"Kalau dia kebahagiaan, lalu aku apa? pelampiasan?"
Benda pipih berukuran 5inci itu masih setia di genggaman Jasmine, ia masih menimbang-nimbang, bersama dengan pikirannya yang beradu.
Apa ia harus menerima tawaran Cakra?
Bersamaan dengan itu handphone gadis itu berbunyi, ia segera menggeser tombol hijau disana "Halo, Pak?"
"Assalamualaikum Non, saya sudah di depan sekolah." ucap suara di sebrang.
Jasmine mengigit bibir bawahnya berusaha jujur "Waalaikumsalam, maaf Pak, hari ini aku dianter pulang sama temen."
"Ga pergi lagi kan, Non? saya takut nanti diomelin sama Bapak."
"Ya abisnya gimana, gaenak Pak. Saya udah janji sama Cakra."
"Oh Cakra? yang tetangga lama Non itu?" tanya Pak Didit.
Jasmine mengangguk "Iya, Pak. Maaf ya sudah ngerepotin."
"Yaudah gapapa Non, nanti saya coba bicara sama Pak Arya kalau dia nyariin."
"Oiya, obatnya jangan lupa diminum Non." sambung Pak Didit mengingatkan.
Akhirnya sambungan telepon itu putus bersamaan dengan Jasmine yang menuju ke kelas Cakra. Sebenarnya cowok itu bilang ia akan menemui Jasmine sepulang sekolah, tapi sudah sepuluh menit Cakra tak kunjung muncul.
Pintu UKS terbuka, bersamaan dengan sosok Dareen yang keluar dari sana, ia cukup tersentak mendapati Jasmine yang berdiri tepat di depan Unit Kesehatan Siswa itu.
"Loh? ngapain? nyariin gue?" tanya Dareen sambil tersenyum.
"Idih, siapa juga yang nyariin lo. Orang cuman kebetulan lewat." sanggah Jasmine.
Dareen kemudian mengangguk "Terus lo mau kemana? pintu keluar di sebelah sana tuh." dagu Dareen mengarah pada arah berlawanan koridor.
"Iya gue tau kali." jawab Jasmine sewot "Gue mau ke gedung kelas 11."
Alis Dareen terangkat penasaran "Kenapa?"
"Mau nyari Cakra."
Dareen hanya manggut-manggut tanda mengerti "Oh, lo mau pulang bareng dia?"
"Kepo banget sih lo, Reen." ejek Jasmine sambil menjulurkan lidahnya.
"Woi! bukannya beli minum malah ngobrol disini lo kutil unta!" pintu UKS kembali terbuka dengan sosok Rifai yang memandang kesal kearah Dareen.
"Apaan sih lo, sabar kali."
Mata Rifai tertuju pada sosok cewek di hadapan Dareen, dalam hitungan detik ia sudah bisa mendeteksi name tag yang tertulis jelas di baju Jasmine.
"Oh, Jasmine? yang sering lo ceritain itu?" ucap Rifai berusaha menggoda sohibnya.
"Sejak kaㅡ"
Ucapan Dareen terputus dengan Rifai yang sudah lebih dulu menawarkan tangan kanannya untuk berjabat dengan Jasmine.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dareen
Teen FictionIni bukan tentang dia yang dingin dan irit bicara. Bukan tentang dia yang biang rusuh seantero sekolah. Bukan pula tentang dia yang tampan membuat meleleh hati para wanita. Bukan. Ini tentang Dareen. Cowok yang rela meluangkan waktunya untuk memasti...