Author's Note: Yaay ^^ Seperti biasa, hadir lagi dalam 2 part. Sebenernya tadinya mo ada tambahan scene, tapi di-keep dulu aja deh untuk next Chapter. Btw, kali ini sayangnya gak ada gambar lagi, dan sebenernya udah nyari-nyari di google juga. Ada sih yang bisa ngegambarin situasi sedikit, tapi kalo agak salah gimana gitu, malah jadi ngacauin juga kan? At least, di-keep aja buat catatan nanti :)
Prev Chap: Leonore dan Putri Ester diselamatkan oleh seorang pria misterius yang ternyata adalah Pangeran Alvaron. Dalam perjalanan, Putri Ester yang sama sekali tak berbakat dalam sihir Lumia, kerap kali menyesali perbuatannya. Namun, mereka berhasil membawa Leonore kepada Nona Orphea. Begitu terbangun, Putri Hilderose menyambutnya dan pergi mengambilkan makanan. Akan tetapi, Leonore tiba-tiba diserang oleh Satsu. Putri Hilderose yang tiba-tiba masuk dan melihatnya, menarik Leonore dari arah serangan dan terluka di tangan Satsu.
******
"HILDEEE!"
Itu juga yang ingin diteriakkan Satsu ketika darah Putri Hilderose bermuncratan dan membasahi tangannya. Dia berusaha menggapai tubuh yang jatuh lemas itu.
Namun, Leonore keburu menangkapnya. Pemuda itu jatuh berlutut, seakan ingin membiarkan tubuh sang putri tertidur nyaman.
"Hilde!" panggil Leonore sekali lagi. Dia mengusap wajah Putri Hilderose yang semakin memucat.
Dari balik kesadaran yang memudar, sang putri bisa merasakan getaran tangan Leonore. Di saat seperti itu pun, sentuhannya masih hangat. Benar-benar cocok mendapat sebutan Anak Cahaya. Entah mengapa, mengingatnya membuat Putri Hilderose tersenyum tipis.
Namun, begitu ingin membuka mulut, hanya desah rasa sakit yang keluar. Baru saja dia ingin memanggil balik Leon, sebelum pemuda itu menghentikan.
"Aku di sini, Hilde. Tenanglah!" Leonore segera memeriksa luka di balik genangan darah Putri Hilderose. Separah apa pun, selama sang putri masih hidup, dia bisa menyembuhkannya.
Gesekan langkah kaki mengejutkan Leonore. Tatapannya kembali ke Satsu yang masih berdiri di depan mereka. Hampir saja Leonore ingin membentak. Namun, sikap Satsu membuatnya mengerutkan kening.
Satsu membelalak dan gemetaran, tampak lebih panik dari dirinya.
Leonore juga menyadari bilah hitam di tangan Satsu telah menghilang. Apa-apaan?
"Le ... on ...." Putri Hilderose berusaha menggenggam lengan Leonore, meskipun setelahnya langsung terkulai lagi. Dia mulai terbatuk.
Leonore segera mengembalikan fokus ke sang putri. "Medika Nobisia," dia merapal sambil mengarahkan telapak ke atas luka.
Butir-butir cahaya mengumpul di bawah tangan Leonore, lalu menyatu membentuk beberapa garis lengkung. Mereka menjalar mulai dari titik teratas luka—di sekitar bahu kiri—hingga ke sisi perut. Aliran sihir Lumia membuat sang putri terkesiap sesaat, tetapi tak lama kemudian, raut wajahnya berubah semakin tenang. Sementara itu, garis-garis cahaya melebar dan berdengung di atas luka, seakan membentuk perisai kecil.
Melihat itu semua, Satsu hanya bisa bergeming.
Apa yang harus kulakukan?!
Dia hendak bergerak mundur atau jatuh ke Wilayah Bayangan saja sekalian agar bisa lepas dari pemandangan mengerikan itu, tetapi Satsu masih harus memastikan keadaan Putri Hilderose.
Aku melukai Hilde!
"Bagaimana bisa kau melukainya?!" Suara lain berteriak dalam benak Satsu. Sama-sama pria, tapi lebih serak. Dia menggeram, seakan tengah menahan kata-kata dan emosinya agar tetap tenang menghadapi situasi. "Bagaimana dengan Leonore?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Exolia (Trace of A Shadow #1) - [COMPLETED]
Fantasy[Fantasy - Romance - Adventure - Action] - Highest Rank #62 on June 22nd 2017. 17+ Warning, karena ada violence. - Exolia (Trace of A Shadow #1) - COMPLETED - Onogoro (Trace of A Shadow #2) - ONGOING - Savior (Trace of A Shadow #3) - Februari...