33 :: Sana yang Tidak Tahu Mengapa Ini Semua Terjadi

894 133 10
                                    

Series 1 :: Kita Putus!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Series 1 :: Kita Putus!

"Sana?"

Gadis itu menoleh saat namanya dipanggil, dirinya berhenti menyeruput kopi dingin yang sudah ia pesan beberapa menit yang lalu. Terlihat embun-embun di luaran gelasnya, di atas meja dekat kaca yang berhadapan langsung dengan jalanan itu terdapat beberapa buku dan juga brosur.

Pemuda itu duduk di sebelah Sana, menaruh tasnya yang keren di atas meja, mengeluarkan beberapa buku. "Lo ngapain disini?"

"Oh? Eh, abis ketemuan sama kakak kelas waktu SMP dulu." Jawab Sana, pemuda itu mengangguk-anggukan kepalanya tanda bahwa ia paham. Sekilas ia melirik brosur yang dipegang Sana. Sana yang sadar mata pemuda itu mengarah kemana, segera membuka mulutnya. "Ini brosur les, gue emang lagi nanya-nanya kakak kelas yang masuk desain."

Samudra tersenyum kecil. "Beneran diniatin ternyata."

"Lo mau ambil jurusan apa?"

Membuka bukunya, Samudra mengalihkan pandangan sembari tersenyum. Kali ini senyumannya lebih lebar. "Rahasia."

Selalu. Samudra memang selalu begitu. Namun, kali ini Sana sama sekali tidak merasa kecewa ia tidak menjawab pertanyaan yang Sana ajukan dengan benar. Sana malah tersenyum geli, seakan sudah tahu apa yang akan Samudra lakukan. Gadis itu kembali membaca dua brosur les yang direkomendasikan oleh kakak kelasnya saat sekolah menengah pertama dulu. Memang mereka masih kelas sebelas, tapi sedikit lagi 'kan sudah mau masuk ujian semester. Sedikit lagi ia akan duduk di kelas dua belas dan tidak bisa bersantai lagi.

"Lo mau nyari buku buat persiapan ujian masuk bareng?" Samudra membalik halaman bukunya, menandai beberapa kata dengan stabilo biru miliknya.

"Kapan?"

Samudra menatapnya. "Minggu, mau?"

Sana tersenyum dan mengangguk.

"Ah iya." Pemuda itu tiba-tiba seperti teringat sesuatu, ia membuka resleting tasnya lagi, mengambil paperbag berwarna kuning dan menyodorkannya pada Sana. Gadis itu bingung, sorot matanya seperti bertanya apa itu yang ada di dalamnya dan mengapa diberikan kepada Sana. "Buku."

"Buku?"

"Ya, lanjutan novel fiksi yang waktu itu." Sana menerima paperbag-nya, melihat dua buku yang masih terbungkus plastik di dalamnya. Jadi waktu itu Samudra benar-benar membelinya untuk Sana? Gadis itu kini tidak bisa menahan senyumnya, ia terus-terusan tersenyum lebar seperti tidak pernah diberi hadiah saja. "Lo keliatannya suka banget sama novel itu."

"Iya." Ucap Sana. "Sam?"

"Hm?"

"Lo, udah enggak suka Renjani?" Pemuda itu terdiam, dia hanya menjawab pertanyaan Sana dengan senyuman halus dan kembali fokus pada bacaannya. Karena.....

.....Samudra juga tidak tahu jawaban dari pertanyaan yang diajukan Sana.

Rintik-rintik hujan terlihat turun, butiran-butiran air memenuhi jendela. Sana menatap hujan yang turun dengan deras, melihat ke dalam tasnya. Dia, tidak membawa payung. Pandangannya ia alihkan pada jam dinding besar di kafe, pukul delapan. Ia akan telat kalau hujannya lama.

"Enggak usah khawatir, bilang aja kalo mau pulang, gue anter."

••


Samudra menggantungkan tasnya, lalu merebahkan badan di kasur yang empuk. Dirinya menatap langit-langit kamar, memikirkan banyak hal. Semenjak kembali ke masa lalu, Samudra mengetahui banyak hal yang selama ini tidak pernah ia pedulikan. Dalam hidupnya dulu tidak pernah ada orang lain selain Alean, Banu, dan Renjani. Tidak ada lagi.

Ia menatap bingkai foto di mejanya, lalu bangkit dan mengambil bingkai putih itu. Nampak foto seorang gadis yang ada di barisan foto kelompok yang pergi ke salah satu lomba yang diadakan kampus bergengsi di kotanya. Banyak orang di foto itu, tapi Samudra memang hanya melihat foto gadis itu. Karena kembali ke masa lalu mereka berdua tidak bertemu dengan semestinya lagi. Mereka dekat, tapi mungkin hanya sebatas rekan olimpiade menurut Renjani. Kalau saja gadis itu tahu bahwa kehidupan ini terulang karena Samudra ingin menyelamatkan hidupnya, apa ia akan berbalik dan kembali pada Samudra? Dan, apa Samudra benar-benar menginginkan itu terjadi?

Pemuda itu mengacak-acak rambutnya. Ponselnya menyala dan mengeluarkan suara. Pesan masuk.

Sanaaaa_
Udah sampe?
Jaket lo gue cuci dulu ya, janji deh bakal wangi.
Gue bakal pake pewangi yang banyak.

Samudra tertawa kecil, membuka profil gadis itu yang entah mengapa mengiriminya pesan lewat Instagram. Darimana ia tahu akun milik Samudra? Mereka 'kan tidak pernah saling mengikuti, Samudra juga tidak terlalu aktif dalam Instagram. Ia menggulirkan layar, melihat foto-foto Sana yang punya banyak gaya. Gadis itu sesekali tersenyum ceria, atau cemberut sesuai suasana latar belakangnya. Dia, juga cantik.

Samudra tersenyum sampai ia berhenti di satu foto yang membuatnya terkejut. Satu foto bunga-bunga yang merupakan awal dari semuanya di masa lalu. Satu foto dengan caption yang lucu dan juga banyak komentar-komentar yang menyukai foto yang dipotret Sana. Samudra memang sudah melihat banyak potretan Sana, ia sepertinya suka memotret banyak hal. Jalanan, bunga, rumah-rumah, tapi tidak ada hal yang lebih mengejutkan Samudra selain foto yang diposting sudah lama itu.

Itu foto yang sangat familiar. Apa selama ini Samudra salah mengira?

[]

Sanaaaa_ Bunga baik di bulan yang baik ✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sanaaaa_ Bunga baik di bulan yang baik ✨

356 suka 31 komentar


















°• ilustrasi diambil dari pinterest.)

MTF : Kita Putus! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang