Ini bukan tentang dia yang dingin dan irit bicara.
Bukan tentang dia yang biang rusuh seantero sekolah.
Bukan pula tentang dia yang tampan membuat meleleh hati para wanita.
Bukan.
Ini tentang Dareen.
Cowok yang rela meluangkan waktunya untuk memasti...
"Kalau dia kebahagiaan, lalu aku apa? pelampiasan?"
Benda pipih berukuran 5inci itu masih setia di genggaman Jasmine, ia masih menimbang-nimbang, bersama dengan pikirannya yang beradu.
Apa ia harus menerima tawaran Cakra?
Bersamaan dengan itu handphone gadis itu berbunyi, ia segera menggeser tombol hijau disana "Halo, Pak?"
"Assalamualaikum Non, saya sudah di depan sekolah." ucap suara di sebrang.
Jasmine mengigit bibir bawahnya berusaha jujur "Waalaikumsalam, maaf Pak, hari ini aku dianter pulang sama temen."
"Ga pergi lagi kan, Non? saya takut nanti diomelin sama Bapak."
"Ya abisnya gimana, gaenak Pak. Saya udah janji sama Cakra."
"Oh Cakra? yang tetangga lama Non itu?" tanya Pak Didit.
Jasmine mengangguk "Iya, Pak. Maaf ya sudah ngerepotin."
"Yaudah gapapa Non, nanti saya coba bicara sama Pak Arya kalau dia nyariin."
"Oiya, obatnya jangan lupa diminum Non." sambung Pak Didit mengingatkan.
Akhirnya sambungan telepon itu putus bersamaan dengan Jasmine yang menuju ke kelas Cakra. Sebenarnya cowok itu bilang ia akan menemui Jasmine sepulang sekolah, tapi sudah sepuluh menit Cakra tak kunjung muncul.
Pintu UKS terbuka, bersamaan dengan sosok Dareen yang keluar dari sana, ia cukup tersentak mendapati Jasmine yang berdiri tepat di depan Unit Kesehatan Siswa itu.