1 :: Tentang Sana

4.1K 294 31
                                    

Series 1 :: Kita Putus!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Series 1 :: Kita Putus!

"Kenapa?"

"Lo dimana? Gue mau ketemu, di bawah pohon rindang deket sekolah."

"Oke, gue balikin buku kimia dulu."

Sana menghela napasnya pelan, membereskan buku-bukunya yang masih acak-acakan di atas meja. Dirinya melihat jam dinding, pukul tiga sore. Waktu pulang sekolah yang akan ia ingat selamanya karena hari ini ia berniat untuk putus dengan Samudra.

Iya, Samudra yang seperti kalian bayangkan. Cowok ganteng nan cuek yang didambakan setiap orang, mungkin orang-orang akan berpikir 'ih beruntung banget ya punya pacar kayak Samudra udah ganteng, pinter lagi biasanya yang kaya gitu di novel novel bakalan sayang banget sama pacarnya'

Maaf kalau Sana membuang harapan kalian semua tapi..

Samudra tidak begitu.

Samudra tetap Samudra. Mereka memang berpacaran dan bahkan mendapat julukan sebagai pasangan paling cocok di sekolah tapi rasanya, Sana seperti sendiri. Kalau bisa, Sana tidak mau mendapat julukan itu bahkan Sana tidak mau mendambakan Samudra seperti dulu.

Oke, dulu Sana sangat-sangat ingin menjadi pacar Samudra. Cowok keren yang kecerdasannya tak bisa dianggap remeh. Samudra bukan anak pembuat onar ataupun suka merasa paling berkuasa, tapi Samudra sebaik itu. Ya memang, cowok itu baik. Sana tak pernah mendengarnya berbicara kasar atau semacamnya, tapi cara Samudra memperlakukan Sana seperti dirinya bukan apa-apa. Bukan siapa-siapa. Sana seperti diperlakukan sama seperti teman-teman Samudra pada umumnya.

"San, gue pulang duluan ya."

"Gue juga ya San, lo hati-hati." Sana tersadar dari lamunannya dan mengangguk pelan menjawab teman-temannya. Buru-buru ia menutup resleting tasnya dan meninggalkan kelas.

Iya, ini bukan keputusan yang salah. Sana putus dari Samudra, lantas kenapa? Sana yakin ia akan baik-baik saja. Meskipun ia menyukai Samudra dengan amat sangat, tapi rasanya kalau seperti ini lelah juga. Sana yakin dirinya juga beban bagi Samudra yang sangat-sangat ambisius dalam mengejar cita-citanya.

Setiap kali Sana ingin mengajaknya jalan, Samudra sedang kencan dengan buku kimia kesayangan. Samudra sesuka itu, dan Sana tahu. Maka dari itu ia berpikir kalau ia hanya menganggu Samudra yang tengah berusaha. Sana lantas, mengecilkan egonya. Namun, tidak bisakah Samudra memberinya perhatian kecil? Sangat kecil juga tidak apa-apa. Kalau begini, Sana jadi bingung sebenarnya cowok itu benar-benar menyukai Sana atau tidak.

"San, lo harus ikut ya!" Seorang pemuda tiba-tiba menghadang Sana yang tengah serius berjalan sembari melamun. Ah salahnya juga sih, melamun terus.

"Gue 'kan udah bilang, iya Reno."

"Bener ya? Awas kalo tiba-tiba lo batalin, gue bingung nyari vokalisnya lagi." Ujar Reno dan Sana mengangguk. Dirinya pasti akan tampil di pensi kali ini lagi. Bersama dengan band kesayangan satu sekolah.

"Udah awas, gue buru-buru."

"Iya-iya."

Sana kembali berjalan, kali ini dengan sedikit cepat menuju pohon rindang yang sudah terlihat jelas ada Samudra disana. Pemuda itu berdiri, melihat kearah Sana dengan tatapan dinginnya. "Lo telat."

"Maaf, tadi gue.."

"Mau ngomong apa?" Tanya Samudra langsung pada poinnya, pemuda itu memang tidak suka bertele-tele dan waktunya diganggu gugat.

Sana mengepalkan tangannya, dia pasti bisa. Pasti bisa. Ini hanya putus dengan Samudra, ini hanya putus. Sana pasti bisa menjalani hari-hari seperti biasanya, toh biasanya juga seperti tanpa Samudra 'kan? Jadi, apa bedanya?

"Gue lelah Sam, lo juga 'kan?" Sana menunduk, melihat kakinya. Ini adalah kali pertama Sana meminta putus dengan seseorang. Dan ini adalah kali pertama Sana putus, sebab Samudra adalah pacar pertamanya. "Gue tahu gue emang kayanya maruk perhatian lo banget ya Sam? Makanya, mulai sekarang gue enggak akan ganggu lo lagi,"

"Kita putus ya?"

Sana mendongak. Berniat melihat pemuda itu tapi cahaya terang malah menyilaukan matanya, membuatnya tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi. Sana memejamkan matanya, apa ada masalah dengan mata Sana? Perasaan cahaya matahari tidak begitu terik, lagipula ini sudah sore.

"San, gue pulang duluan ya."

Sana buru-buru membuka matanya, sangat familiar dengan suara ini.

"Gue juga ya San, lo hati-hati." Sana mengangguk kikuk, kok? Kenapa kejadiannya terulang lagi? Apa Sana tadi bermimpi? Apa semua yang Sana lakukan tadi mimpi?

Tidak mungkin.

Dia buru-buru menutup resleting tasnya dan meninggalkan kelasnya. Sana berlari, berlari menuju pohon rindang untuk memastikan kebenaran. Tidak mungkin 'kan yang tadi hanya mimpi? Kalau mimpi, kenapa persis sama?

"San, lo harus ikut ya!" Tiba-tiba Reno menghadang Sana. Sama, sama persis seperti tadi. Bahkan Sana masih ingat jelas bagaimana ekspresi Reno yang amat sangat berharap padanya.

Kenapa ini?

"Iya."

"Bener ya? Awas kalo tiba-tiba lo batalin, gue bingung nyari vokalisnya lagi."

Sama persis.

"Iya, misi ya Reno gue buru-buru."

"Iya-iya."

Duh.

Dirinya mempercepat langkahnya.

Sana melihat Samudra yang berdiri menatapnya, tatapan pemuda itu bahkan benar-benar sama persis dan sekarang dia pasti akan berkata.. 

"Lo telat."

Lo telat.

Bagaimana ini?

Oke tenang, Sana akan mencoba langsung putus dengan Samudra. Mungkin, mungkin ini hanya kebetulan.

"Kita putus!"

Apa ini?

Kenapa ada cahaya terang yang menyilaukan mata lagi?

"San, gue pulang duluan ya."

Sial.

Lagi?

[]
Asik, series magical teen fiction.

MTF : Kita Putus! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang