25 :: Siapa?

1K 138 11
                                    

Series 1 :: Kita Putus!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Series 1 :: Kita Putus!

"Gila, dimarahin abis sama kepsek." Ujar Sean yang datang bersama Garda. Kejadian ini pasti akan membuat reputasi band jatuh apalagi anak-anak disini sering ikut lomba seperti Sean dan Garda. Ah iya, Toyo juga pernah bergabung dengan klub futsal dan memenangkan turnamen tahun lalu. Meskipun anaknya sering melucu, Toyo itu berprestasi juga.

"Dari lo bertiga ada yang beneran ngelakuin ini enggak?" Tanya Karan dan jelas mereka bertiga menggeleng secara spontan. Bahkan saat sedang kumpul-kumpul biasa pun ketiga cowok ini tidak pernah macam-macam. Wah, best boy. "Kalo enggak ada mah ini beneran ada yang iseng, tapi siapa coba? Semua orang 'kan suka anak band."

"Lagian juga, yang megang kunci 'kan cuma Sean, Reno, sama Kepsek."

"Tapi semenjak pensi kita 'kan jarang kunci ruang latihan." Ujar Toyo, memang benar sih jadi siapa saja bisa keluar-masuk ruang latihan dengan bebas karena Sean ataupun Reno jarang sekali mengunci ruang latihan karena sibuk mengurus pensi. Jadi daripada repot harus bolak-balik mengunci pintu, mereka jadi sering membiarkannya saja.

"Apa Jafar?"

"Hah?"

"Bisa aja 'kan Jafar yang iseng? Atau mungkin malah dia yang sebenernya ngerokok di sekolah?" Kali ini Toyo berspekulasi lagi, memang satu-satunya anggota yang tidak dekat sekaligus tidak tetap adalah Jafar. Namun, apa mungkin pemuda penyuka permen burger itu yang melakukannya?

"Lo jangan asal tuduh." Karan menatap Toyo dengan ketus, Sana masih bisa melihat kalau gadis itu masih menyukai Jafar. Dan kenyataan bahwa Garda menyukai Karan pun membuat Sana jadi terus-terusan melihat ekspresi mereka berdua. Ya ampun kenapa harus ada situasi dimana Garda menatap Karan dan Karan menatap ketus Toyo karena sudah menuduh Jafar?! Kalau seperti ini Sana seperti masuk ke dalam novel romansa dan jadi peran figuran.

"Udah-udah, kita enggak tahu 'kan ini sebenernya kenapa, mendingan kita terima aja ini dulu makin lama pasti makin keliatan ini ulah siapa." Ujar Sana dan semuanya mengangguk-angguk setuju macam boneka. Toh, memang kenyataan tidak ada yang tahu pasti siapa yang melakukan ini semua kepada anak band. Namun, sepertinya Sana curiga pada seseorang.

Ia harus mencari tahu dengan hati-hati karena bisa jadi Sana yang kena masalah. Iya, kalian tahu siapa yang sedang Sana curigai.

Renjani.

Namun, gadis itu dikenal baik dan amat sangat mempunyai reputasi yang tidak ada celah. Renjani yang anggun, Renjani yang suka menolong, Renjani yang pintar, dan Renjani-Renjani yang lainnya lagi. Jadi mana mungkin gadis itu melakukan hal seperti ini? Dan apa alasannya? Mungkin hari itu, Jafar memang sedang tidak ada di kantin dan di kelas.

Iya, mungkin.

••

"Sana? Tumben." Sudah jelas dan sudah pasti siapa yang suaranya dingin begini. Ya seratus untuk kalian, Samudra yang ganteng sekali sampai penjaga perpustakaan mengingat namanya dan wajahnya. Oke Sana berlebihan, jelas saja ingat karena Samudra tiap hari pergi ke perpustakaan. Dalam kamus Samudra, perpustakaan adalah rumah ketiga.

"Lagi nyari novel, buat tugas." Ujar Sana secukupnya. "Gue enggak sempet ke toko buku, jadi mau pinjem aja."

Gadis itu meletakkan bukunya di meja dan duduk di samping Samudra yang wajahnya sudah seperti kucing yang baru saja bertengkar. Acak-acakan.

"Muka lo jelek amat, kayak abis dikeroyok."

Waduh gawat, mentang-mentang sudah putus Sana jadi memperlakukan Samudra macam Sean saja. Kenapa Sana jadi terlalu santai begini sih? Tapi tenang, Samudra pasti hanya diam dan tidak menjawab seperti biasanya.

Dan benar saja, Samudra hanya diam dan membalikkan kertas bukunya. Pemuda itu kembali membaca buku. "Gue kalah olimpiade."

Hah?

Loh Samudra 'kan sudah mengulang waktu, jelas dia tahu teknis olimpiade kalau begitu. Namun, kenapa bisa kalah? Ya meskipun menang, sama saja sih curang tapi memangnya ada peraturan 'orang dari masa depan yang kembali ke masa lalu tidak boleh ikut' nah kan tidak ada.

"Enggak menang pun lo tetep kebanggaan sekolah." Sana membuka novel yang telah dipilihnya, ia pertama-tama membaca novel ini cetakan keberapa karena gurunya membutuhkan informasi seperti itu pula. Gadis itu membolak-balik halaman novel, membaca bab pertama yang sudah disuguhkan dengan alur mundur yang penuh tanda tanya. Gadis itu tidak sadar bahwa Samudra tengah melihatnya membaca.

"Sana?"

"Hm?"

"Apa cita-cita lo?"

Sana terdiam, bahkan tidak jadi membalikkan halaman novelnya. Benar, Sana tidak tahu apa cita-citanya yang terdalam. Selama ini ia hanya ikut-ikutan tapi dia tidak benar-benar menentukan jalan hidupnya mau seperti apa.

"Gue enggak tahu, tapi gue jago gambar."

Samudra tersenyum kecil. "Lo bisa masuk desain."

"Desain?"

Masih dengan senyumannya, Samudra menganggukkan kepala. Sana melihatnya dengan teliti, pemuda itu memang berbeda sekali ya saat jadi pacar dan sesudah tidak jadi pacar. "Kenapa lo kasih rekomendasi sama orang yang udah bikin celaka Renjani kesayangan lo itu?"

Samudra terdiam, senyuman kecilnya pun juga hilang. "Sana."

"Apa?"

"Lo harus hati-hati."

"Kenapa juga gue harus hati-hati?"

"Karena alurnya berubah, sesuatu bisa aja terjadi."

Sana menghela napasnya. "Sam, lo sebaik ini ya?"

Sebaik ini sampai enggak tahu kalau Renjani enggak bener-bener suka sama dia dari dulu? Ah iya, Sana juga dulunya seperti Samudra.

Tidak tahu dan membiarkan semuanya mengalir saja.














[]

Masih ada yang baca ceritaku enggak ya? T-T

MTF : Kita Putus! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang