Pertengkaran (Part I)

511 75 14
                                    

Author's Note: Terima kasih untuk yang selalu mengikuti perjalanan Leon, Satsu, dkk. Sejujurnya, minggu ini adalah minggu yang cukup berat bagi Author, bukan karena Trace, tapi karena krisis di dunia nyata. Meski begitu, author tetep gak mau ngelepasin Trace ataupun telat sehari pun. Untungnya sih masih bisa updet, tapi mungkin kualitasnya nurun di sini karena banyak pikiran. Haha. Eniwei, silakan menikmati 1 episode full tentang Leon :')

Btw, itu author nyoba ngegambar lagi. Kali ini Leon. Wkwkwk. Iseng2 aja. Maafkeun bila hasil gak memuaskan :'D

Prev Chap: Ketika Leonore masih memikirkan mengenai hubungannya dengan Putri Ester, Tuan Meyr mengajaknya dan Putri Hilderose untuk menemui bangsawan yang telah tiba. Sementara itu, Satsu yang pura-pura tidur akhirnya terpaksa bangun setelah Ally menemukan bekas-bekas luka di tangan Satsu. Dia kabur ke Wilayah Bayangan dan melakukan aksi berbahaya melawan para Droxa. Sementara mereka berpisah, Leonore dipanggil oleh raja, hanya untuk mendapat perintah yang menyakitkan.

******

Di luar kubah Lumeprodia, dinginnya cuaca menyerbu tanpa ampun. Matahari siang itu juga tertutup pepohonan lebat hutan Gari, daerah yang menghubungkan kota Loka dengan desa utara. Dedaunan di tempat lain biasanya sudah mengering dan rontok, tetapi hutan Gari selalu hijau. Jarak kota Loka dengan desa tak begitu jauh, menyebabkan kehangatan Lumeprodia cukup menyebar hingga beberapa meter area hutan. Para penduduk lebih menyebutnya sebagai keajaiban Eoden.

Ayunan pedang cahaya Leonore membelah seekor Droxa burung. Makhluk itu pecah, membiarkan pandangan si pemuda terarah ke dua gadis yang berjalan di depannya: Putri Ester dan Nona Orphea. Setelah beberapa musuh dihabisi, gemerisik rerumputan kembali mengisi keheningan di antara mereka.

Pagi itu, Leonore menganjurkan kepada Putri Ester untuk menerima lamaran dari kerajaan Magna.

"Baru pagi ini kau kembali ke tempatku dan itu yang kaukatakan?" Sang putri mendengus. Suaranya justru merendah ketika dia benar-benar marah. "Aku tak menyangka kalau kau selemah itu, Leon."

"Aku cuma—"

"Ayahanda mengancammu? Begitu?" Putri Ester mendengus lagi. Menyadari Leonore tak pernah menatap matanya membuat sang putri lebih kesal. "Lebih baik kau tak kembali saja, Leon! Ini hadiah ulang tahun yang terburuk."

Putri Ester melewatinya, meninggalkan kamar pribadi dengan menutup pintu kencang-kencang. Leonore hanya bisa menunduk. Reaksi itu sudah bisa diperkirakannya.

Walaupun Leonore telah ditempatkan kembali sebagai pelindung Putri Ester, seharian itu, sang putri terus menghindarinya. Dia bahkan mengajak Nona Orphea—bukan Leonore—untuk menemaninya berkeliling kota. Makanya, pemuda itu membisu mengikuti mereka di hutan sekarang. Desah kecil keluar dari mulutnya ketika sesekali Nona Orphea mengajak Putri Ester berbincang.

Sang putri tiba-tiba menoleh.

Leonore tertegun. Pandangan mereka bertemu; tanpa kesengajaan, kemarahan, ataupun perasaan lain. Hanya saling memandang.

Namun, sang putri langsung membalikkan muka dengan kesal.

Entah mengapa, Leonore tak bisa menahan senyum, meski mukanya sedikit kecut. Jika dengan mengabaikan atau marah terhadapnya sang putri bisa merasa puas, Leonore rela dibenci. Toh, hubungan mereka tak bisa berlanjut.

 Toh, hubungan mereka tak bisa berlanjut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Exolia (Trace of A Shadow #1) - [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang