"Otomu!" Ally menendang kehampaan dan meluncur, mencoba mengejar Satsu yang sudah berada jauh di depan. Mereka melayang tak jauh dari langit.
Gumpalan-gumpalan hitam memelesat seperti asap roket dari segala penjuru, sesekali menghalangi pandangan Ally. Geram dan auman menggema mengiringi mereka.
Sudah dua hari ini, setelah Lumeprodia aktif dan para Droxa lenyap dari dunia atas, badai menyelimuti Wilayah Bayangan. Beragam kepala hewan dalam berbagai ukuran berkumpul dalam satu gumpalan hitam, bagaikan Droxa yang menyatu dengan tubuh mereka berpilin-pilin. Tak ada kaki, tangan, maupun sayap di sana. Hanya gabungan kepala dan tubuh yang memanjang.
Ketika sebuah gumpalan yang memelesat ke atas hampir saja menerkam Satsu, dia menggeser tubuh ke samping. Sayangnya, bergesekan sedikit dengan sisi gumpalan itu pun mampu melukainya.
Lengan Satsu tersobek.
Asap hitam keluar menggantikan darah, lebih banyak dari telapaknya. Asap itu merembet menyelimuti sekujur tubuh, berusaha menyembuhkan bekas luka bakar pagi itu: efek Lumerestrea.
Gumpalan lain menyerbu dari langit. Ada pula yang meluncur dari samping. Auman mereka menggema di telinga Satsu begitu keras, memekikkan, sekaligus menguntungkan, karena Satsu bisa mengetahui arah mereka datang dengan cepat. Pemuda itu memutar tubuh, menendang langit dan meluncur turun.
Seekor Droxa harimau mengangakan mulut di permukaan tanah.
Asap di telapak Satsu menajam. Pemuda itu memaku tatapan pada target, lalu menusuk Droxa tepat di mulut. Taring makhluk itu melukai sisi lengannya, tetapi tanpa peduli, Satsu menarik tangan ke samping, membelah setengah tubuh si monster. Droxa lemah pecah menjadi asap begitu terluka fatal.
Dengan sisi tangan yang penuh luka, asap hitam kembali keluar, menajam membentuk belati menyamping. Satsu menengadah. Dia bisa melihat Ally mendekat.
Gadis itu sendiri sudah memulai pertarungannya semenjak tadi. Berbeda dengan Satsu yang memiliki kemampuan terbatas, dia bahkan dapat menyatukan asap lukanya dengan seluruh alam Wilayah Bayangan. Ketika gumpalan-gumpalan hitam melayang semakin banyak, Ally merentangkan kedua tangan, lalu mengepal.
"Qailufea sulia na." Seiring rapalan terucap, kedua tangan Ally mengayun ke atas, seperti konduktor musik yang mengomando para pemain. "Xephaez!" teriaknya.
Puluhan bilah hitam tumbuh dan memanjang dari permukaan tanah, menghantam gumpalan-gumpalan Droxa dalam satu kedipan. Bilah-bilah itu mendorong gumpalan hingga ke langit, membentuk pilar-pilar di sekitar Ally dan Satsu. Dari satu bilah besar, cabang-cabang tajam tumbuh, menusuk gumpalan Droxa lagi dan lagi. Mereka pecah menjadi beberapa Droxa kecil, menari-nari seakan hendak kabur. Bilah lain menghantam.
Tak ada yang bisa lolos.
Tujuh gumpalan yang terdiri dari puluhan Droxa mati sekaligus dalam satu serangan, pecah menjadi asap hitam.
Meski geram masih terdengar dari kejauhan, tempat itu jadi sedikit lengang. Ally menatap Satsu yang telah membuat belati Kizvaalia di tangan kirinya.
"OTOOMUUUU!" teriaknya, menyaingi auman yang menggema di Wilayah Bayangan. Kemarahan terpancar jelas.
Ally sama sekali tak mengerti, apa yang sedang dan ingin dilakukan Satsu dengan tubuh seperti itu? Bukankah dia juga belum punya Pemegang Kontrak yang baru?!
Di saat Ally berpikir, Satsu memelesat ke arahnya. Ally tersentak. Dia segera membentuk asap di tangannya menjadi belati, tetapi seiring pemuda itu mendekat, ekspresi Ally berubah.
Ketakutan dan keraguan memenuhi benaknya.
Di mata Ally, bayangan pemuda lain menimpali Satsu. "Aku harus membunuhmu!" teriak si pemuda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exolia (Trace of A Shadow #1) - [COMPLETED]
Fantasy[Fantasy - Romance - Adventure - Action] - Highest Rank #62 on June 22nd 2017. 17+ Warning, karena ada violence. - Exolia (Trace of A Shadow #1) - COMPLETED - Onogoro (Trace of A Shadow #2) - ONGOING - Savior (Trace of A Shadow #3) - Februari...