13 :: Gaduh

1.2K 150 14
                                    

Series 1 :: Kita Putus!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Series 1 :: Kita Putus!

"Sam putus yuk!"

"Samudra kiw, yuk putus"

"Oi Samud, putus yuk."

"Putus yuk."

"Sammy, ayok putus aja."

Entah sudah berapa kali Sana melakukan hal tersebut. Bermacam-macam dialog sudah Sana coba, dari yang marah-marah sampai yang santai luar biasa, tapi tetap saja ia tidak bisa putus dari Samudra. Terkadang gadis itu memanfaatkan kekuatan mengulang waktu untuk hal-hal pribadinya, kalau berhasil. Masalahnya bolak-balik ke masa lalu dan tidak tahu di adegan yang mana itu melelahkan. Sumpah.

Hari ini Sana berniat untuk pulang sendiri, tidak sih sebenarnya Samudra berkata bahwa ia ada urusan setelah pulang sekolah. Yah, mungkin itu pelajaran tambahannya karena olimpiade sebentar lagi. Dan jangan lupakan pensi. Sana sedikit jengah dengan Jafar yang beberapa hari ini mendekatinya.

Benar-benar tipikal orang yang Sean ucapkan.

"Sana!" Gadis itu berhenti dan berbalik melihat Cessa yang berlari menghampirinya. "Lo pulang sendiri? Samudra mana?"

"Ada urusan katanya."

Mata Cessa berbinar. "Besok 'kan sabtu, ayok main ke rumah gue sampe sore! Nanti gue minta abang gue anterin pulang deh biar aman!"

Sana tertawa. "Emangnya dia mau? Jemput lo abis pulang sekolah aja enggak mau."

"Pasti mau! Tenang, kan ada mama." Gadis itu langsung menggandeng tangan Sana menuju halte bus yang ramai. Keduanya menunggu sebentar, lalu naik ke bus biru yang mengarah ke rumah Cessa. Sebenarnya jarak rumah Cessa dan Sana tidak terlalu jauh, tapi kalau untuk berjalan wah lumayan juga.

Melihat-lihat jalanan, Sana seperti sudah lama tidak naik bus umum. Padahal baru beberapa hari pulang bersama Samudra, jadi lupa dunianya. "Gue punya poster baru San, idol gue keren banget aw! Lo harus liat!"

Sana mengangguk-anggukkan kepalanya, gadis itu mengeratkan genggamannya pada pegangan bus. Cukup lama mereka berdua berdiri sampai tiba ke tujuan yang diharapkan. Kedua teman dekat itu berjalan beriringan, sesekali mengobrol hal yang tidak penting untuk dibicarakan. Cessa dengan ciri khasnya yang antusias dan Sana si pendengar sejatinya.

"Beli eskrim sama jajanan dulu sebentar." Minimarket andalan Cessa, Sana mengikutinya dari belakang dan sesekali memilih jajanan yang katanya Cessa traktir. Tumben. Anak itu biasanya suka mencari yang gratisan, seperti kopi. Itulah mengapa minimarket ini adalah minimarket kesayangannya karena tak kira-kira kalau memberi sedang memberi diskon.

"Enggak kebanyakan?" Tanya Sana.

"Enggak, udah hayok." Minimarket sepi, membuat mereka tidak mengantre dan berlama-lama di depan kasir. Sana menjinjing satu kantung plastik penuh berisi jajanan, begitu pula Cessa.

"San, itu Samud...."

Sana memfokuskan pandangannya, melihat Samudra yang berbincang dengan Renjani di depan rumahnya. Keduanya nampak bahagia, tidak seperti saat Samudra berbicara dengannya. Kaku, cuek, dan biasa saja. Kenapa? Kenapa Sana sedikit sakit saat melihat kedekatan mereka terus-menerus? Harusnya Sana tahu 'kan kalau mereka hanya rekan dalam olimpiade?

"Ayok, lewatin aja."

Sana menghembuskan napasnya, berjalan mendahului Cessa yang tahu kalau gadis itu tengah mengumpulkan keberaniannya. Melewati Samudra. Namun, jelas saja gagal. Mana mungkin Samudra tidak melihat Sana yang berjalan melewatinya begitu?

"Kenapa disini?" Samudra menatapnya, bukan dengan tatapan yang biasanya Cessa lihat dalam drama romansa remaja. Benar-benar tatapan yang biasa saja.

"Harusnya gue yang tanya, lo kenapa disini?"

"Nganterin Renjani."

Sana terkekeh. "Jadi ini urusan lo? Yaudah lanjutin, gue pergi dulu, ayok Cess."

Cessa mempercepat langkah mengejar Sana, lalu melihat kearah Samudra yang sama sekali tidak mengejar temannya. Hei, ini 'kan pacarnya, kenapa didiamkan saja? Bukannya kalau di drama, gadis yang tengah merajuk akan ditenangkan oleh pasangannya? Kok begini sih? Tidak menarik sekali cerita Sana dan Samudra. Fiks, tidak akan ada sutradara yang mau mengangkat kisahnya jadi film atau semacamnya.

"San?"

Tak disangka, gadis itu menampilkan raut sedihnya. Ini bukan Sana. Sana jarang sekali seperti ini. "Gue mau putus sama dia.."

Cessa heran, kenapa Sana susah sekali putus dengan Samudra? Bukannya hanya tinggal meminta saja?

•••

"Gue denger lo pulang sama Karan kemarin? Bukannya udah putus?" Garda tiada angin tiada hujan tiba-tiba duduk di hadapan Jafar yang tengah lahap memakan mie ayam kantin. Pemuda itu menyeruput minumannya, tersenyum miring melihat adiknya yang sudah terbakar cemburu padahal Jafar hanya bertindak kecil begitu.

"Motornya belom selesai-selesai juga 'kan? Jadi enggak masalah dong gue anterin, lo juga sibuk tuh."

Garda mengepalkan tangan kesal, semena-mena sekali Jafar di matanya. Pemuda itu tahu, perempuan tidak akan dengan mudahnya berpaling begitu. Garda khawatir, sedikit perlakuan manis Jafar bisa membuat Karan kembali takluk dan melupakan apa yang telah Jafar lakukan. Mengkhianatinya.

"Jangan deketin dia."

Jafar terkekeh. "Lo siapanya? Akhir-akhir ini bukannya lo sibuk sama dunia basket lo, jadi kenapa ngurusin Karan?"

"Gue suka dia."

"Suka aja enggak cukup."

Garda menahan amarahnya. "Lo mau apa?"

Jafar berhenti melahap mie ayam nikmatnya, mengeluarkan tatapan mengerikan pada Garda yang jelas membuat pemuda itu was-was dengan apa yang akan Jafar ucapkan.

"Cewek di band lo, Sana, bantu gue deket sama dia dan lo dapet Karan."

[]

Yok mulai panas yok

MTF : Kita Putus! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang