EMPAT PULUH

1.8K 125 19
                                    

Now playing : Sad Song
by We The Kings ft Elena Coats.

"Kamu pasti kangen Dareen? Ayo Tante antar ke kamarnya," ajak Dian sambil tersenyum membantu Jasmine berdiri dari duduknya, memegang bahu gadis itu takut ia terdudukㅡjatuh menangis lagi.

Jasmine mengikuti langkah Dian yang membawanya menaiki pijakan-pijakan tangga menuju lantai dua, lantai yang Jasmine pijak terasa dingin, dinding yang ia sentuh terasa halus menuntunnya ke depan pintu kamar Dareen.

Dian membuka pintu yang terbuat dari kayu itu, cahaya matahari langsung menyapa mereka seakan ingin menembus barang apa saja yang disinarinya. Indra penciuman Jasmine langsung akrab dengan bau yang ia hirup sekarang, bau badan Dareen.

Matanya menangkap tempat tidur yang rapi juga sebuah meja belajar sederhana di sisi ruangan.

"Dareen ada sesuatu buat kamu di laci meja belajar dia."

Tanpa aba-aba kaki Jasmine melangkah ke arah meja belajar Dareen, sementara Dian memilih keluar ruangan, menutup pintu, memberikan sedikit waktu dan ruang bagi Jasmine untuk sendiri.

Jasmine menarik laci di hadapannya dan mendapati flashdisk berwarna hitam yang bersampingan dengan sebuah tablet pc. Gadis itu mengeryit heran, ini barang yang Dian maksud? Ia lalu duduk di tempat tidur Dareen dan menekan tombol on/off di sisi samping tablet yang ia pegang.

Setelah menyala, Jasmine memeriksa tablet itu, tapi hasilnya nihil, tidak ada isinya sama sekali. Matanya lalu terarah pada flashdisk hitam yang juga berada di laci Dareen, perempuan itu akhirnya menyambungkan flashdisk dengan tablet. Jasmine meneliti isi flashdisk tersebut dan menemukan satu video di dalamnya dengan judul Untuk Melati Milikku.

Jemari gadis itu langsung menekan tombol play dan wajah Dareen seketika muncul di layar tablet yang membuatnya sedikit terkejut, ia menatap sosok Dareen yang tengah duduk di kursi meja belajarnya memakai kaos abu, cowok itu terlihat memperbaiki posisi kamera yang tengah merekamnya.

"Udah fokus ga sih?" ucap Dareen seakan berbicara sendiri dengan gerakan yang masih memperbaiki posisi kamera.

Kemudian wajahnya mendekat setengah berbisik "Oiya, jangan bilang-bilang ya aku make kamera kak Nisa." kali ini Dareen memperbaiki rambutnya "Biar kamu bisa lihat muka aku lebih jelas, lebih fokus, dan pastinya lebih ganteng heheh"

Di saat sosok di dalam tablet tengah tertawa pelan, Jasmine lagi-lagi tidak bisa membendung air matanya, matanya panas, napasnya kembali tercegat. Ia menekan tombol pause, kemudian menarik pandangan dari tablet yang ia pegang, menghirup udara lebih banyak berharap bisa menghetikan tangisnya yang siap pecah.

Setelah menjeda sekitar beberapa detik, Jasmine akhirnya kembali menekan tombol play, dan Dareen kembali berbicara.

"Mine," panggil Dareen pelan.

Jasmine tidak menjawab.

"Jasmine," panggilnya lagi, wajahnya nampak serius dengan pandangan mata yang terarah pada kamera seakan langsung bertatapan dengan mata milik Jasmine.

Dareen tersenyum "Ternyata kamu emang kebiasaan ga ngejawab kalau dipanggil ya."

"Aku kangen kamu." ungkap Dareen "Kalau kamu?"

Iya, aku juga kangen kamu, kanget banget malah batin Jasmine menjawab.

"Oiya, tadi aku dari rumah sakit habis tes computed tomography. Pasti kamu gatau 'kan?" cowok itu tertawa lepas meperlihatkan matanya yang menyipit "Yaudah aku jelasin, kamu 'kan suka kalau aku ngejelasin sesuatu,"

DareenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang