"Kau sebut ini kebetulan, padahal bukan. Ini skenario dari Tuhan."
Jasmine menutup pintu mobil dengan keras, menyenderkan bahunya pada jok mobil dan menghembuskan napasnya.
Pak Didit yang ada di kursi kemudi memandang Jasmine yang berada di sampingnya, majikannya itu memang lebih suka duduk di jok depan daripada belakang.
"Gimana non hari pertama sekolahnya?" tanya pria parubaya itu, Pak Didit sudah sangat dekat dengan Jasmine, hingga gadis itu menganggap Pak Didit seperti Ayahnya sendiri, bukan sopir pribadi lagi.
Pandangan Jasmine lurus ke depan mememperhatikan aktivitas lalu lalang siswa siswi sepulang sekolah "Malu-maluiin, Pak." jawab Jasmine dengan wajah dan nada kesal.
Bagaimana tidak? ucapan cowok yang bernama Dareen itu sudah cukup frontal dan membuat Jasmine harus menahan malu di kelas.
"Sabar Non, hari pertama sekolah emang gitu, apalagi pas baru masuk SMA." ucap Pak Didit sambil menyengir "Oiya, Bapak nyuruh saya buat ngantar Non ke rumah sakit."
Jasmine berbalik ke arah Pak Didit "Rumah sakit? ngapaiin?"
"Ng.. anu itu katanya mesti check-up lagi." jawab Pak Didit terbata-bata, sopir itu sudah hapal betul dengan majikannya yang sangat tidak suka dengan rumah sakit, padahal keadaanya memaksanya untuk harus.
"Ga mau Pak, aku capek mau pulang." jawab Jasmine sambil memalingkan wajahnya.
Pak Didit mengerti dan segera melajukan mobilnya.
Jasmine tahu hal ini demi kebaikannya juga, tapi tubuhnya sama sekali tidak merasakan sakit, dan gejala yang ditimbulkan oleh penyakitnya itu perlahan-lahan menghilang, meskipun sering kali gejala itu muncul membuat Jasmine harus menahan sakit.
Gadis berusia 16 tahun itu terkena penyakit liver, gangguan pada hatinya. Dimana hati merupakan salah satu organ penting dari tubuh, hal ini membuat gadis itu harus sering keluar masuk rumah sakit 2 tahun terakhir ini. Dan puncak penyakitnya yaitu 3 bulan yang lalu.
Disaat anak-anak lain sedang sibuk dengan kegiatan tahun ajaran baru, Jasmine justru harus mengikuti berbagai macam kegiatan pengobatan di rumah sakit. Hatinya membengkak, hidungnya mimisan, serta kulitnya yang makin menguning membuatnya segera dilarikan di rumah sakit, rasa mual dan sakit juga tidak dapat dielakkan kala itu.
Jasmine memandangi telapak tangan dan kukunya yang sudah mengalami kemajuan, setidaknya sudah tidak se-pucat biasanya. Perubahan warna menjadi lebih kuning atau pucat itu terjadi akibat penumpukan zat kuning atau bilirubin yang tidak dapat diolah dengan baik oleh hati.
Karena hati yang tidak berfungsi dengan baik, membuat gadis itu gampang lemas dan sering pingsan. Dan sepertinya alasan Jasmine pingsan saat perkenalan tadi karena ia belum meminum obatnya sebelum pergi ke sekolah.
"Non." Pak Didit memecah keheningan di dalam mobil "Biasanya, kalo murid baru itu jadi sorotan satu sekolah, Non. Tadi gitu juga gak?" tanyanya.
Pak Didit sendiri memang hobi bercerita atau sekedar bertukar pengalaman, ia orang yang gampang diajak sharing tentang apapun itu, wajahnya boleh tua tapi jiwanya masih anak muda.
"Sorotan apaan, Pak." Jasmine tertawa "Lampu kali ah."
Pak Didit ikut tertawa "Maksudnya banyak yang merhatiin gitu, Non."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dareen
Teen FictionIni bukan tentang dia yang dingin dan irit bicara. Bukan tentang dia yang biang rusuh seantero sekolah. Bukan pula tentang dia yang tampan membuat meleleh hati para wanita. Bukan. Ini tentang Dareen. Cowok yang rela meluangkan waktunya untuk memasti...