Author's Note: Aaaah XD Lama nih gak jumpa. Akhirnya~ Makasih buat yang udah setia nunggu dan percaya author bakal balik :) Setelah lama ketunda, author bisa lanjut nulis ini juga. Meskipun kayaknya jadi agak menumpul nih tulisannya. Cuma itu gak menghentikan niat author untuk terus lanjutin cerita Trace!! Ufufu. Terus, gambarnya buru-buru aja tuh. Haha. Soalnya belum ada gambar yang cocok di eps ini :'D
Prev Chap: Setelah kematian Orphea, Leonore menyerang Satsu membabi-buta. Sementara itu, Putri Hilderose yang melawan malah hendak diserang oleh Pangeran Alvaron, menyebabkan Tuan Meyr jadi menyerang Alvaron balik. Ketika Alvaron ingin melukai Putri Ester, Putri Hilderose melindunginya. Namun, seseorang mendorong Putri Hilderose hingga serangan itu tidak mengenai kedua putri, melainkan--
***
Dari dulu, Lucian selalu sebal dengan Herberth. Mereka bertemu ketika Lucian masih remaja, sementara sang raja masih dijuluki "Pangeran".
Lucian sering menikmati waktu senggangnya dengan berbaring di halaman istana, di bawah pepohonan. Dia suka menikmati langit Exolia yang bermandikan cahaya Lumeprodia. Musim panas pun, kubah itu membatasi teriknya matahari sehingga cuaca di dalam kota selalu pas.
Namun, Herberth—yang saat itu berumur lima belas tahun—selalu saja mengganggu. Hari itu dia juga menyembulkan wajah menghalangi pemandangan Lucian. Si pemuda mendengus ketika melihat sang pangeran tersenyum.
"Apa maumu, Bocah?"
Tanpa disangka-sangka, Herberth yang berwajah polos itu menjitak dahi Lucian.
Lucian langsung melompat berdiri dan mendelik. "Kau!"
"Siapa suruh memanggilku 'bocah'!" Herberth mengggembungkan pipi sambil mendongak dan berkacak pinggang. "Umurku sudah lima belas."
"Ya, dan aku dua puluh," balas Lucian sambil menjitak Herberth lebih keras.
Herberth mengaduh memegangi puncak kepalanya. Namun dia menggeram, kemudian menendang ke arah kaki Lucian.
Lucian melompat. Tepat ketika mendarat, dia tertawa melihat Herberth yang terjatuh duduk setelah gagal mengenai Lucian dan malah kehilangan keseimbangan. Herberth masih tak mau kalah dan melempari Lucian dengan kerikil. Lucian kabur, masih sambil meledek dan menjulurkan lidah ke arah pangeran itu. Mereka berlarian, memenuhi istana dengan teriakan dan tawa.
Suara-suara itu menggema dalam kepala Tuan Meyr bersama ingatan persahabatan mereka yang berkelebat secara acak, ketika matanya membelalak menyaksikan Raja Herberth tengah berlutut. Pedang-pedang Lumegladio tertancap di punggung sang raja.
Raja Herberth terbatuk memuntahkan darah. Tubuhnya ambruk menyamping. Pedang-pedang cahaya pecah seketika, menyisakan lubang-lubang yang mengucurkan cairan merah.
Pangeran Alvaron mengepalkan tangan dan mengeritkan gigi. "Kenapa kau yang malah ...?!" geramnya dalam bisik.
"Herberth!" Tuan Meyr segera berlari ke sisi sang raja. Dia membalikkan tubuh temannya agar dapat memastikan kondisi, meski ... apa lagi yang perlu dipastikan?! Darah sang raja membasahi seluruh tangan Tuan Meyr.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exolia (Trace of A Shadow #1) - [COMPLETED]
Fantasy[Fantasy - Romance - Adventure - Action] - Highest Rank #62 on June 22nd 2017. 17+ Warning, karena ada violence. - Exolia (Trace of A Shadow #1) - COMPLETED - Onogoro (Trace of A Shadow #2) - ONGOING - Savior (Trace of A Shadow #3) - Februari...