64. Dino as Husband

1.8K 174 2
                                    

dreamevois Rani1306 17carat_

.

.

.

Tidak ada yang tahu kapan seseorang akan mendapat kebahagiaan atau kesedihan. Dua hal itu selalu datang disaat yang tidak pernah diduga. Dua hal itu, datang tak mengenal waktu. Dan salah satu diantaranya datang mengunjungi sebuah keluarga yang harmonis, Lee Chan dan (Y/n).

Malam ini, sebuah percakapan mewarnai langkah Chan dan kamu sebelum tidur.

"Hun, besok temani aku ketemu klien ya?" tanya Chan yang langsung duduk di kasur. Padahal kamu lagi ngerapihin kasur.

"Chan!" katamu, memukul Chan dengan bantal.

"Aduh, kenapa sih kamu hun?" ucap Chan sambil menghindari pukulan darimu, tapi masih tetap di kasur. Dan itu malah membuat kasur semakin berantakan.

"Kenapa, kenapa. Lihat tuh, makin berantakan." kamu berhenti memukul Chan. Kedua tanganmu pun terlipat di depan dada, masih dengan membawa bantal.

"Sorry," sesal Chan turun dari kasur. Kamu masih aja sebal sama dia. Bahkan kamu memalingkan wajahmu dari Chan.

"(Y/n) sayang." Chan memelukmu dari belakang, menjauhkan bantal yang kamu pegang. "Istriku yang cantik jelita, jangan ngambek dong. Maaf ya, gak sengaja." Chan masih memelukmu, kamu pun masih bungkam.

Karena kamu tetap tak bersuara sedikit pun, Chan akhirnya memutar posisi menjadi mengahadap dirimu.

"Hei, jangan diam aja dong." kedua tangannya berada pada pipimu. Kamu masih memasang wajah sebal.

"Ih, jangan gitu lah (Y/n). Kamu kan tahu, aku paling gak bisa lihat kamu yang diam dan cemberut begini. Aku jadi makin merasa bersalah."

"Makanya, jangan bikin orang sebal dong," katamu sambil membuat bibir Chan mengerucut, akibat kamu menekan pipinya.

"Iya maaf, aku bantu rapihin deh."

Chan selalu serius dengan perkataannya. Ketika dia janji akan selalu ada untukmu, Chan benar-benar berusaha menepatinya. Dan ketika dia bilang akan bantu rapihin kasur, dia akan melakukannya.

"Gimana?" tanya Chan di tengah-tengah merapikan seprai.

"Apa?" tanyamu balik karena bingung.

"Besok ikut aku ketemu sama klien ya, please?" kedua tangannya ia satukan, memohon.

"Iya," jawabmu singkat. Chan yang mendengar tampak bahagia. Ia berjalan mendekatimu dan mencium pipimu.

"Makasih. Udah, kamu duduk aja. Sisanya biar aku yang rapihin."

Chan selalu begitu. Mungkin sebagai rasa syukurnya, ia selalu mengambil alih kegiatan yang sedang kamu lakukan. Dan membuatmu hanya diam memperhatikan.

***

Ketika kamu berada di dapur. Padahal mau masak untuk sarapan, tetapi tidak di perbolehkan.

"Hun, kamu ngapain? Kok belum siap? Atau jangan-jangan kamu belum mandi juga ya?" cerewet Chan tanpa memberikanmu sela untuk menjelaskan.

Baru juga kamu buka mulut, Chan udah berbicara lagi.

"Udah gih siap-siap sana," suruh Chan sambil mendorongmu keluar dari dapur.

Close Req//[01] SVT (Random Imagine) ~slow update~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang