Prolog (Part II) - EDITED 2.1

2.5K 240 138
                                    

Aku menelan ludah. Apa orang ini sudah gila? Tapi dia tadi bisa membaca pikiranku, jadi kalau bukan manusia, masuk akal.

"Kau lebih cerewet di pikiranmu, ya."

Itu karena aku banyak berpikir dan sebenarnya dia masih belum menjawab pertanyaanku.

"Aku adalah Shadow." Suaranya lebih berat kali ini. "Setidaknya, kami menyebutnya begitu."

Shadow ... Bayangan?

"Kalau diartikan dalam bahasamu, yah, begitulah. Tempat ini kami sebut Dimensi Bayangan. Tak ada cahaya, karena di sinilah kami bersarang. Dan di sinilah juga, kami dibuat."

Aku lagi-lagi menelan ludah. "Dibuat?"

"Yap. Dan sebentar lagi, kau juga akan menjadi Shadow."

Tunggu dulu. Kenapa aku?

"Bukankah itu yang kau inginkan? Seandainya aku bisa pergi ke dunia lain."

Aku tahu kalimat itu. Dia mengutipku. Keringat mulai menuruni pelipisku, tapi aku tersenyum.

"Aku ingin mati. Hidup ini memuakkan. Dunia fantasi itu kelihatannya lebih seru. Aku bisa membentuk ceritaku sesuka hati. Kau yang membayangkannya sendiri kan?"

Gemetar merasuk ke sekujur tubuhku. Aku bisa mengingat itu semua.

Ayah-ibu mengharapkanku terlalu banyak. Orang-orang menindasku di kelas. Adik dan teman yang kubela malah meninggalkanku. Semua rutinitas itu membuatku muak. Tumpukan komik dan game malah membuatku bersemangat dan terhibur. Dunia-dunia khayalan itu menjadi satu-satunya temanku.

Dunia nyata adalah musuhku.

Jadi, aku bisa pergi ke dunia khayalan yang selama ini kuidam-idamkan?

Senyumku melebar. Detak jantungku masih kencang, tapi bukan karena takut. Ini kegembiraan. Aku malah bersyukur dengan rasa sakit ini karena aku jadi bisa tahu.

"Ini bukan mimpi!"

"Yap. Ini memang bukan mimpi."

Aku tertawa lepas sampai berguling-guling, tak peduli akan nyeri di rusuk dan perutku. Seperti apa dunia yang akan kumasuki nanti? Apakah aku akan bertemu gadis-gadis cantik dan pengertian yang akhirnya akan mengidolakanku? Bersimpati kepadaku? Kekuatan seperti apa yang akan kumiliki? Monster-monster apa yang harus kuhadapi?

Apa akhirnya aku bisa menjadi pahlawan sungguhan?

"Kau terlalu banyak tertawa," celetuk Shadow misterius itu dengan suara beratnya. "Mendengar suara hatimu saja aku sudah muak. Lebih baik kuambil suaramu."

Hah?

Tunggu dulu. Apa aku tak salah dengar?

Hei—

Hmm? Tunggu, tunggu.

Haah ... Aaa ... Nggh ... Haaaaaa ... A-aa ... AAAAAAAAAAGH!

Nngh ... Apa ini? Aku tidak bisa mengeluarkan suara apa pun?! Cuma napas yang keluar. Meski kupegang dan kutekan-tekan leherku, tak ada yang sakit. Berteriak berkali-kali pun, suaraku tetap tidak keluar?! Apa yang terjadi?!

"Kebetulan sekali. Untuk mendapatkan kekuatan Shadow, kau harus mengorbankan satu hal yang tak kau butuhkan."

Tapi aku membutuhkan suara itu! Kenapa bukan ingatanku saja yang kau ambil?! Aku tak butuh ingatan dunia nyata.

"Oh, tentu kau membutuhkan ingatan itu. Bukankah kau ingin menjadi spesial? Apa bedanya dirimu dengan penduduk dunia sana jika kau tak punya ingatan dunia asalmu?"

Exolia (Trace of A Shadow #1) - [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang