Prolog (Part I) - EDITED 2.1

5.1K 335 160
                                    

Author's Note: Chapter 1 ini aku bagi jadi 2, berhubung cukup panjang. Eniwei, bagi yang ngikutin serialku yang lain (Anomaly Within), tetap akan disambung lagi kok :) Tapi untuk saat ini, author akan lebih fokus ke Trace. Trace akan diusahakan untuk update seminggu sekali. Selamat menikmati dan jangan lupa komennya untuk perkembangan cerita ya :)

Pict by p3ndra90n

Edited Note: 2.1 version artinya berubah cukup besar dari yang sebelumnya, cuma masih dari segi detail. :)

******

Ketika aku masih manusia, kerjaanku sehari-hari juga berlari.

Meski sudah memasuki musim gugur, mondar-mandir malah membuatku berkeringat. Panik dan terengah-engah di tengah kerumunan yang tertawa santai? Aku sendiri menganggapnya bodoh. Sambil memeluk tiga kotak minuman dingin dan memegang dua kotak mie goreng, aku berkelok-kelok melewati berbagai orang menuju pintu masuk gedung.

Menembus kerumunan di koridor juga cukup sulit. SMA kami memang besar dan terkenal, festival kebudayaannya pun meriah dan mewah. Klub pembuat game katanya memamerkan demo *Action RPG terbaru mereka. Ruangan itu kulewati saat berlari menuju kelas paling pojok di lantai dua. Aku sempat berhenti. Teriakan histeris menggema dari dalam. Aku juga ingin mencobanya.

Namun, aku segera berlari lagi menuju tempat yang seharusnya kutuju. Ada meja di samping pintu kelas 2-E. Cewek di belakangnya berdiri menyambut tamu. Suaranya riang, beda sekali dengan ketika dia melihatku.

"Cepat masuk sana," katanya dengan nada malas. Suaranya berubah imut lagi setelah aku masuk. Cewek memang menyeramkan, mudah berganti-ganti rupa.

Musik horor bersenandung di ruangan gelap, sesuai dengan suasana hatiku. Aku berjalan ragu ke balik tirai hitam di sebelah kiri. Kelas kami membentuk lorong berliku dengan ruangan kosong di sela-selanya agar beberapa hantu bisa berjaga di sana. Seharusnya. Namun, tiga cowok di sana malah bermain ponsel dan mengobrol, sama sekali tak menjalankan tugas.

Aku menyodorkan barang-barang yang kubawa di depan salah satu cowok, Shinohara. Dia mengamati baik-baik minuman dan makanan itu sebelum akhirnya buka mulut, "Cuma ini?"

"Tanganku cuma bisa bawa segini."

Shinohara menggebrak meja, lalu berdiri. Aku otomatis mundur ketika dia maju mendesak.

"Tunggu apa lagi kalau begitu? Cepat beli yang lain. Porsi kita juga dua kali lipat dari ini, ya!"

"Dengar itu?" Ada suara perempuan di balik tirai. "Takut, ya."

Itu pasti gebrakan tadi. Kencang sedikit saja, suara itu bisa terdengar dari luar. Mungkin ini kesempatanku untuk melawan mereka, mumpung banyak orang.

"Aku tidak mau."

"Hah?" Shinohara maju selangkah lagi, tapi aku bergeming. Kukepalkan tangan erat-erat, mencoba menyalurkan keberanian ke dada, tenggorokan, mulut, lalu mata.

Aku menatapnya. "Kubilang, aku tidak mau."

Shinohara kelihatannya sedikit tertegun, sebelum dia tertawa dan menepuk pundakku. "Hei, Otomu. Kuberi kau kesempatan sekali lagi untuk bilang kalau kau bercanda, dan kita akan membiarkanmu." Dia menoleh ke teman-temannya yang juga tertawa.

Namun, aku menepis tangannya. "Aku tidak akan—"

"Otomu."

Aku menelan ludah, tak bisa menyelesaikan kata-kata. Shinohara memelototiku. Aku hanya bisa mematung.

"Sepertinya dia butuh pelajaran." Dia menarik dan menjatuhkanku membelakangi meja. Kepalaku terbentur pinggirannya hingga pandanganku bergetar sesaat. Aku memeganginya sambil gemetaran, tapi tak lama, kedua tanganku dipegangi. Meja di belakangku bergeser menimbulkan suara gesekan. Aku mulai panik, membayangkan hal-hal buruk yang bisa mereka lakukan kepadaku.

Exolia (Trace of A Shadow #1) - [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang