"Bisa memiliki mu adalah anugerah, olehnya, menjaga mu adalah sebuah kewajiban."
Tumpukan kain flanel warna-warni masih tergeletak sembarangan di lantai, belum lagi lem lilin dan gunting yang sedari tadi diperebutkan karena hanya ada satu buah.
"Udah bagus belum?" Chika bertanya dengan bangga sambil mengangkat hasil karyanya, berharap jawaban memuaskan dari tiga orang lawan bicaranya.
"Biasa aja."
"Hiasan nya terlalu rame."
"Itu apaan? bentuknya aja ga jelas."
Dari tiga jawaban yang ia terima, respon terakhir yang paling membuat gadis itu kesal "Lo buta, Reen? ini tempat pensil, bego!"
"Oh tempat pensil.." respon Dareen dengan tangan yang masih sibuk menggunting kain flanel berwarna maroon di tangannya.
"Reen, gunting dong." minta Mamat pada cowok itu.
Dareen lalu memandang Mamat sebentar, kemudian pandangannya beralih pada Jasmine yang tepat berada di sampingnya "Kamu mau pake gunting?"
Jasmine hanya menggelang sebentar sebagai jawaban dengan perhatian yang masih fokus pada kancing warna warni di dalam kotak.
"Yee sianying." respon Mamat sambil merampas gunting di tangan Dareen.
Chika yang menyaksikan hal itu hanya bisa tertawa sambil mengelus punggung Mamat tanda iba "Sabar bro, jomblo harus kuat."
Mamat lalu berbalik menatap Chika "Lo kali ah yang jomblo."
"Yee sianying."
Dareen, Jasmine, Chika dan Mamat tengah melakukan tugas kelompok prakarya, mereka ditugaskan membuat berbagai macam benda pakai dari kain flanel. Dan karena Dareen sangat ingin satu kelompok dengan Jasmine, Chika tidak bisa menolak, ditambah lagi dengan Mamat sebagai bonus.
"Chik, minum gue dah habis nih, tambah dong." Dareen mengarahkan dagunya pada empat gelas yang tak jauh dari mereka, dan salah satunya nyaris tandas.
"Gaaada, tau diri dong lo kalau ke rumah orang."
"Wih, sadis.."
"Minum punya aku aja, Reen." jawab Jasmine.
"Bener nih?" Dareen memandang wajah Jasmine dari samping, beberapa helai rambut gadis itu terlihat jatuh saat ia tunduk.
Jasmine hanya mengangguk sebagai jawaban.
Dareen lalu mengambil gelas yang dipakai Jasmine tadi, lumayan isinya masih ada setengah. Sebelum minum, cowok itu nampak berpikir sejenak, memutar-mutar sisi samping dari gelas.
"Mine," panggil Dareen "Tadi kamu minumnya di bagian mana?"
Jasmine rasanya ingin menyumpal mulut Dareen dengan kaos kaki, tapi hal itu tak mungkin dia lakukan, maka ia hanya menendang paha Dareen pelan sebagai jawaban.
"Bilang ga, Mat?" tanya Chika.
"Sok atuh."
"Yee si anying." ucap Chika dan Mamat bersamaan.
Dareen hanya bisa tertawa "Canda kok, ehehe"
Selesai minum, Dareen kembali fokus pada kain flanel warna maroon yang sedari tadi ia potong, cowok itu memotong dan mengelem dengan teliti sampai bentuk akhir dari benda yang ia buat sudah terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dareen
Teen FictionIni bukan tentang dia yang dingin dan irit bicara. Bukan tentang dia yang biang rusuh seantero sekolah. Bukan pula tentang dia yang tampan membuat meleleh hati para wanita. Bukan. Ini tentang Dareen. Cowok yang rela meluangkan waktunya untuk memasti...