Udara sejuk menyusuri kulit, tak terlihat—tapi begitu terasa menerbangkan helaian rambut yang terurai seoalah menyapa, menyambut dengan senang.
Mungkin ia akan bertegur sapa sebentar dengan bangku yang ia duduki, dengan pohon-pohon rindang yang makin tinggi, dengan tanah rumput yang ia pijaki, juga dengan ranting dan daun yang jatuh sedari tadi.
Kalau angin sepoi itu bertanya "Apa kabar?" ia akan menjawab sekilas, "Tidak tahu."
Di lapangan sana terlalu ramai, penuh warna, dengan canda tawa yang tak terhentinya terdengar. Harusnya hal itu bisa membuatnya ikut bahagia, bukan justru memilih mengunjungi tempat ini dan hanya diam.
Walau hanya sekali, setidaknya bisa membangkitkan ribuan memori. Bagaimana pertama kali ia membawa bekal untuk laki-laki yang belum akrab dengannya kala itu, bercerita tentang bagaimana daun yang memilih jatuh karena cintanya pada ranting.
Daun, akan menemui takdirnya. Sementara ranting akan mendapatkan daun baru dan terus bertumbuh.
Perumpamaan laki-laki itu hanya dianggap angin lalu saja, tidak lebih dari omong kosong seorang Dareen yang memang menyukai hal apa saja yang menyangkut biologi.
Tidak terbersit sama sekali, kalau ia akan berakhir, sebagaimana daun dan ranting.
Taman Siswa, selalu menjadi tempat yang membuat Jasmine teringat sosok Dareen, setelah UKS tentunya. Terlalu banyak jejak yang cowok itu tinggalkan di sudut-sudut sekolah, bahkan koridor pertama kali ia bersalaman dengan Jasmine, masih terpatri di ingatan sang gadis.
Dareen masih ada, ia masih terus hidup di kepala Jasmine saat gadis itu mendengar bunyi bising motor vespa, saat ia berkunjung sendiri ke warkop langganan mereka berdua, saat ia membuka buku pelajaran biologi hingga saat lagu Coldplay tiba-tiba terdengar di swalayan.
Hari ini hari kelulusan jasmine. Tangannya sudah mati rasa telah menandatangani cukup banyak buku tahunan dan memberi sepatah dua kata untuk si empunya. Belum lagi acara foto-foto yang benar-benar menguras tenaga untuk seharian ini.
Kunjungannya kali ini ke Taman Siswa bisa menjadi kunjungan yang terakhir dengan status pelajar dan mengenakan seragam sekolah, setelahnya Jasmine harus disibukkan dengan ujian untuk masuk ke perguruan tinggi.
Dan semuanya, tidak akan pernah sama lagi.
"Min! gue udah duga lo pasti disini," pekik seseorang.
"Yuk ah balik, anak-anak juga udah pada balik semua." ucapnya lagi kemudian mendekat, meraih tangan Jasmine agar ia berdiri dari duduknya.
Jasmine menengadah, memandang Chika dalam diam.
"No, please not at this moment, Min." kekhawatiran Chika seakan mengalir begitu saja, mengingat Jasmine yang sering teringat akan sosok Dareen dan berakhir dengan tangisan.
"Thanks for always being here for me, Chi." tatapan nelangsa Jasmine berubah menjadi senyuman tulus untuk sahabat yang sudah menemaninya selama tiga tahun itu.
Chika tersenyum lega, matanya berkaca kemudian ia ikut duduk memeluk Jasmine "Terimakasih juga lo udah bertahan lewatin ini semua,"
Kali ini Jasmine yang berdiri dari duduknya dan menarik Chika "ih... benci banget kalau lu menye-menye,"
Chika langsung tertawa "Enak aja, lo tuh yang menye," ia kemudian berjalan diikuti Jasmine menjauh dari Taman Siswa "Ayo, Kak Cakra udah nunguiin lo daritadi pasti."
"Astaga! Udah jam tiga?" Jasmine berucap panik saat melihat jam tangannya.
"Ya terus?"
"Gue belum kasi makan Mochi."
"Hahah sialan."
• • •
Starring :
Jasmine & Chika
Cakra
Dareen & Jasmine
And other characters!
Terimakasih sudah baca, vote, komen atau share cerita ini, it means a lot! And thanks to retnobudiarti1 atas masukan idenya sejak awal Dareen ditulis hhahah. Anyway, i would like to say sorry kalau updatenya lama or anything else that make you guys uncomfortable. See ya on my next story!
With love, shinta
24 maret 2019.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dareen
Teen FictionIni bukan tentang dia yang dingin dan irit bicara. Bukan tentang dia yang biang rusuh seantero sekolah. Bukan pula tentang dia yang tampan membuat meleleh hati para wanita. Bukan. Ini tentang Dareen. Cowok yang rela meluangkan waktunya untuk memasti...