41 :: Pantai dan Satu Cerita

812 109 10
                                    


Series 1 :: Kita Putus!

"Dung tak dung dung tak, kayak gituloh." Toyo yang hari ini mengajak anak-anak band untuk latihan terlihat bersemangat sekali, Karan berkata bahwa anak itu baru saja selesai menonton sebuah film yang pemeran utamanya adalah anak band. "Ei, Sana anak baik, ngapain lo ngelamun terus bukannya nyanyi? Garda juga duh yang bener dong kawan-kawan."

"Lo lagian ngapain si tiba-tiba ngajakin latihan? Lo pengen jadi Anggara?" Anggara, nama pemeran utama dalam film yang Toyo tonton kemarin. Di film itu Anggara bertemu dengan pemeran perempuan di sebuah kafe saat ia tengah tampil dengan anak-anak band lainnya. Toyo pasti ingin dirinya seperti itu.

"Aduh bukan gitu, potensi band kita bagus loh mending kita manggung di kafe gitu ya enggak?" Ucap Toyo. Pemuda itu merangkul Sean dan Garda yang dengan cepat menjawab tidak pada tawaran Toyo yang sudah jelas ingin mengikuti jalan cerita macam di film-film.

"Kalian kenapa sih woi enggak pernah dukung gue nemuin jodoh, waktu itu diajakin jadi penjaga warnet enggak mau, sekarang ngeband enggak mau, nanti gue dapet jodoh darimana?"

"Ya dari sini, orang jodoh lo udah ada di sini." Ujar Karan.

Toyo kebingungan. "Di sini? Siapa maksudnya? Lo?"

"Tuuuu." Tunjuk Karan pada barang yang berada di atas drum. "Jodoh lo, stik drum."

Karan tertawa, yang lain pun mengikutinya membuat Toyo kesal setengah mati dengan gadis di depannya itu. "Karan! Sini lo!"

Toyo berdiri, Karan refleks ikut berdiri. Pemuda itu mengejar Karan yang tiba-tiba berlari menjauh darinya. Bahkan mereka berdua tidak sadar kalau mereka sudah keluar dari ruang latihan.

"Gue cabut duluan ya." Garda mengambil tasnya, melihat ponselnya yang sudah mengeluarkan notifikasi sedari tadi entah siapa pengirimnya tapi ia terlihat senang.

"Yo, yang bener lo naik motornya." Ujar Sean lalu berdiri dan mengajak Sana pulang, gadis itu mengangguk, membereskan barang-barangnya di ruang latihan. Mungkin nanti Karan dan Toyo akan terkejut saat kembali karena mereka semua sudah pulang. Mereka berdiri, bersiap untuk membuka pintu tapi langkah mereka terhenti saat seorang pemuda datang dan tersenyum pada Sana.

"Sana, bisa pulang bareng? Ada yang mau gue omongin. "

Sana menoleh, menatap Sean. "Pergi aja San, emang gue emak lo."

"Ya 'kan tadinya mau pulang bareng, harus izin dulu lah."

"Iya diizinin." Jawab Sean sembari mengangguk-angguk, Sana tersenyum padanya lalu pergi bersama Samudra yang kelihatan murung. Ia sebenarnya tidak punya alasan, tidak ada yang ingin pemuda itu bicarakan dengan Sana. Namun, kalau Samudra tidak punya alasan, ia tidak akan bisa berjalan di sisinya seperti ini.

Pemuda itu berjalan dengan pikirannya yang mencari-cari alasan, apa yang harus ia bicarakan dengan Sana?

"Sam, apa yang mau lo bicarain?"

"Ah itu.."

Sana yang melihatnya kebingungan menghela napas pelan. "Lo enggak punya hal yang mau dibicarain ya?"

Melihat Samudra yang diam saja, Sana mulai berbicara. Keduanya berjalan dengan pelan menuju gerbang sekolah. "Sam, lo enggak harus ngelakuin ini, lo enggak harus berbuat sebaik itu sama gue, gue yang harusnya minta maaf karena gue tiba-tiba kesel sama lo."

MTF : Kita Putus! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang