Si Penipu (Part II)

592 94 27
                                    

Pagi di istana tidak pernah sesunyi hari itu. Setelah pemakaman di malam sebelumnya, Raja Herberth memperbolehkan beberapa pekerja untuk beristirahat dalam perkabungan. Hanya para kesatria yang masih bertugas demi memulihkan keamanan kota, termasuk Nona Orphea yang menguap di dalam ruangannya.

Wanita itu mengetuk-ngetukkan telunjuk pada meja kayu bundar di sebelah kursinya duduk. Mata birunya menyipit ke arah pemuda berbaju serba gelap yang berdiri di dekat dinding, cukup jauh dari tempatnya. "Kenapa kau berdiri jauh sekali?"

Ally tertawa canggung di sebelah Nona Orphea. "Dia cuma takut kepadaku, Nona. Wajar, junior memang seharusnya begitu. Tahu tempatnya."

Satsu melirik kesal. Seakan tertantang, dia berjalan mendekat. Wanita berambut pirang yang duduk di depannya itu setidaknya terlihat benar-benar dewasa, bukan penipu umur seperti Ally. Sampai sekarang, Satsu masih tak percaya omongan Ally tentang umur itu, tetapi tingkah lakunya memang tidak seperti gadis umur belasan.

Nona Orphea mengangkat kaki kanan, menaruhnya di atas paha kiri. Dia mungkin ingin menunjukkan sisi kesatrianya dengan memakai celana panjang seperti pria-pria Exolia, tetapi celana ketat itu juga membentuk kakinya yang cukup berisi. Satsu menelan ludah. Dia tak berani menatap langsung mata seseorang, tetapi pandangannya justru mengarah ke hal yang bisa membuatnya berpikiran aneh-aneh. Efek kejadian semalam rupanya masih tersisa.

"Jadi, kau Shadow baru di sekitar sini?" Nona Orphea melipat tangan di depan dada, membingkai lebih jelas dua tonjolan besar di dadanya.

"Jadi, kau Shadow baru di sekitar sini?" Nona Orphea melipat tangan di depan dada, membingkai lebih jelas dua tonjolan besar di dadanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satsu mengangguk.

"Dan kau tidak bisa bicara? Umm ...."

"Otomu," bisik Ally.

Nona Orphea mengurut dahinya. "Oh, ya, Otomu." Dia mengambil secarik kertas dari atas meja. "Kau bisa menggunakan pena dan tinta di sini. Aku ingin menanyakan beberapa hal, jadi tolong tulis jawabannya di situ. Tentu kau bersedia?"

Satsu bergeming.

"Kupikir, Ally berhasil membawamu ke sini karena kau bersedia bekerja sama?" Nona Orphea masih menyodorkan kertas, menunggu Satsu mengambilnya.

Ally melotot. "Otomu," bisiknya dengan nada mengomel. Entakan kakinya membuat Satsu terperanjat dan merinding.

Satsu mengambil kertas itu.

"Pertama, aku ingin tahu apa yang kau lakukan ketika kemarin Droxa menyerang kota."

Satsu melirik sebelum berjalan mendekati meja, lalu mulai menulis: "Helping people."

Ally menerjemahkan, "Membantu orang, katanya."

"Kau melihatnya?" tanya Nona Orphea.

Ally berpikir sejenak, kemudian menggeleng. Dia tersenyum canggung. "Mungkin di tempat lain? Aku, 'kan, terus mengawasi Meyr dan Leonore. Ingat?"

"Hmm ...." Nona Orphea menaruh tangan di bawah dagu. Dia ingat cerita Kesatria Luce tentang pemuda misterius yang menolong Putri Hilderose. "Apa ada yang melihatmu?" Wanita itu menatap Satsu lagi.

Exolia (Trace of A Shadow #1) - [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang