18 :: Sepertinya yang Terjadi Biarlah Terjadi

1.1K 139 13
                                    

Series 1 :: Kita Putus!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Series 1 :: Kita Putus!

"Eh maaf, gue salah masuk ruangan." Gadis itu menampilkan senyumnya yang manis, tadinya ia ingin cepat-cepat pergi karena malu tengah masuk ke ruangan yang salah. Namun, ia urungkan. Dirinya melihat seorang pemuda menatap ke jendela dengan mata yang tidak bersemangat. Ia tahu ini tidak sopan, tapi sepertinya pemuda itu tengah merasakan kesedihan. Seperti gadis itu di masa lalu.

"Kalo mau keluar, keluar aja, di rumah sakit ini tamannya bagus." Ujar gadis itu sok kenal, dirinya berjalan mendekat dan duduk di bangku yang seharusnya ia tidak duduk disitu karena Garda bukanlah keluarga atau temannya.

"Siapa lo?"

"Eh gue? Gue Nayana." Jawabnya. "Lo enggak nyadar ya? Gue tadi bilang salah masuk ruangan? Lo mikirin apasih sampe enggak fokus gitu?"

Garda kembali memalingkan wajahnya, lebih memilih jendela ketimbang gadis itu yang manis rupanya. Gadis itu menghembuskan napasnya. "Hidup itu emang enggak selamanya berjalan sesuai rencana."

Garda diam, ia sama sekali tidak kenal gadis itu tapi ia serasa mau mendengar apa yang gadis itu ucapkan. Ah iya siapa namanya tadi? Nayana. "Lo tahu enggak, semua yang terjadi itu kadang emang harus dimaklumi dan diterima, kalo enggak sesuai rencana ya kita tinggal berusaha lebih baik lagi."

"Lo enggak tahu gimana rasanya kehilangan turnamen yang udah lo tunggu." Garda membuka mulutnya, Nayana tersenyum kecil. Pemuda ini benar-benar sama dengan ia di masa lalu.

"Iya enggak tahu, gue cuma tahu rasanya kehilangan lomba piano yang udah lumayan tingkatnya karena penyakit gue kambuh." Garda menoleh, melihat gadis itu yang masih memasang senyumnya. "Emang enggak enak ya rasanya yang udah kita usahain sungguh-sungguh tapi hilang tiba-tiba begitu."

Garda mendengarkannya, dia mendengarkan gadis itu yang entah mengapa selalu tersenyum menatapnya. Dia bahkan, tidak mengenal Garda tapi kenapa peduli?

"Yah tapi tahun ini gue bakal ikut lomba lagi, enggak masalah gagal, yang penting jangan menyerah, itu kata papah." Ujar Nayana. "Kita enggak perlu nyalahin siapa-siapa, yang kita perlu cuma bersyukur dan lihat dunia."

"Ah iya, ini gue pergi dulu ya, kebanyakan ngomong hehe, maaf karena salah ruangan." Ujar Nayana, gadis itu bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu. Namun, Garda memanggilnya tiba-tiba. Memanggil namanya.

"Nayana."

"Ya?" Gadis itu berbalik.

"Gue Garda, makasih karena udah salah ruangan."

Nayana membalasnya dengan senyuman. "Ya, besok-besok gue kesini lagi tapi enggak dengan alasan salah ruangan."

Gadis itu membuka pintu dan berlalu pergi, meninggalkan Garda yang buru-buru membuka ponselnya. Meskipun pemuda itu tidak ikut turnamen dan pensi, dia tetap punya kesempatan lagi.

Ia membalas semua pesan yang masuk ke ponselnya dan memberi semangat pada semua. Sama seperti yang gadis itu lakukan kepadanya.

Ternyata, sedikit ucapan bisa membawa dampak banyak.

••

"Ini pasti gara-gara Toyo abis makan mie pedes level 99 karena ditantang Jian kemaren." Reno menepuk dahinya sudah H-berapa jam ini dan Toyo terus menerus bolak-balik ke kamar mandi karena perutnya yang mules.

Semua anggota menggeleng pelan melihat tingkah Toyo, anggota uks datang dan memberinya obat untuk perutnya yang melilit. Sumpah, Toyo ada-ada saja. Sana mengecek ponselnya, sudah dua hari ia tidak bertemu dengan Samudra dan bahkan pemuda itu mengiriminya pesan. Yah memang Samudra jarang mengiriminya pesan sih, tapi kalau untuk bertemu biasanya sekali dua kali pasti berpapasan. Apa pemuda itu tidak masuk sekolah? Atau bagaimana?

"Obatnya palingan beberapa jam lagi berefek, tenang aja." Ujar salah satu anggota uks dan mereka pergi meninggalkan area belakang panggung.

"Nanti kabarin gue, gue mau cek yang lain dulu." Ucap Reno. "Lo semua 'kan tampil keempat, jadi kabarin gue pas anak saman udah tampil, biar gue tahu Toyo sanggup atau enggak, kalo enggak gue undur lagi."

Mereka semua mengangguk-angguk, Sean menepuk-nepuk bahu Toyo yang memegangi perutnya sedari tadi. Pemuda yang biasanya tersenyum ceria itu kini tengah terduduk lesu. Lagi juga kenapa ia makan mie pedas level 99 padahal ia itu tidak bisa makan makanan pedas?

"Lo ama Jian emang tantangan karena apa sih."

"Kaset ps, yang menang dapet kaset ps."

Oh pantas, anak itu 'kan memang tergila-gila dengan game.

"Kalo misalkan lo enggak sembuh-sembuh, siapa yang bakal gantiin lo? Gue enggak tahu siapa yang bisa main kibor dan tahu lagu yang kita mainin." Tanya Sean, yang lain juga bingung. Tadi beberapa kakak kelas yang dulunya adalah anak band juga kurang tahu dengan lagu yang akan dimainkan karena memang baru dan kakak kelas sudah jarang bermain alat musik karena fokus ujian akhir.

"Coba tanya Sam, dia pernah main keyboard waktu anak kelas gue ke panti." Tiba-tiba saja Reyna, anak osis yang juga merupakan teman sekelas Samudra menimbrung pembicaraan mereka.

"Coba.. San.." Mereka semua menatap kearah Sana membuat gadis itu kikuk. Dia mengangguk dan mengambil ponselnya, apa Samudra mau dimintai tolong begini? Pemuda itu 'kan bukan tipe seperti itu.

Sana
Sam, lo bisa main kibor?

Samud
Ya

Sana
Bisa ke belakang panggung? Gue minta tolong sekali aja

Samud
Iya, gue kesana

Sana menghela napasnya lega. Eh tunggu, Sana belum bertanya apakah pemuda itu tahu lagu yang mereka mainkan. 

"Gue bisa mainin lagu itu." Ujar Samudra datang secara tiba-tiba. Mereka semua menatapnya sebagai cahaya, akhirnya ada yang bisa juga.

"Wah makasih San udah bilangin Samud, lo langsung aja ganti baju nih Sam terus siap-siap kalo emang Toyo beneran enggak bisa main." Pemuda itu mengangguk pelan dan segera mengambil baju yang diberikan oleh Sean.

Tunggu, Sana 'kan belum memberitahu lagu apa yang akan dimainkan!



[]

Aku up 2 part karena kelamaan ya T-T tapi kayaknya besok up lagi yeay!

MTF : Kita Putus! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang