salam sama Tante Irene ama Om Arya ya,"
Jasmine balas tersenyum "Salam sama Om Bagas, Tante Andine juga, Kak."
Cakra akhirnya berlalu meninggalkan Jasmine dan Cakra yang sama-sama duduk termangu di bangku taman itu.
"Min, bukannya lo lupa ya ama Cakra? kok lo bisa tau nama nyokap bokapnya?" suara Dareen akhirnya memecah keheningan.
Jasmine lalu berbalik ke arah Dareen "Gue udah inget, dia emang temen main gue dulu."
Dareen memberi tatapan yang tidak bisa diartikan oleh Jasmine "Jadi..?"
"Jadi gimana?" tanya cewek itu bingung.
"Kita jadi makan apa ngga nih, aduh ga pekaan banget sih lo," gerutu Dareen membuat Jasmine tertawa.
"Hahaha sorry, kode lo kurang keras."jawabnya sambil mengeluarkan isi dari tas kain yang ada di sampingnya.
"Oh, jadi alasan cewe ga peka itu karena kodenya kurang keras?"
"Yaiyalah,"
Dareen hanya mangut-mangut sambil memperhatikan Jasmine yang membuka bekal kotak orange dan kuning.
"Nih, dimakan ya. Bi Ina bakal kecewa kalo ga lo abisin," ucap Jasmine sambil mendekatkan kotak bekal kuning pada Dareen.
Dareen menerima pemberian gadis itu "Bi Ina siapa lagi?" tanyanya penasaran.
"Pembantu gue, lebih tepatnya sih mama kedua," jawab gadis itu "Kalo Pak Didit yang kemarin itu udah kayak bokap kedua gue."
Dareen menyendok nasi goreng itu kemudian memasukkannya ke dalam mulut, isian seperti telur, ayam dan bakso menyatu dalam lidahnya.
"Kenapa?" tanya Dareen masih penasaran "kenapa harus ada nyokap bokap kedua?"
Jasmine memandang lurus ke depan dengan tatapan kosong "Karena nyokap bokap gue sibuk,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dareen
Teen FictionIni bukan tentang dia yang dingin dan irit bicara. Bukan tentang dia yang biang rusuh seantero sekolah. Bukan pula tentang dia yang tampan membuat meleleh hati para wanita. Bukan. Ini tentang Dareen. Cowok yang rela meluangkan waktunya untuk memasti...