part 42

32.4K 1.5K 92
                                    

Hari demi hari telah dilewati oleh thea hingga tak tersa hanya tinggal beberapa bulan lagi ia akan lulus pasca sarjananya.

Bahkan ia sudah mulai menyiapkan beberapa bahan untuk skripsinya. Untuk urusan kuliah semua berjalan lancar. Orang tua dan abang-abangnya mengunjunginya setiap ada waktu luang yang lebih banyak.

Jika kalian tanya apakah thea mendapatkan pasangan disana maka jawabannya adalah tidak. Bagaimana ia bisa mendapatkan pasangan kalo ia selalu diawasi oleh om om itu?

Bahkan waktu ia mengobrol dengan teman laki lakinya tiba-tiba temanya itu merasa takut melihat apa yang ada dibelakang thea tanpa thea menengoknya ia tau kalo otu tristan. Siapa lagi coba kalo bukan dia yang bisa bikin orang lain takut dengan tatapannya.

Seperti saat ini ia sedang berada di ia berada disalah satu restoran yang ternyata itu milik keluarga tristan. Padahal ia ingin sekali cepat pulang lalu istirahat karna kepalanya sedikit pusing tapi semua itu sirna ketika tristan malah mengejaknya makan terlebih dahulu.

"Kamu mau makan apa?" tanya tristan sambil melihat menu yang ada.

"Lo aja gue tadi udah makan" ucap thea. Tristan mengadah mendengar ucapan thea.

"Enggak bisa kamu harus makan. Kalo kamu gak makan nanti sakit. Aku tau kamu bohong" ucap tristan.

"Terserah lo aja gue mau ketoilet dulu" ucap thea sambil membawa tasnya.

"Kenapa bawa tas? " tanya tristan bingung.

"Gue pms" ucap thea singkat. Tristan mengangguk tau apa yang di katakan thea.

Thea melangkahkan kakinya menjauhi tristan sebenarnya ia tak ketoilet untuk mengganti 'roti jepang' itu semua hanya kebohongan. Thea melangkah kearah pintu belakang tapi sebelum keluar ia menitipkan sesuatu untuk tristan kepada seorang pelayan. Tadiia sempat menulis sesuatu untuk tristan. Beruntungnya dia selalu membawa note kecil dan bolpoin .

"Tolong kamu kasihkan ke orang itu ya. Tapi jangan sekarang kasihnya nanti aja kalo pesenan orang itu mau diantar" ucap thea sambil menunjuk kearah tristan. Pelayan itu mengangguk tanda bahwa ia mengerti.

"Terima kasih" ucap thea lalu benar-benar pergi meninggalkan tempat itu.

************
"I'm home" teriak thea. Lalu menjatuhkan diri diatas sofa empuk miliknya.

"Loh kok sendirian ?" tanya rio bingung lalu duduk debelah thea. Thea menatap malas kearah rio.

"Dia lagi makan di restoran" ucap thea malas.

"Berarti lo ninggalin dia?!" tanya rio kaget.

"Biasa aja kali" cibir thea.

"Gila lo. Gue yakin pasti dia disana kayak orang kebakaran jenggot setelah tahu kalo lo menghilang dari sana" ucap rio.

"Kayaknya enggak deh karena tadi gue sempet ninggalin dia note" ucap thea.

Rio terbelalak kaget melihat kelakuan kembarannya itu. Apa thea tak memikirkannya terlebih dahulu sebelum melakukan itu semua? Bukannya ia takut dengan tristan tapi ia hanya takut kalo dia akan tuli karna ceramah tristan karena perbuatan thea.

"Iya tapi dia bakal bikin gue tuli" dengus rio.

"Dia gk bakal ceramah kok lo tenang aja. Kalo dia kesini bilang aja gue lagi istirahat. Gue capek" ucap thea. Rio melihat wajah thea dengan seksama. Memang sedikit pucat dari biasanya.

"Lo sakit? " tanya rio lembut sambil mengelus puncak kepala thea. Thea menggeleng.

"Hanya pusing kok" ucap thea lemah. Entah kenapa akhir akhir ini ia sedikit agak gk enak badan. Apa karna kegiatan kampus yang padat yang bikin dia kayak gini? Mungkin iya sih karna hampir setiap hari thea harus berangkat pagi dan akan pulang agak malam. Entah itu pukul sepuluh atu pukul sebelas itu disebabkan setelah ngampus ia akan pergi ke cafe.

Fake Nerd [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang