"Suka, duka, dan luka akan selalu menjadi tiga hal yang saling berkaitan."
Seperti yang sering cowok itu lakukan, sepulang sekolah Dareen tidak lantas pulang, ia akan berada di UKS tidur-tiduran, melepas penat sampai batas waktu yang dia inginkan-atau lebih tepatnya sampai Ibunya menelpon agar cowok itu segera pulang.
"Woy kambing rabies, pinjem hape lo bentar dong." suara itu dari Rifai, salah satu orang yang cukup akrab dengan Dareen. Keduanya berasal dari SMP yang sama membuat mereka berdua sudah lama saling kenal, terlebih Rifai yang masih berada di ruang lingkup yang sama seperti Dareen, pengurus UKS.
Rifai juga-lah yang waktu itu lari heboh kebakaran jenggot saat Dareen dan Jasmine sedang manis-manisnya duduk di pinggir lapangan sesaat setelah pelajaran olahraga materi volly.
"Bentar-bentar." jawab Dareen dengan posisi tiduran dengan tangan yang memegang handphone.
Rifai yang duduk di samping Dareen itu kemudian mendengus sebal "Apaan sih lo Reen, kayak bakalan ada yang nge-pc juga."
Dareen lalu menghentikan aktivitasnya "Emang ada."
"Ah masa? siapa?" tanya cowok berkulit sawo matang itu.
Dareen lalu memberikan handphonenya pada Rifai, seperti yang diminta cowok itu tadi "Ke po."
Rifai lalu menerima pemberian Dareen, entah apa yang ia buka, Dareen hanya menatap langit-langit UKS dengan tatapan kosong.
"Oiya, Dareen Narendra," panggil Rifai kemudian.
"Apaan Muhammad Rifai?" jawab Dareen.
"Gue denger dari nyokap gue sih, keluarganya Nindy mau pindah rumah." Rifai membuka percakapan dengan ekspresi dan nada bicara yang lebih serius dari sebelumnya membuat Dareen seketika tidak nyaman di posisinya.
"Kenapa?"
"Ya mana gue tahu nyet. Yakali gue ke rumah dia ngewawancaraiin atu-atu." jawab Rifai malas dengan tangan yang masih berfokus pada handphone milik Dareen.
"Kali aja lo tau 'kan Pa'i. Bukannya lo sering ikut nongki sama ibu-ibu komplek rumah lo?" Dareen tertawa.
"Gue udah pensiun."
"Gaya lo pensiun," respon Dareen sambil memandang Rifai "Lo gabung lagi deh, biar makin banyak info yang bisa lo dapet dari ibu-ibu."
Rifai masih asyik dengan handphone Dareen di tangannya "Apa gue tanya nyokap aja ya? gue juga kepo sebenarnya."
"Jangan lah woy! ntar ketakutan nyokap lo selama ini jadi kenyataan."
Rifai memalingkan wajahnya dari handphone "Ketakutan nyokap gue apa?"
"Takut lo bukan di jalan yang benar," jawab Dareen "Ya.. gitulah."
"Anjir lo Reen, yakali Mak gue ngira gue hobi mangkal, seneng dandan."
"Orang dia pernah bilang kok sama gue." bela Dareen.
Bunyi notifikasi LINE dari handphone Dareen terdengar, tanpa persetujuan empunya, Rifai dengan lantang membaca pesan yang muncul di notif bar.
"Dari Jasmine, iya gue udah sampai di rumah kok, lo gimana?"
Dareen segera merebut handphonenya dari tangan Rifai, cowok itu memandang Rifai kesal "Gue ga suruh lo baca."
"Sorry, gue refleks," jawab Rifai sambil tersenyum menggoda "Cie.. Jasmine cie."
"Diem lo." ucap Dareen sambil membalas pesan Jasmine di ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dareen
Teen FictionIni bukan tentang dia yang dingin dan irit bicara. Bukan tentang dia yang biang rusuh seantero sekolah. Bukan pula tentang dia yang tampan membuat meleleh hati para wanita. Bukan. Ini tentang Dareen. Cowok yang rela meluangkan waktunya untuk memasti...