35. Seungkwan as Daddy

1.8K 154 12
                                    

(Spesial Ramadhan)


Tahun ini, tahun pertama keluarga Boo melaksanakan ibadah dibulan Ramadhan, karena kepindahan tugas Mr. Boo. Sudah setahun kiranya keluarga Boo tinggal dari jadwal kepindahan mereka.

Mr. Boo dan keluarganya mau tidak mau harus menyesuaikan adat yang ada di kampung tempat mereka tinggal. "Oh iya, hari ini jadwal Ayah kan?" itu suara (Y/n) anak pertama Mr. Boo mengingatkan.

"Iya nih (Y/n), enaknya kasi takjil apaan ya?" Mr. Boo tampak berpikir.

"Bikinkan pudding aja lima belas buah," ucap Mrs. Boo dari arah dapur.

"Boleh tuh, Kamu yang bikin ya sayang?" ujar Mr. Boo kepada istrinya.

"Kalau Ayah kan bisanya cari uang sama makan," celetuk (Y/n) duduk di sofa ruang tengah dan mendapat hantaman dari Mr. Boo.

"Ampun Ayah." (Y/n) mencoba menghindari pukulan bantal sofa dari Mr. Boo. "Tetapi emang kenyataan begitu," lanjut (Y/n).

Setelah terjadi baku hantam bantal sofa selama lima menit, Seungkwan dan anak pertamanya yaitu (Y/n) terlihat lelah, lemas, lunglai, lesu dan letih. "Gara-gara Kamu nih (Y/n), Ayah jadi capek banget." Seungkwan mengipasi dirinya dengan koran yang ada.

"Bukan (Y/n) yang salah, ini semua salah Ayah. Kalau Ayah gak mukul (Y/n) pakai bantal sofa, Kita gak mungkin kelelahan begini." (Y/n) bersandar pada bahu Seungkwan sambil menikmati angin semilir dari koran yang digerakkan oleh Seungkwan.

"Sana dong, ambil sendiri koran, jangan numpang." gerakan bahu Seungkwan menjauhkan (Y/n).

"Dasar pelit." (Y/n) mengambil beberapa koran di meja hadapannya.

Baru saja pukul empat belas. Dua orang sudah kehilangan kekuatan mereka.

[ ]

"Ini pudingnya pakai diberi sendok juga gak?" kata Seungkwan yang menatap lima belas buah puding coklat dihadapannya.

"Iyalah Yah, kalau gak diberi sendok mereka makannya gimana? Emangnya Ayah yang kalau makan sekalian tempat plastiknya juga?" sindir (Y/n) selesai mandi.

"Kek Kamu nggak ae," timpal Seungkwan. "Coba cari deh sendok pudingnya," suruh Seungkwan pada (Y/n).

(Y/n) mencari sendok puding di dapur, membuka salah satu lemari dan menemukannya. "Nih." (Y/n) memberikan sendok puding pada Seungkwan.

Setelah Seungkwan menempatkan sendok pada masing-masing penutup puding, wajah Seungkwan tampak aneh. "Terus ini gimana bawanya (Y/n)?" tanya Seungkwan.

"Mana (Y/n) tau Yah, dimasukkan ke dalam kardus aja kalau gitu."

"Kalau gitu, Kamu cari deh kardusnya." Seungkwan kembali menyuruh (Y/n).

Dapat kardusnya, kemudian Seungkwan pun mengkemas puding ke dalam kardus. Bagaimana terkejutnya Seungkwan ketika menutup kardus. "Astaghfirullah, ini kardus ale-ale nduk. Belum lebaran aja udah kena zonk."

"Ye ayah, emang kardusnya adanya itu."

"Yaudah deh." Seungkwan melihat anak laki-lakinya. "Le, kirim pudingnya ke masjid."

"Kok Aku sih Yah, kan yang Takjil Ayah bukan Aku." kaget juga sih ya di bilang gitu. Tapi emang bener sih, jadwal takjil tulisannya Boo Seungkwan bukan Boo Le.

[ ]

"Le kek nya bukan anakku deh."

"Maksudnya gimana?" (Y/n) bingung.

"Sepertinya ketuker deh pas di rumah sakit. Ketuker sama anaknya Pakdhe Jihoon." Seungkwan berdecak.

"Jangan-jangan Aku ini sebenarnya anaknya Pakdhe Jihoon juga."

"Bukan (Y/n), ini keknya istri Ayah deh yang ketuker sama istri pakdhe Jihoon." Seungkwan dan (Y/n) tertawa bersama.










😅😅
Ini apaan dah..

(170606)

Close Req//[01] SVT (Random Imagine) ~slow update~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang