5 :: Rencana Pulang Bersama

1.8K 202 12
                                    

Series 1 :: Kita Putus!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Series 1 :: Kita Putus!

"Lo berisik, hela napas mulu." Ujar Sana memarahi Reno yang tengah pusing mencari sponsor untuk pensi tahun ini. Dana masih kurang, dan ia harus bekerja lebih keras lagi. Tapi bisa-bisanya pemuda itu meluangkan waktunya untuk melihat latihan band sekolah.

"Lo tinggal nyanyi aja ribet, udah anggep aja gue disini enggak ada dan terusin latihan."

Mana bisa Sana menganggap Reno tidak ada padahal jelas-jelas pemuda itu duduk di hadapan Sana yang tengah berdiri dan memegang mic? Mana wajahnya kelihatan lelah sekali, jadinya 'kan Sana tidak fokus.

"Gue bantuin lo nyari sponsor deh, gue ada adek kelas yang tahu banyak soal gitu-gituan, nanti gue chat mau enggak?" Mata Reno seketika berbinar, ia berdiri dan menghampiri Sana dengan wajahnya yang seperti anak kucing. Pemuda itu tersenyum lebar dan mengangguk antusias.

"Gila, lo emang temen sejati gue San."

"Yaudah sekarang mending lo lanjutin urusan lo, lo disini bikin enggak fokus." Ujar Sana. Reno sedikit mendengus kesal, tetapi pemuda itu tetap mengikuti perintah Sana yang akan membantunya dan pergi meninggalkan ruang latihan.

"Lo jahat juga San." Sean terkekeh, habisnya memang benar kalau wajah Reno itu menganggu. Anak itu seperti tidak punya semangat hidup padahal jelas lagu yang sedang dinyanyikan Sana bertema semangat.

Ting nong!

Sana melirik ponselnya di meja dekat pintu ruang latihan. Ada sebuah pesan, ah mungkin hanya dari operator. Jarang-jarang sekali ada yang mengiriminya pesan sore-sore begini.

"Enggak mau lo liat San? Takutnya penting." Tanya Karan, gadis pemain drum di sekolahnya. Hebat 'kan?

Sana menggeleng. "Enggak deh, paling operator, Ran."

"Ayo lanjut latihan, dari nada awal aja."

Brak!

Suara pintu terbuka dengan keras membuat semua anggota band melihat ke pemuda yang baru datang dengan terengah-engah. Itu Samudra, sedang apa dia disini?

"Untung lo belom pulang..."

"Ngapain disini?"

"Pulang bareng, abis selesai latihan lo ke perpus, gue tunggu." Jawab Samudra tanpa basa-basi dan langsung meninggalkan ruangan membuat Sana dan yang lainnya terperangah. Itu benar Samudra 'kan?

Tolong siapapun, tepuk pipi Sana. Ini jelas suatu keanehan. Meskipun Sana sudah beberapa kali diantar pulang oleh Samudra, tetapi pemuda itu tidak pernah mencarinya sampai sebegitu. Biasanya saat tak sengaja melihat Sana, Samudra mengajaknya pulang bersama. Atau disaat keduanya kebetulan belum pulang dan Samudra sedang dalam mood yang bagus.

"Cie, Samudra kayaknya sayang lo banget deh San." Ujar Karan lagi.

Maaf Karan, sayang darimananya? Kalau dia tahu hanya Sana yang mencoba mempertahankan hubungan ini selama beberapa bulan, dia pasti tidak akan berkata seperti itu.

Namun, Sana hanya bisa menampilkan senyumannya.

••

"Gue duluan." Sean mengacak rambut Sana perlahan dan gadis itu sedikit mengelak.

"Jangan ngebut." Ujar Sana dan pemuda itu mengangguk sembari tersenyum kecil lalu melangkah meninggalkan Sana yang tengah menaruh ponselnya ke dalam tas. Diliriknya sebentar layar ponselnya, pesan dari Samudra. Jadi tadi itu pesan dari Samudra?

Sana tidak suka ini.

Mengapa sedikit demi sedikit keanehan menghampirinya?

Dimulai dari tidak bisa putus, sekarang sikap Samudra yang tidak seperti biasanya.
Sana harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Sana
Sam, masih di perpus?

Samud
Udah tutup, gue di gerbang

Sana
Oke

Sana menghela napas dan menaruh ponselnya ke dalam tas. Ini hanya pulang bersama, bukan apa-apa. Tidak akan ada kemajuan dalam hubungannya. Tidak ada yang bisa diobrolkan juga, karena biasanya juga begitu.

Gadis itu melihat Samudra yang berdiri menyandar pada dinding gerbang sekolah. Postur tubuhnya yang tinggi benar-benar luar biasa, mengapa Samudra tidak coba masuk klub basket? Pasti ia akan lebih terkenal nantinya.

Diam dan bernapas saja Samudra sudah diidam-idamkan, apalagi masuk klub basket. Habis sudah.

"Jalannya lama." Ujar Samudra membuat Sana mendengus, mana ada pacar yang begitu?

"Maaf, kenapa lo mau pulang bareng? Ada yang mau diomongin?"

Pemuda itu menggeleng. "Gue cuma mau pulang bareng, lo tunggu sini biar gue ambil motor dulu."

Sana mengangguk dan tersenyum kecil.

Kalau Samudra sering begini, mungkin Sana akan mempertimbangkan lagi untuk putus atau tidak dengan Samudra. Tapi masalahnya, paling hanya hari ini Samudra begitu.

"Buru naik." Sana mengangguk, mengambil helm yang sudah disiapkan Samudra. Sana tahu betul pemuda itu selalu membawa dua helm meski ia akan pulang sendiri. Alean berkata, Samudra selalu mempersiapkan apapun bahkan untuk hal yang belum tentu terjadi sekalipun.

Angin yang menerpa membuat Sana sedikit mengusap matanya yang terkena debu.

"Lo mau pulang bareng tiap hari?"

Sana terkejut dan menghentikan aktivitas mengusap matanya. Ini benar pertanyaan yang diajukan Samudra? Tidak salah?

"Lo lagi sakit ya?"

"Enggak, udah jawab dulu."

"Yaudah, tapi kenapa lo begini?" Tanya Sana.

"Cuma mau aja."

Bukan jawaban yang ingin Sana dengar, seperti biasanya. Hari ini Samudra bersikap aneh. Kemarin juga. Besok apalagi?

"Kapan lo olimpiade?"

"Tiga minggu lagi."

"Setelah olimpiade, lo mau pergi bareng?"

Samudra diam, matanya fokus menatap jalanan yang ramai. "Liat nanti."

Kenapa jawaban iya sangat susah sekali diucapkan oleh Samudra?

[]

Kenapa ya kira kira samud ajak pulang bareng T-T ak juga mau diajak pulang bareng samud :(

MTF : Kita Putus! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang