Gerbang Eoden (Part II)

562 52 12
                                    

Satu-satunya jalan bagi Ally untuk tetap memelesat di tempat penuh guncangan itu adalah lewat Wilayah Bayangan. Dia terjun ke bawah, melaju dengan kecepatan tinggi hingga sampai di belakang Pangeran Alvaron, lalu segera menendang kehampaan menuju atas. Tanpa membuang waktu, pisau Kizvaalia dihunjamkannya ke punggung Pangeran Alvaron. Setengah terkejut, serangan itu berhasil menembus hingga perutnya.

Pangeran Alvaron menutup mulutnya kuat-kuat, seakan enggan menumpahkan darah setetes pun pada pertarungan itu. Namun, darah tetap menelusuri bibir menuruni dagunya. "Kau ...!" Akhirnya dia terbatuk.

"Ini untuk orang-orang yang kaubunuh!"

Pangeran Alvaron tertawa, lalu memutar pedang dan menusuk ke belakang.

Ally dengan sigap memelesat mundur, meski sisi lengannya tercabik pedang cahaya itu.

"Kaupikir luka seperti ini bisa membunuhku?" Mantra penyembuhan yang keluar dari mulutnya memulai proses penutupan luka.

Ally menyiapkan postur untuk kembali menyerang, tetapi pergerakannya mendadak berhenti. Tatapan dingin Pangeran Alvaron menembus hingga ke tulang dan otot-ototnya, menyebabkan mereka semua kaku bergeming. Dengan tangan yang perlahan terangkat, Ally bisa membayangkan apa yang akan menyerangnya setelah ini.

Lumerestrea.

Ally akan segera merasakan lilitan-lilitan panas tadi, tanpa siapa pun untuk berbagi karena Ally adalah Shadow tanpa Kontrak. Pikirannya segera menyesali mengapa dia terus membela orang-orang Exolia, sementara tak ada untungnya. Bukankah lebih baik dia menawarkan Kontrak kepada Pangeran Alvaron?

Dalam ketakutan itu, serangan lain meluncur dari samping sang pangeran, memaksanya menahan dengan Lumegladio.

Itu Tuan Meyr. Dia mengeritkan gigi mendorong belatinya.

"Lucian Meyr."

"Lengah karena terlalu senang, Tuan Pangeran?"

"Tak bisakah kaulihat?!" Pangeran Alvaron mendorong balik. "Gerbang Eoden telah terbuka tepat di belakangmu. Kau bisa kembali dan aku akan membunuh Eoden demi kalian! Apa yang kukatakan memang benar! Kalian seharusnya berterima kasih!"

Tanpa peduli, Tuan Meyr berteriak dan mendorong lebih kuat. Belati Kizvaalia-nya berhasil menembus Lumegladio dan mencabik dada sang pangeran.

Pangeran Alvaron sempat menahan napas, tetapi dia segera menenangkan diri. Pedangnya yang sudah tertembus masih terus meluncur hingga menyabet bahu Tuan Meyr. Keduanya segera menjaga jarak. Asap hitam menyembuhkan luka Tuan Meyr, sementara Pangeran Alvaron kembali merapal Medika Nobisia.

Di antara napasnya yang tersengal-sengal, dengan tatapan tak terlepas dari musuh, Tuan Meyr berteriak, "Satsu Otomu! Ikuti dan jaga Tuan Putri Ester!"

Sebuah kejutan listrik menyambar tubuh Satsu. Seketika, dia menegapkan tubuh. Kepalanya menengadah, seringai membentuk secara misterius di wajahnya. Bagai alat elektronik yang baru saja mendapat asupan energi, seluruh saraf dan ototnya kembali bekerja. Pemuda itu perlahan berdiri, lalu memelesat menuju lubang hitam yang semakin mengecil.

Pangeran Alvaron hendak ikut melaju, tetapi Tuan Meyr dan Ally menghalanginya.

"Apa yang kalian lakukan?!" Mata Pangeran Alvaron mengikuti pergerakan Satsu yang seakan melambat, menuju lubang yang dia inginkan dari dulu. "Kalau kalian membantuku, semuanya akan selamat! Pengorbanan sekecil ini tidak akan ada artinya! Aku ..." Ingatan Pangeran Alvaron sekilas tebersit: mayat-mayat bergelimpangan sejak dia masih kecil, monster hitam yang membayanginya, hingga sebuah tembok hitam tinggi yang membatasi suatu daerah di negaranya.

"Aku harus menghentikan jumlah pengorbanan ini sampai di sini!"

Di saat bersamaan, Satsu terjun ke dalam lubang. Pangeran Alvaron menendang Ally sekali lagi, lalu memelesat. Tuan Meyr kembali menahan, tetapi Pangeran Alvaron mengeluarkan pedang kedua dan menusuk Tuan Meyr. Tanpa penghalang, dia menggapai lubang yang semakin mengecil—satu senti tiap satu detik, atau mungkin lebih cepat.

Exolia (Trace of A Shadow #1) - [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang