21 :: Habis

1.2K 157 22
                                    

Series 1 :: Kita Putus!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Series 1 :: Kita Putus!

Tidak mudah bagi Samudra untuk mengulang waktu. Kala itu, Samudra benar-benar kecewa berat ketika Renjani kekasihnya kecelakaan karena didorong Sana di depan restauran dekat sekolah. Tiba-tiba saja harapan Samudra terkabul seketika, Samudra yang berteriak-teriak meminta kembali ke masa lalu terkejut melihat secercah cahaya.

Dia, benar-benar kembali ke masa lalu. Ke masa dimana dirinya belum berpacaran dengan Renjani. Ke masa di mana dirinya belum menjalani olimpiade. Ke masa dimana semuanya masih baik-baik saja. Samudra terbangun di kelasnya, buru-buru melihat kalender dan bernapas lega. Dia benar-benar kembali ke masa lalu. Mungkin ini adalah kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya.

Pemuda itu buru-buru berlari, menuju kelas Sana. Misinya yang pertama adalah membuat Sana jatuh cinta padanya sehingga ia tidak lagi melihat Jafar.

Hari itu, hari dimana terjadi kecelakaan, Sana mendorong Renjani. Yang Samudra dengar hanyalah kedua gadis itu meneriakan nama Jafar, sebelum kejadian itu terjadi. Pemuda itu berspekulasi, Sana membenci Renjani karena gadis itu disukai Jafar.

Ia memilih untuk berpacaran dengan Sana sampai hari kecelakaan itu sudah terlewati, hanya sampai hari itu. Setelah itu terserah. Oleh karena itu pemuda itu menyikapi hubungan mereka setengah hati, karena jelas dirinya kembali ke masa lalu hanya untuk Renjani. Samudra selalu berharap, agar Sana tidak melayangkan pernyataan putus bentuk apapun kepadanya sampai alurnya berubah. Dan benar saja, sudah berapa bulan Sana tidak melayangkan pernyataan putus pada Samudra. Namun, pemuda itu tetap takut ada kesempatan ia menyukai Jafar lagi. Dan membuatnya mengantar pulang Sana, mengajaknya ke toko buku, agar ia merasa spesial. Agar ia tidak pergi dari Samudra, setidaknya sampai hari kecelakaan terlewati.

Namun, pemuda itu jadi menyadari sedikit demi sedikit kebaikan yang ada dalam diri gadis itu. Sana selalu membawa plester kemana-mana. Meskipun ia berkata bahwa itu untuk dirinya, seseorang yang membawa plester sebenarnya juga mempersiapkan untuk orang lain juga. Sana yang ingat keinginan Sean membeli buku panduan drum. Sana yang tidak pernah melanjutkan pertanyaan saat Samudra memang tidak bisa menjawabnya.

Samudra tahu Sana cukup penasaran, tapi gadis itu urungkan karena tahu Samudra juga tidak akan menjawab dengan benar. Dia sebenarnya, cukup mengerti seseorang. Jadi apa benar, gadis itu mendorong temannya sampai kecelakaan hanya karena seorang Jafar?

"Kok lama, gue nungguin."

"Kayaknya, ini bukan waktu yang pas."

Sana menatapnya datar. "Lo udah janji hari ini udahin semuanya, lo ada rahasia apa?"

"Gue, orang dari masa depan..." Samudra mulai menjelaskan ceritanya. Menjelaskan bagaimana ia bisa kembali berada disini dan mengulang alur ceritanya lagi. Sana mendengarkannya dengan baik, gadis itu tidak memotong sama sekali bahkan saat kejadian ia mendorong Renjani yang menurutnya tidak masuk akal.

Samudra menghembuskan napasnya, kalimat terakhir yang Sana dengar dari ceritanya. "Jadi, gue akhirnya pacaran sama lo."

Sana menatap pemuda itu tidak percaya. Kenapa harus dengan memacari Sana, kenapa harus begitu?

"Apa enggak ada cara lain?" Ujar Sana. "Lo bisa dateng tepat waktu di hari kecelakaan itu dan nyelametin Renjani? Atau lo juga bisa peringatin Jafar jangan deket-deket sama pacar lo, atau sekalian lo jaga pacar lo dalem kotak kaca biar enggak kegores siapa-siapa."

"Kenapa....harus gue?"

"Karena itu yang paling enggak beresiko."

"Enggak beresiko untuk lo dan Renjani, untuk gue, mungkin." Sana menghembuskan napasnya, mencoba melegakan aliran napasnya yang sesak. Bagaimanapun gadis itu pernah menyukai Samudra 'kan? Ini juga seperti, seperti apa ya. Ah tidak tahu.

"Oke, itu rahasia lo." Ujar Sana. "Rahasia gue adalah saat gue minta putus sama lo, waktu terulang, seakan enggak ngijinin kita putus enggak tahu kenapa, ah ya mungkin karena harapan lo juga? Lo cerita kalo tadi lo harap gue enggak minta putus sampe alurnya berubah, sekarang mungkin alur hidupnya Renjani udah berubah."

"Dilihat dari dia yang jadian sama Reno, padahal harusnya sama lo." Samudra mendongak, dia baru menyadari hal itu. "Jadi sekarang, kita bisa putus."

Sana berdiri. "Rumah gue deket dari sini, makasih permen kapasnya."

Gadis itu berjalan cepat meninggalkan pasar malam dan meninggalkan Samudra yang hanya melihati permen kapas yang terdiam di atas tanah. Permen merah mudah merekah yang kelihatan sangat lezat tapi takdir meminta permen itu jatuh.

Samudra harusnya tahu, dia tidak bermain dengan alur. Sekarang, semua alur sudah berubah. Sangat berbeda dengan yang telah ia jalani sebelumnya. Ia yang pacaran dengan Sana, Garda yang kecelakaan lebih awal dan tidak ikut turnamen, dan juga Renjani yang berpacaran dengan Reno.

Samudra harusnya tahu, saat kembali ke masa lalu dan mengubah sesuatu. Segalanya jadi berubah dengan sendirinya.
Samudra, menerima akibat perbuatannya.

••

"Yang bisa nebak, gue kasih duit seratus ribu!" Toyo mengepalkan kedua tangannya, meminta teman-temannya menebak di tangan mana yang terdapat koin lima ratus perak.

"Enggak, enggak percaya gue." Sean tiba-tiba bangkit dari duduknya. "Dua-duanya enggak ada koinnya."

"Ya ampun, tidak boleh berburuk sangka wahai manusia, dikata babang Toyo ini pembohong hah?" Toyo ikut berdiri, menantang Sean. "Dikata gue takut sama lo Sea?"

"Nama gue Sean bukan sea."

"Yang jelas ada huruf itu dalam nama lo."

"Camilan!" Karan dan Jafar membawa dua kantung plastik berisi banyak camilan dari uang pensi. Tidak banyak sih, hanya saja saat ditambah uang kas lumayan bisa membeli macam-macam.

"Siapa yang beli permen burger banyak begini?" Tanya Sana dan Karan melirik Jafar. Pemuda itu hanya cengar-cengir sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Gemes itu San."

"Gila, Jafar gini-gini seleranya kayak anak kecil ya," ujar Toyo. "Liat yang lucu dikit ambil."

Sean tertawa, lalu melihat celah tangan Toyo yang menampilkan sedikit sisi koin. Langsung saja Sean menunjuk tangan kanan Toyo. "Disitu, koinnya."

"Lo liat ya?! Enggak-enggak ye, enggak adil."

Mereka semua tertawa melihat interaksi Toyo dan Sean. "Gue ke toilet dulu bentar."

Sana berdiri, memakai sepatunya dan meninggalkan ruang latihan. Ia berjalan pelan, suasana sekolah seperti biasanya. Kalau tidak ada pensi, jam segini sudah sepi.

Gadis itu melewati perpustakaan, sejenak melihat papan nama ruangan itu. Sialnya entah mengapa kakinya melangkah sendiri ke dalam perpustakaan. Matanya menelusuri setiap inci perpustakaan, tidak melihat siapa-siapa. Yah hanya ada penjaga perpustakaan dan beberapa anak yang terlihat pusing mengerjakan tugas. Sana terkekeh, pasti tugas dari Pak Bambang.

Ia menggelengkan kepalanya, tadi 'kan ingin ke toilet, kenapa malah berdiam diri disini. Sana membalikkan badannya, bukannya melihat pintu perpustakaan, ia malah melihat badan seseorang yang berdiri tepat di hadapannya.

Samudra.

[]
Up dua part. 😎

MTF : Kita Putus! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang