69. Mingyu as Husband (2)

2.2K 228 4
                                    

Kookiehoshi AdhiestyPutri

.

.

.

Maunya saat membuka mata, melihat seseorang yang dicinta berada di sana. Tetapi Mingyu yang baru saja bangun dari tidur siangnya, tidak menemukan keberadaan istrinya disampingnya. Mingyu menghela napas kasar seakan baru saja kehilangan mimpi indahnya. Ia beranjak dari tempat tidur yang sebelumnya duduk ditepihan untuk mengumpulkan kesadaran penuh.

Tak ingin mood nya semakin memburuk, Mingyu ke luar dari kamar dan mulai memanggil nama istrinya. Berharap mendapat jawaban dan senyum dari istrinya. Itu salah satu obat untuk memperbaiki mood nya yang mulai memburuk.

"(Y/n) sayang, kamu di mana? Kenapa kamu tak ada disampingku saat aku bangun? Kenapa kamu tak membangunkan ku juga?"

Tampak kegelisahan muncul dalam diri Mingyu, karena sedari tadi ia tak mendengar jawaban dari istrinya. Ia juga tidak mendengar suara apa pun yang menandakan ada pergerakan seseorang. Dari tadi hanya suaranya yang mendominasi di rumah.

Dengan buru-buru, Mingyu mencari keberadaan ponsel miliknya. Tetapi tidak ia temukan di mana pun. Sampai ia tersadar bahwa selama ini ponsel miliknya berada dikantong jas. Karena tidak ada telepon yang masuk dari kemarin, sehingga Mingyu tidak pernah memegang ponselnya. Baru saja membuka icon telpon, ponselnya mati karena kehabisan baterai. Dan sekarang, Mingyu mencari charger. Menunggu sekitar sepuluh menit untuk mengisi baterai ponselnya.

Sepuluh menit yang terbuang itu, ia gunakan untuk mengamati keadaan luar dari balik jendela kamarnya. Langit abu-abu dengan hembusan angin, di tambah rintikan hujan yang semakin deras. Tak sampai sepuluh menit, Mingyu sudah mencabut ponselnya yang sedang di charger. Ia sudah sangat khawatir.

Beberapa kali ia menelpon dinomor yang sama tetapi tidak ada satu pun yang diangkat. Mingyu terus menelpon sambil bergumam, "ayolah (Y/n), angkat telponku."

Mondar-mandir gak jelas sambil menggigit kuku ibu jarinya. Sesekali Mingyu mengacak rambutnya yang memang sudah berantakan, semakin berantakan. Putus asanya langsung menghilang entah kemana hanya karena mendengar suara orang yang datang. Siapa lagi kalau bukan (Y/n).

"Aku pulang."

"Sayaaang, kamu dari mana sih? Bikin aku khawatir saja," ucap Mingyu menghampirimu dengan tangan terbuka, bermaksud memeluk. Yang kamu lakukan malah memberikan dua kantong belanja pada tangan Mingyu.

"Mingyu, tolong barang belanjanya kamu letakkan di dapur. Sekalian kamu tata juga ya? Aku mau membersihkan diri, gara-gara kehujanan."

Mingyu dengan sikap yang sedikit kecewa membawa dua kantong belanja ke dapur, sedangkan kamu pergi ke kamar untuk mengambil handuk dan pakaian sebelum pergi ke kamar mandi.

Lima belas menit kemudian.

Kamu ke luar dari kamar mandi dengan handuk yang masih melilit pada kepalamu. Menutupi rambutmu yang masih basah. Mingyu di dapur sedang berpangku tangan menunggu kebosanan segera hilang.

"Suamiku ini perhatian banget. Udah bantu menata barang belanja, ditambah lagi membuatkan secangkir teh hangat," pujimu sambil memeluk leher Mingyu dari belakang.

"Siapa yang bilang itu buatmu," ucap Mingyu sambil melepaskan pelukanmu dari lehernya. Kemudian menghadap ke arah mu.

"E-eeh jadi bukan untuk ku?"

"Iya, itu memang untuk mu," jawab Mingyu sambil memalingkan wajahnya karena malu. Kamu tahu itu karena melihat daun telinga Mingyu yang sedikit merah.

"Manisnya," ucapmu sambil mencubit ke-dua pipi Mingyu.

"Kamu kenapa gak ngabarin aku? Kenapa gak beritahu aku? Paling tidak meninggalkan note," tanya Mingyu menginterogasi.

"Aku meninggalkan note kok. Kamu gak baca?" katamu setelah mensesap teh hangat.

"Di mana? Aku gak lihat tuh."

"Itu, di kulkas. Kamu tidak memeriksanya?"

"Tidak," jawab Mingyu, lalu ia menuju kulkas dan menemukan note tertempel di sana.

"Bagaimana aku bisa tahu kalau note yang kamu tempel sekecil ini? Dari jauh juga tidak terlihat," kata Mingyu tidak mau disalahkan sepenuhnya. Ia kembali duduk di sebelahmu.

"Iya, maafkan aku ya Mingyu."

"Kamu juga tidak membangunkanku. Aku kan bisa mengantarkan mu berbelanja."

"Aku tidak tega membangunkan mu. Lihat nih," ucapmu menunjukkan foto Mingyu yang sedang tertidur dari layar ponselmu.

"Wajahmu terlihat melelahkan. Bahkan mulutmu sampai setengah terbuka begitu," jelasmu.

"Hapus foto itu."

"Tidak mau," tolakmu.

"Sayaaaaang, ayolah. Aku tidak tampan di foto itu. Aku tidak mau terlihat jelek," pinta Mingyu.

"Bagiku, kamu di foto ini tetap tampan kok. Oh iya, mandi gih sana. Kamu benar-benar berantakan," suruhmu.

Mingyu selesai mandi dan menghampiri dirimu yang sedang menyiapkan makan malam. Mingyu masih sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk sambil memperhatikanmu.

"Ehem, tidak adakah secangkir teh hangat untuk ku?" tanya Mingyu.

"Ada di meja, sudah aku buatkan spesial untuk mu," jawabmu masih sibuk dengan kompor.

"Oh iya sayang, besok. Astaga, kenapa kamu tidak pernah bisa mengeringkan rambut dengan benar huh?" katamu setelah melihat Mingyu.

Kamu pun menghampiri Mingyu. Mengambil alih handuk yang berada di pundaknya. Kemudian mengusap rambut kepala Mingyu.

"Biar aku bantu mengeringkannya."

"Kamu memang istri yang pengertian," puji Mingyu membuat pipimu panas.

"Oh iya, tadi kamu mau bilang apa?" tanya Mingyu.

"Besok, tolong ganti lampu yang ada di gudang. Terus benerin atap," jelasmu.

"Sebenarnya aku ini suamimu atau tukang reparasi rumah?"

"Ayolah Mingyu, jangan ngambek begitu. Tentu saja kamu itu suamiku."

"Iya, iya. Aku akan melakukannya besok."

"Terimakasih," ucapmu kemudian mencium bibirnya. Setelah itu kamu lanjut memasak.

Beberapa detik Mingyu terdiam. Kemudian bergumam masih dengan handuk berada di kepalanya yang sebagian menutupi wajahnya. "Kamu memang selalu bisa membuatku memerah dan berdebar."













.

(171118)

Close Req//[01] SVT (Random Imagine) ~slow update~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang