Di Luar Exolia (Part I)

1K 133 53
                                    

Author's Note: Thanks buat dukungan terhadap Trace tiap kali updet-nya. Kali ini, porsi part I dan II-nya agak beda. Author masih nyoba-nyoba aja, nih :3 Eniwei, have fun di bagian 2-nya yah~ Selamat membaca :)

Prev Chap: Satsu terlihat di istana kerajaan Exolia. Entah kenapa, sepertinya Putri Ester menyadari keberadaannya. Sementara itu, rombongan Putri Ester memasuki ruang tamu istana untuk membicarakan surat lamaran yang ditujukan kepada sang putri.

Wilayah Bayangan memiliki bentuk sama persis dengan dunia di atasnya, hanya saja seluruh ruang kosong berwarna putih, sementara benda-benda yang mengisinya berwarna hitam. Suara-suara terdengar redam seperti di dalam air, tapi Satsu masih dapat mendengar jelas pembicaraan ketiga orang di ruang tamu istana.

Satsu mengulurkan tangan pada sosok hitam di depannya. Meski hanya siluet, dia sudah mengikuti dan mengamati sosok itu semenjak masuk ke dalam istana. Wilayah Bayangan seharusnya jauh lebih aman daripada menghilangkan keberadaan di Wilayah Atas. Dia yakin, gadis itu tidak akan menyadari keberadaannya kali ini.

Lebih tepatnya, Satsu yakin, tadi itu cuma perasaannya saja.

******

Putri Ester menoleh ke belakang. Ia seperti mencari-cari sesuatu, padahal hanya ada tembok di belakangnya.

"Tuan Putri?" Tuan Meyr mengangkat alis.

Perhatian Putri Ester kembali ke Tuan Meyr di sebelah kirinya. Gadis itu menarik napas dan menaikkan dagu sedikit. "Aku tidak mengerti."

"Tentu Anda sudah pernah mendengar beberapa pernikahan yang direncanakan seperti ini? Putri Tuan Gizlei dengan Putra Tuan Xhaiden misalnya. Itu baru saja—"

"Aku tahu apa itu perjodohan, Paman. Yang tidak kumengerti adalah kenapa Paman yang memegang surat lamarannya? Aku tahu Paman cuma punya Hilde sebagai putri tunggal. Lagipula, apa Ayahanda sudah tahu sebelumnya mengenai hal ini?"

"Tentu tidak. Itu sebabnya aku membawa surat lamarannya hari ini."

"Itu lebih aneh lagi." Putri Ester mendengus tertawa. "Setahuku, sebuah perjodohan biasanya sudah direncanakan dari dulu. Bolehkah aku tahu detailnya sebelum Ayahanda datang?"

Telunjuk Tuan Meyr menggaruk-garuk pipi. "Bukannya tidak boleh, tapi nanti aku juga harus menjelaskannya lagi. Kupikir ada baiknya kita bicara bersama Yang Mulia Raja. Aku hanya ingin Anda mempersiapkan hati sebelum itu, terutama karena Anda memiliki hubungan dengan Tuan Leonore." Tuan Meyr melirik Leonore yang berdiri saling berhadapan dengannya. Pemuda itu mengusap-usap kepala belakang, lalu memegang tengkuk dan menunduk.

"Paman sepertinya yakin sekali Ayahanda akan setuju."

"Yah," senyum Tuan Meyr semakin mengembang ketika ia mengangguk pelan, "aku sudah mengenalnya lebih dari 20 tahun, Tuan Putri."

Kedua tangan Putri Ester menyatu di depan perut. Ibu jarinya saling mengusap-usap. Dia menggigit bibir bawah, seakan ingin mengatakan sesuatu, tapi tertahan pada tenggorokannya. Matanya sudah tak bisa bertemu dengan Tuan Meyr hingga ia terpaksa menatap lantai, lalu Leonore yang berada di sebelah kanannya. Kali ini, keduanya saling memandang dalam keraguan.

Ini bercanda, kan?

Apa yang harus kami lakukan?

Namun hening. Mereka hanya saling menatap tanpa bisa bicara. Selama beberapa menit, Tuan Meyr juga terdiam memberi waktu.

Derit pintu kayu mengalihkan tatapan Putri Ester. Leonore pun berbalik.

Ada gumaman terima kasih terdengar dari luar sebelum sepatu bot cokelat menginjak ruang tamu itu. Raja Herberth masih mengamati si penjaga hingga pintu benar-benar tertutup. Setelah menoleh ke dalam ruangan, mata birunya menilik tiga orang yang berdiri.

Exolia (Trace of A Shadow #1) - [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang