23 :: Mulai lagi

1.1K 155 15
                                    

Series 1 :: Kita Putus!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Series 1 :: Kita Putus!

"Yo Reno." Toyo menyapa dengan mulutnya yang penuh dengan sisa nastar. Pemuda dengan topi hitam itu tersenyum melihat teman-temannya. "Katanya lo enggak bisa ikut surprise Sana, kok sekarang dateng?"

Reno melepaskan jaket dan topinya lalu duduk di samping Garda. "Iya, gue kira juga enggak keucap hari ini karena sibuk rapat osis, taunya acara keundur dari pihak sekolah jadi gue sempetin beli kado dulu, nih."

Ia menyodorkan paperbag berwarna biru, hadiah yang paling normal menurut Sana. Pemuda itu memberikan jam tangan coklat muda yang simpel. Ini benar-benar hadiah yang normal. "Coba pencet tombolnya San, siapa tahu bisa keluar sinar merah bunga-bunga di dinding."

"Reno enggak kayak lo Sean."

"Ahahaha"

"Woy cepet foto dulu biar makin kece kita." Sean mengambil ponsel di sakunya karena memang pemuda itu yang memiliki kamera dan penyimpanan yang bagus. Alhasil, ponselnya selalu jadi tumbal saat ada acara.

"Satu..dua...tiga."

••

"Lo mau kemana buru-buru gitu?" Tanya Sana yang kebetulan melihat Sean yang terengah-engah. Pemuda itu berjalan sembari melihat ponselnya.

"Ke kelas Jafar, minjem baju olahraganya gue lupa bawa."

"Ini istirahat, biasanya dia di kantin 'kan lagi gombalin anak orang?"

Sean yang buru-buru itu tidak bisa lagi menanggapi Sana yang banyak bertanya, pemuda itu sembari berjalan berucap. "Gue udah chat dia di kelas katanya lagi makan permen burger."

Sana tertawa, permen burger lagi. Seharian kemarin Jafar tidak banyak bicara dan hanya makan permen burger yang ia beli sebungkus itu. Dan sekarang dia hanya duduk di kelas saat istirahat sembari makan permen burger lagi. Gadis itu yakin dua minggu lagi Jafar tidak punya gigi.

Kembali berjalan menuju ruang latihan, Sana membawa stik drum yang tertinggal di panggung pensi kemarin dan Reno menyerahkan padanya padahal banyak sekali anak band yang berkeliaran di matanya, kenapa Sana yang diberikan ini? Malas sekali.

Gadis itu melepaskan sepatunya, membuka pintu ruangan dan melihat Renjani yang kebingungan disana. "Ngapain lo disini?"

"Ah, eh, Sana." Sana menaruh stik itu di atas meja dan berjalan mendekati Renjani. "Gue nyari Jafar, dia enggak ada di kelas."

"Ngapain nyari Jafar?" Tanya Sana, gadis itu nampak gugup tidak seperti Renjani yang hebat seperti biasanya. Gadis itu biasanya sangat amat percaya diri dengan dirinya dan berbicara dengan gaya yang berbeda.

"Dia belum kumpulin tugasnya, gue udah ditagihin sama Bu Nia." Ah iya, Renjani adalah ketua kelas dan Jafar adalah anak pemalas. Wajar saja jika gadis ini sampai kesini dan mencari Jafar.

Sana mengangguk. "Dia di kantin kali."

"Iya San, gue duluan ya." Ujarnya sembari tersenyum dan memakai sepatunya kembali. Gadis itu segera pergi meninggalkan ruang latihan, tapi kebingungan di pikiran Sana tidak segera pergi mengikuti Renjani.

Sean bilang, Jafar ada di kelas dan memakan permen burger bukan?

••

"Jadi lo enak banget San, bisa deket sama deretan cogan." Cessa menemani Sana yang hari ini ingin pergi ke toko buku. Entah mengapa gadis itu benar-benar penasaran dengan buku yang dibelikan Samudra. Ternyata buku itu punya empat bagian dan Sana baru punya dua. 

"Enak apanya sih, mereka enggak jelas semua." Ucap Sana. Gadis itu memang benar-benar tidak tahu bahwa ia dikelilingi oleh Sean, Garda, Jafar, Reno, dan tentu Samudra yang sekarang sudah menjadi mantannya. Ah iya, jangan lupakan Toyo. Namun menurutnya, mereka semua aneh. Sean yang suka bertengkar hal-hal remeh dengan Toyo, Jafar yang suka memakan permen burger, dan Samudra yang sikapnya labil. Oke, berarti saat ini kandidat terbaik hanya Garda dan Reno.

Sana mengambil satu buku yang menarik perhatiannya. Tunggu, tunggu, tadinya 'kan ia sudah jelas-jelas ingin membeli bagian ketiga dan keempat dari buku yang dibelikan Samudra, kenapa malah melenceng begini?

"Ah Cessa, Sana, nyari buku juga?" Suara lembut terdengar, membuat keduanya menoleh melihat Renjani yang terlihat kalem dan baik seperti biasanya. Gadis itu memeluk buku besar yang sepertinya untuk persiapan olimpiade. Ini sudah tinggal beberapa hari lagi, anak-anak olimpiade pasti berjuang keras agar menang.

"Enggak gue mah, Sana doang."

"Ah gitu, yaudah lanjutin ya, gue mau bayar buku dulu, Samudra udah nungguin."

Cessa membelalakan matanya terkejut mendengar ucapan Renjani. Gadis itu bisa saja berteriak kalau tangannya tidak refleks menutup mulutnya sendiri. Ia menoleh ke arah Sana yang terdiam melihat Renjani yang berjalan ke arah kasir. Namun beberapa detik kemudian, gadis itu segera larut kembali dalam rak-rak buku yang kokoh itu.

"Lo kok diem aja heh, itu pacar lo sama Renjani."

"Gue udah putus."

Cessa semakin bingung. "Katanya enggak bisa putus, kok sekarang putus? Duh gimana sih gue bingung sama cerita lo, lo bohong kemarin soal yang kembali ke masa lalu itu?"

Sana menghela napasnya. "Gue beneran, semuanya yang gue kasih tahu beneran, sekarang ya emang udah putus."

"Kapan? Dimana? Kok bisa satu sekolah enggak ada yang tahu?"

"Ah udahlah, gue kesini buat cari buku, nanti aja kapan-kapan ceritanya." Dalam ucapan memang Sana seakan terlihat santai, tapi sebenarnya ia ingin berbalik dan melihat interaksi mereka. Bukannya Samudra sudah menyerah atas Renjani?

"Tapi kalo Samudra sama Renjani cocok juga sih, aura-aura gimana gitu."

"Renjani udah sama Reno."

"Hah?!" Cessa terkejut dua kali hari ini. Gadis itu yang biasanya tahu semua berita dari yang kecil hingga besar sekarang seperti hidup menyendiri dan tidak tahu apa-apa. Cessa si pembawa kabar sekarang menjadi penerima kabar. "Gila, kok bisa-bisanya gue enggak tahu?"

"Ya 'kan enggak semuanya musti dikasih tahu, Cess."

Sana melirik kearah kasir karena sudah tidak tahan atas rasa penasarannya. Renjani tengah berbicara dan Samudra terlihat mendengarkannya. Pemuda itu membawa dua buku yang sana incar semenjak datang kemari di tangannya. Bagian ketiga dan keempat. Bagian yang Sana butuhkan.

"Gue beli buku yang lain aja."

"Katanya lo ngincer ini."

"Enggak jadi."

Salahkan Sana percaya diri kalau Samudra akan memberikan itu untuknya?

[]


Siapa yang ngira kalo yang ngetuk pintu Sana itu Samudra? Enggak mungkin lah ya T-T

MTF : Kita Putus! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang