Gerbang Eoden (Part I)

364 58 4
                                    

Author's Note: Maaf ya agak telat. Tapi........ sesuai janji, jejejeng. Akhirnya bagian pertama Trace of A Shadow tamat juga ^^/ Ahahah. Rasanya seneng juga, meskipun ini masih sepertiga perjalanan :D Eniwei, meskipun agak kurang cocok, tapi berhubung dah ada gambarnya, aku mo kasih liat lagi illustrator lain. Kok banyak ya? Yah, karena abis ini mo nanya juga, yang mana kira-kira yang paling cocok. Hehe.

Pic Note: by Hasan Ashari

Prev Chap: Raja Herberth tertusuk menggantikan Putri Ester. Dalam keadaan sekarat, Pangeran Alvaron menganggap itu kesempatan terbaik. Dia berusaha memojokkan mental Putri Ester. Di saat Putri Ester memohon kepada Eoden, bumi bergetar.

******

Satsu berusaha memusatkan sisa-sisa kesadarannya pada ujung-ujung jari dan kepala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satsu berusaha memusatkan sisa-sisa kesadarannya pada ujung-ujung jari dan kepala. Benar-benar memuakkan. Sendi-sendi dan tulangnya berderit nyeri setiap kali dia bergerak. Asap hitam masih bergerumul menyembuhkan daging-daging dan kulitnya yang masih membuka. Setidaknya, orang-orang tidak bisa melihat kengerian itu karena lapisan si asap, tapi Satsu mampu merasakan secara detail serat-serat tubuhnya yang menyatu.

Tubuh itu sama sekali bukan tubuh manusia.

Satsu menekan lantai kuat-kuat demi membangkitkan diri. Bunyi-bunyi pertarungan mulai mengusik pikiran dan kegundahannya, mengembalikan fokus pada situasi saat ini: pertarungan di pesta, bunuh siapa pun yang menghalangi, Tuan Meyr, Hilde ..., dan kembali ke dunia asal. Mata pemuda itu—yang setengah tertutup—memastikan sumber dentingan jauh di seberang.

Tuan Meyr dan Pangeran Alvaron sedang bertarung.

Kenapa? Satsu mengerutkan dahi. Sakit di kepalanya tiba-tiba bertambah. Dia baru ingat kalau efek Imofola Tuan Meyr sudah lenyap. Kenapa Tuan Meyr tiba-tiba membatalkan misi?

Desir angin menyentak Satsu hingga bola matanya teralih. Ujung belati Kizvaalia mengarah tepat ke depan wajahnya. Dari belati, pandangan Satsu menjalar ke tangan, hingga menemukan sosok Ally yang mengatupkan mulut erat-erat.

Gadis itu menarik napas hingga paru-parunya penuh, lalu menahannya ketika bicara, "Kenapa?" Dia menggeleng sambil mengedipkan mata, berusaha menahan tangisan. "Kenapa kau membunuh Orphea?"

Satsu menurunkan pandangan ke lantai.

"Kenapa?!" Ally membentak. Gemetar amarahnya mulai tersalur hingga ke ujung belati. "Kenapa kau menipuku?! Aku ... sudah memercayaimu dan kautahu betapa sulitnya aku menahan diri sampai sekarang?!"

Ujung belati itu menekan dahi Satsu. Lagi-lagi asap hitam mengalir keluar dari luka. Namun, dia tahu.

Ally masih tak bisa membunuhnya.

Satsu menajamkan tatapan dan melirik wajah naif gadis itu.

Ally tersentak. Dia menjauhkan belati beberapa mili—beberapa mili yang berarti untuk Satsu melompat mundur.

Exolia (Trace of A Shadow #1) - [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang