17 :: Satu Hari Sebelum Pensi

1.1K 146 9
                                    

Series 1 :: Kita Putus!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Series 1 :: Kita Putus!

Sana tidak bisa tidur.

Setelah permintaan putus yang entah mengapa ditolak oleh Samudra itu, Sana jadi bingung. Pemuda itu hanya berkata bahwa saat ini ia tidak bisa putus dengan Sana dan Sana tidak tahu apa alasannya. Padahal Sana sudah menjelaskan kenapa ia ingin putus, tapi tetap saja Samudra selalu berkata untuk sabar sampai semuanya berakhir dengan tenang.

Apa yang berakhir?

Apa yang berakhir dengan tenang?

Kenal dengan Samudra adalah opsi terburuk yang pernah Sana lakukan karena ia jadi bingung setiap harinya. Belum lagi Sean dan Toyo yang datang tiba-tiba dan memarahi Sana karena membuat mereka melakukan pengejaran yang sia-sia. Namun, yang masih tidak dimengerti adalah kenapa dia tidak bisa mengulang waktu?

"Ini anak kenapa deh? Tumben-tumbenan diem aja?" Tanya Cessa.

Gea yang sedang duduk di depan Cessa menimpali. "Sana emang diem, yang cerewet itu lo Cess."

"Yeh gue juga diem ya anaknya."

"Idih, tapi iya juga sih, tumbenan si Sana kayak patung begini." Gea memakan keripiknya. "Oh mungkin karena besok pensi dia jadi pusing."

Cessa hanya mengangguk-angguk mendengar penuturan Gea, apa ini ada kaitannya dengan Samudra dan kejadian yang Sana ceritakan kemarin? Tentang Sana yang tidak bisa putus dari Samudra dan malah mengulang waktu. "San, nanti lo bakalan latihan pas jam pelajaran atau pulang sekolah?"

"Pulang sekolah, cuma anak osis yang izin buat pensi besok, kita latihan setelah pulang sekolah setelah panggung udah dicek bener." Ini adalah kalimat paling panjang yang diucapkan Sana hari ini. Benaran. Dari tadi Cessa bercerita Sana juga hanya menimpali seadanya, biasanya gadis itu pendengar yang baik dan tahu harus menjawab apa, tapi hari ini tidak.

"Pengen izin, capek sama matematika..." Cessa berucap pelan.

"Apasih, matematika itu seru." Jawaban yang sangat Gea banget. Kalau Cessa disuruh mengerjakan soal matematika sepuluh, itu menurutnya adalah beban berat. Kalau Gea disuruh mengerjakan soal matematika sepuluh, itu menurutnya kurang.

"Cuma yang gue sebelin dari tahun ini adalah, Garda enggak berpartisipasi, itu adalah kekesalan yang teramat sangat." Gea ikut mengangguk-angguk asalkan Cessa senang. Oh iya, sebenarnya Gea tidak terlalu dekat dengan mereka berdua. Namun, karena Gea sering mengajarkan mereka matematika beberapa hari ini meski akhirnya mereka tidak mengerti juga, Gea jadi terlihat lebih sering dengan Cessa dan Sana. 

"San ih, jangan diem aja kenapa deh, lo lagi mikirin apaan sih? Pensi? Santai aja lo 'kan udah pernah partisipasi di pensi tahun lalu."

"Gue, ke ruang band dulu." Sana bangkit dan pergi meninggalkan kelas. Gadis itu berjalan pelan menuju ruang latihan. Sana suka suasana sekolahnya. Ramai, tapi tetap pada kestabilan. Gadis itu melirik sebentar ke lapangan, dilihatnya panggung yang sudah berdiri kokoh. Nampak beberapa orang tengah menyiapkan ini itu dan mengecek kekuatan panggungnya.

Ia membuka pintu ruang latihan, melihat Sean yang tengah mengecek beberapa alat musik yang akan mereka mainkan di pensi nanti. Pemuda itu menoleh, melihat Sana yang berdiri di ambang pintu. "Lo ngapain disini?"

"Mau lihat aja."

"Lagi ada masalah?" Sana menggeleng, gadis itu masuk ke dalam ruang latihan dan memencet tuts kibor yang jelas tidak bersuara karena belum dinyalakan.

"Lo sendiri? Enggak sama Toyo?"

"Sama Toyo, dia lagi ke kantin beli minum, katanya haus padahal dia cuma duduk dari tadi." Sana terkekeh pelan, ia duduk di kursi dan menatap Sean.

"Sean, kalo misalkan lo ada kejadian aneh gitu apa yang bakal lo lakuin?"

"Aneh kayak gimana?"

"Ya aneh, kayak ya aneh aja gitu."

Sean berdeham sebentar, sebenarnya tidak terlalu tahu apa yang dimaksud oleh Sana. Namun, tetap saja ia mencoba menjawabnya. "Ya gue cari tahulah, kenapa kok bisa gue ngalamin kejadian aneh, tapi emangnya lo ada kejadian aneh apa? Rumah lo terbang? Lo liat tikus bersayap? Atau gimana?"

"Iya, rumah gue terbang."

"Hah serius lo?"

Sana tertawa. "Ya enggaklah, lo gampang banget percaya."

"Ya gimana enggak percaya, gue 'kan sayang lo." Sean tiba-tiba terkejut sendiri dengan apa yang ia ucapkan. "Sayang sebagai sahabat ye, jangan pede."

"Iya iya, kalo itu gue tahu." Sean tersenyum kecil.

"Eh Sana si anak kece dari abad 21." Kalian pasti tahu siapa yang datang, Toyo dengan muka sumringah membawa dua botol minuman dingin di tangannya. Yang satu sudah tinggal sebagian, yang satu masih utuh. Sepertinya untuk Sean. Di belakangnya nampak Karan yang entah mengapa tiba-tiba seperti ada bunga-bunga yang bermekaran di wajahnya.

Maksudnya, di terlihat sedang bahagia.

"Si Karan kenapa?"

"Gatau, katanya Garda akhirnya bales chat dia dan bilang semuanya baik-baik aja, dia juga semangatin kita pensi, gue enggak tahu si Garda kesurupan apa, dia 'kan kalo bales chat orang aja males."

"Itu artinya di udah baikan sekarang, abis pensi kita jenguk dia." Ujar Sean dan semuanya mengangguk.

"Tapi Jafar juga tadi bahagia, apa dia juga dikirimin chat sama Garda? Enggak mungkin deh ya, kayaknya hubungan mereka juga enggak baik."

"Ya tapi gimana juga, Jafar keliatan khawatir banget 'kan sama Garda? Mau sejauh apapun yang namanya saudara pasti masih ada perasaan terikat." Timpal Sean.

"Omong-omong kenapa Sana disini? Kangen kita? Seh baru kemaren ketemu, mana acara putus-putusan segala lagi sampe lari-larian." Toyo meledek gadis itu, Membuat Sean ikut tertawa. Karan hanya bingung apa yang dimaksud dengan mereka berdua, sedangkan Sana hanya menatap mereka berdua malas.

"Lari-larian apa?"

"Ituloh kemaren Sana pengen minta putus sama Samudra, yang kemaren ngejar-ngejar ituloh." Toyo memang mulutnya minta dicabein, anak itu kalau bicara ceplas-ceplos saja ya. Cocok dengan Cessa.

"Lo putus sama Samudra?" Semuanya menoleh ke sumber suara, terlihat Jafar yang berdiri di dekat pintu dengan membawa stik drumnya.

Iya Jafar. Jafar yang itu.

[]

MTF : Kita Putus! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang