"Disaat kamu punya satu alasan untuk bersedih, aku akan berikan seribu alasan agar kamu tersenyum."
"Dareen!"
Panggilan itu kembali terdengar untuk kedua kalinya, nyaris menggema di seluruh penjuru rumah, mau tak mau Dareen segera beranjak dari posisi tidurnya di sofa ruang tengah.
"Ini, Mochi belum kamu bersihin yah? kok bau banget?!" lanjut Dian lagi berusaha menghakimi anak laki-lakinya.
"Udah kok kemarin,"
"Kok baunya kayak ga pernah dibersihin seminggu? udah sana bersihin lagi,"
"Emang Mochi bau?" tanya Dareen polos.
"Gausah banyak tanya, bersihin sekarang atau Mochi Mama suruh bayar uang sewa di rumah ini?"
Dareen memandang Dian malas "Mama.. masa peliharaan sendiri disuruh bayar uang sewa sih,"
"Mochi itu peliharaan kamu ya, bukan peliharaan Mama, udah sana bersihin." balas Dian dan segera beranjak menuju dapur.
Dareen menunduk berusaha memperhatikan hamster kesayangannya itu, nampak Mochi menyadari kehadiran Dareen, ia mengendus sela-sela kandang, sepertinya ia ingin bermain.
Tapi, Dareen segera menyadari sesuatu, bau Mochi memang tidak seperti biasanya-maksudnya tidak se bau biasanya. Eek Mochi hari ini tercium begitu tajam dan menggelegar indra penciuman siapa saja, sekarang Dareen sadar kenapa Ibunya begitu sewot tadi.
Dareen berusaha mengingat sesuatu, makanan apa yang terakhir dimakan oleh hamster mungilnya itu sampai-sampai eeknya mengeluarkan bau yang luar biasa. Tanpa pikir panjang, Dareen beranjak dari posisinya dan naik ke atas menuju kamar Fika, adiknya.
Fika yang tengah asyik bermain handphone itu sampai kaget dengan gerakan dan bunyi pintu kamarnya yang begitu tiba-tiba.
"Ngangetin aja," ucap cewek itu dengan tatapan sinis.
"Kamu kemarin ngasih makan Mochi 'kan?" tanya Dareen langsung tanpa basa-basi.
"Iya."
"Kamu kasih makan apa?"
"Keripik pisang."
"Astagfirullahalazim," respon Dareen berlebihan "Kamu ga tau yah kalo Mochi alergi pisang?"
Fika akhirnya mengabaikan ponsel di tangannya dan beralih menatap Dareen serius "Mochi alergi pisang?"
"Ga tau juga sih" Dareen mengangkat bahunya tidak tahu "Kalau bukan alergi terus kenapa dia jadi diare gitu?"
"Ih mana Fika tau," jawab gadis itu malas sambil memutar bola matanya.
"Udah sana kamu bersihin eeknya Mochi, eeknya jadi bau gitu gara-gara makan pisang," ucap Dareen yang sedari tadi masih setia di ambang pintu kamar adiknya.
"Idih ogah, Kakak aja sana yang bersihin," jawab Fika.
"Eek Mochi bau 'kan karena kamu juga," balas Dareen "Yaudah bantuiin Kakak bersihin eeknya Mochi,"
"Beneran 'kan cuman bantuiin?"
"Iya."
"Yaudah." Fika akhirnya beranjak dari tempat tidurnya.
Fika tidak tega melihat abangnya tercinta harus membersihkan kandang Mochi sendiri, sementara Dareen tidak ingin bau eek Mochi hanya dia yang menikmati.
"Ya Allah Kak, tahan banget sama baunya," tutur Fika dengan bagian hidung dan mulut yang tertutup oleh masker, sementara Dareen tidak memakai pelindung sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dareen
Teen FictionIni bukan tentang dia yang dingin dan irit bicara. Bukan tentang dia yang biang rusuh seantero sekolah. Bukan pula tentang dia yang tampan membuat meleleh hati para wanita. Bukan. Ini tentang Dareen. Cowok yang rela meluangkan waktunya untuk memasti...