"Sepuluh tambah sepuluh itu dua puluh, aku ingin bertanya padamu, bagaimana cara membuat hati yang beku luluh?"
Dareen membuka pintu kayu yang berukuran cukup lebar, pintu ruang tamu dengan dua daun itu kemudian ia tutup kembali sambil memandang seorangㅡbukan seorang, lebih tepatnya seonggok daging tak berdaya yang tiduran di sofa ruang tengah yang dapat dilihat jelas dari ruang tamu.
Objek yang dimaksud berbalik, memandang Dareen dengan ekspresi bahagia "Eh, adek udah pulang?" tanyanya senang.
Dareen menghela napas panjang, kekesalannya pada Danisha-kakak kandungnya sendiri masih ada sampai sekarang.
Nisa bangkit dari posisi tidurnya yang mengahadap ke tv "Gimana? gak telat 'kan tadi? kakak bilang juga apaㅡ"
"Malu-maluiin njir, telat abis itu disuruh berdiri depan kelas." sungut Dareen marah.
"Astagfirullah Reen, mulutnya." Nisa menggeleng "Bener ya kata orang, masa SMA itu bikin yang polos jadi kotor, yang sopan jadi begini omongannya ckck."
Dareen yang masih memakai baju sekolah itu memandang Nisa pasrah "Ya abis ngapain kakak pakai suruh beli bubur ayam segala, sungguh menajiskan."
"Loh kok salahin Kakak? salahin mas go food yang pada gamau nerima orderan Kakak kali." bela Nisa.
Dareen memutar matanya malas sambil bernajak dari sofa ruang tengah "YAIYALAH GAADA YANG NERIMA ORDERAN JAM 6 PAGI!"
Nisa hanya bisa tertawa kecil "Ya maap, kamu ganti baju gih, bersih-bersih, habis itu beliin kakak gado-gado depan komplek ya?"
Kakak sulung Dareen itu baru saja pulang ke rumah subuh tadi. Kuliah di kampung orang bukanlah hal mudah bagi Nisa, terpisah jauh dari keluarga menjadi hambatan utama gadis 19 tahun itu. Makanya, bisa bertemu dan menggoda Dareen adalah sesuatu yang langka sejak dua tahun terakhir baginya.
Dareen memasuki kamarnya dan segera berbaring menghadap langit-langit kamar, perkataan Mamat tadi sukses membuat perasaan cowok itu makin tidak karuan.
Cukup satu kalimat.
"Reen, tadi Kak Cakra mampir ke kelas nyamperin Jasmine."
Simpel sih iya, tapi mengingat ada orang lain yang dekat dengan Jasmine membuat mimik wajah cowok itu berubah seketika.
Kalau diingat-ingat, terakhir Jasmine bilang ia akan menemui Cakra di kelasnya, entah apa yang terjadi setelah itu, yang jelasnya Jasmine tidak masuk sekolah dan jatuh sakit.
Bukan kebetulan bagi Dareen, tapi sudah pasti salah Cakra.
Dareen makin tidak mengerti dengan perasaannya, dia suka dengan Jasmine, dan itu sudah pasti. Disaat gadis itu tidak ada, dia rindu. Dan saat ada orang lain yang dekat dengan Jasmine, Dareen cemburu.
Dan tentang apa yang dilakukan Cakra di kelas, Mamat tidak tahu pasti.
"Tapi yang jelas Jasmine ama Chika kaget, dan nyebut 'lo harus datang.'"
Sudah pasti tiket coldplay 'kan?
Dareen mengacak rambutnya asal, berganti baju lalu segera turun untuk kembali membeli pesanan Nisa.
Adek yang baek yah dia? emang.
• • •
Flatshoes berwarna kahi milik gadis itu terayun kedepan dan kebelakang secara bersamaan, angin sore itu membuat rambutnya juga terbang kedepan dan kebelakang dalam hitungan detik, belum lagi derit dari ayunan yang ia naiki menjadi musik tersendiri baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dareen
Teen FictionIni bukan tentang dia yang dingin dan irit bicara. Bukan tentang dia yang biang rusuh seantero sekolah. Bukan pula tentang dia yang tampan membuat meleleh hati para wanita. Bukan. Ini tentang Dareen. Cowok yang rela meluangkan waktunya untuk memasti...