"Kamu memang selalu bisa, membuat ku cinta dengan hal sederhana."
Kepulan asap dari cangkir kopi itu menemani hati hampa dan jiwa gusar milik Cakra, matanya memang menatap, pandangannya tertancap, tapi pikirannya lenyap.
"Akra.. kamu dengar aku ga sih?"
Diam.
"Akra.."
Masih diam.
"Aku pulang."
Dan kesadaran Cakra langsung kembali saat itu juga, matanya mengerjap cepat, dengan pandangan panik seperti kalang kabut.
"Kenapa? aku dengerin kamu kok."
Gadis berambut panjang di hadapan Cakra memandang cowok itu miris "Dengerin? aku tahu kamu lagi mikirin apa."
"Kiara.." panggil Cakra pada kekasihnya "Maaf ya aku--"
"Kita udahin aja?" potong Kiara tiba-tiba.
Jantung Cakra langsung merespon cepat, wajahnya memandang Kiara dengan tatapan tidak percaya.
"Kamu mau kita udahan?" tanya Cakra memastikan.
Mata gadis itu memandang Cakra tepat di bola matanya "Aku gamau."
Cakra membasahi bibir bawahnya balik menatap Kiara "Ara.. aku bahkan sama sekali ga pernah berpikir untuk udahan sama kamu."
"Tapi kelakuan kamu seolah-seolah pingin kita udahan aja." balas Kiara cepat "Aku capek hadapin kamu yang entah sayang sama aku atau ngga."
"Aku sayang sama kamu." ucap Cakra sambil memegang tangan Kiara di hadapannya.
"Iya, tapi sayangnya ga cuman sama aku." Kiara menepis tangan Cakra kemudian.
Perkataan Kiara seperti menohok hati Cakra pada saat itu juga. Cowok itu tidak bisa memungkiri kebenaran dari ucapan Kiara.
"Kamu pikir aku gatau? kamu kayak gini karena Jasmine kan?" Kiara tertawa hambar menutupi keadaannya yang terlihat menyedihkan.
"Aku tau dia cinta pertama kamu, aku tau kamu nyariin dia dari dulu, dan saat kalian ketemu, kamu seakan lupaiin aku gitu aja."
"Kiara.." panggil Cakra lagi berusaha menghentikan ucapan Kiara yang makin membuat cowok itu merasa bersalah.
"Kalau kamu emang masih suka sama dia, go for it." ucap Kiara "Aku pergi."
Dan tanpa aba-aba, butiran air mata itu perlahan jatuh "Aku.." potong Kiara berusaha tenang "Aku gabisa pacaran, sama orang yang entah hatinya untuk siapa."
"Aku harap, kamu mengerti itu."
Kiara akhirnya beranjak, meninggalkan dua cangkir kopi yang belum disentuh sama sekali, meninggalkan Cakra yang mematung, tanpa mencegah, tanpa menghentikan gadis yang ia cintai itu. Kiara benar-benar pergi, dan Cakra tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
• • •
"Hop!" Dareen tiba-tiba duduk di kursi ruang tengah, menepuk pundak Fika yang tengah menonton.
Fika hanya memandang abangnya sinis, lalu melanjutkan aktivitas nontonnya.
"Wih serem." respon Dareen sambil terkekeh, mengambil se toples kacang diatas meja.
"Oiya dek," buka Dareen sambil membuka toples kacang "Kalau lagi nge-date bareng pacar kamu suka kemana?"
"Mall." jawab Fika singkat tanpa memalingkan pandangannya dari TV.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dareen
Fiksi RemajaIni bukan tentang dia yang dingin dan irit bicara. Bukan tentang dia yang biang rusuh seantero sekolah. Bukan pula tentang dia yang tampan membuat meleleh hati para wanita. Bukan. Ini tentang Dareen. Cowok yang rela meluangkan waktunya untuk memasti...