Keputusan (Part I)

405 61 21
                                    

Author's Note: Lagi-lagi pas-pasan. Wkwkwk. Eniwei, di luar dugaan, ternyata gak terlalu melenceng dari rencana awal. Kupikir dulu aku bikin outline-nya 20 chapter, ternyata salah hitung. Haha. Kayaknya bakal kelar di chapter 22 nih. Dan ini chapter 17. Countdown 5 chapter lagi :'D Btw, karena dah kehabisan gambar, jadi pake lagu lagi. Itu pun ide lagunya juga udah mulai gak nyambung :'D

Prev Chap: Sementara pesta telah dimulai, Leonore dan Nona Orphea bersiap dalam baju tempur masing-masing. Ally bertarung dengan Satsu yang tak mau menurut. Di tengah-tengah itu semua, Nona Orphea menginterogasi Putri Hilderose. Satsu yang memergokinya marah dan muncul untuk membunuh Orphea.

******

Secepat Satsu mengayun belati, Nona Orphea merapal mantra pedang. Dengan Lumegladio bersinar di tangan, wanita itu berbalik dan menahan serangan. Cahaya serta asap hitam mengurai di titik benturan.

Satsu mendorong lebih jauh, tetapi Nona Orphea sigap mengulang mantra. Tangan kirinya sudah memegang pedang Lumegladio kedua, tepat ketika belati Satsu menembus pertahanannya.

Nona Orphea menebas. Satsu menarik diri hingga mendarat dekat dinding. Dadanya sedikit sobek, sementara leher Nona Orphea memunculkan setitik darah. Satsu menyipitkan mata. Hampir saja dia menembusnya jika bukan karena serangan baru itu.

Nona Orphea mengayun kedua pedangnya bergantian. "Kau bisa saja mengejutkan Leonore dengan itu, tapi tidak denganku. Lupa kalau aku tahu banyak tentang Shadow?" Senyum optimis mengembang di wajahnya.

Putri Hilderose bangkit perlahan melawan rasa sakit. "Jangan lakukan ini, Satsu! Aku akan—"

Pedang cahaya melintang di depan leher sang putri, menghentikannya bicara. Tanpa melewatkan sepatah kata pun, ekspresi Nona Orphea berubah serius. "Sudah kuduga, kaulah Pemegang Kontrak pemuda ini."

Putri Hilderose mengeritkan gigi, lalu menatap Nona Orphea lekat-lekat. "Kau sama sekali tak mengerti. Kita harus segera ke pesta itu!"

"Kalau kau mati, pemuda itu juga akan bernasib sama." Nona Orphea mendekatkan pedang.

Satsu membelalak dan segera melaju kembali, kali ini lebih cepat dan tanpa ragu. Pedang terayun menuju tangan Orphea.

Nona Orphea mundur sambil berdecak. Serangan berikutnya bermaksud menggorok leher, tetapi wanita itu menahan lagi.

Begitu Lumegladio kedua mengayun, Satsu juga mengangkat belati yang satunya. Dia sudah tak termakan jurus serupa.

Nona Orphea terpaksa menjauh.

Satsu terus mengejar dan membabat. Tirai penyekat robek, ranjang dan kursi patah, perkakas juga vas bunga berjatuhan.

Nona Orphea melempar pedangnya ke arah Satsu, menyebabkan si pemuda harus mengayun sesaat untuk menangkis. Tepat di saat itu, Nona Orphea memelesat, sudah dengan pedang lain terbentuk di tangannya. Matanya mengilat ketika cahaya tajam itu terayun.

Satsu terlambat mundur. Serangan itu mencabik dari dada hingga ke bahu kanan. Asap hitam keluar dari luka seiring Satsu merintih tanpa suara.

"Satsu!" Putri Hilderose sontak mengulurkan tangan hendak meraih Satsu, tetapi dia kemudian meringis.

Menatap sang putri yang memegangi bahu, keyakinan Nona Orphea bertambah. Rasa sakit Satsu pastilah tersalurkan ke panca indera si Pemegang Kontrak.

Namun, mata Nona Orphea membuka lebar beberapa detik kemudian. Dia sadar.

Putri Hilderose memegang bahu yang berlawanan dengan luka Satsu.

"Ally!" panggilnya. "Urus tempat ini! Aku akan—"

Exolia (Trace of A Shadow #1) - [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang