45. Joshua as Sibling (2)

1.4K 163 9
                                    

Req: Rahmania03

(Spesial Ramadhan)
Berbuka Puasa


Baru juga jam dua belas siang, Aku sudah memantau pergerakan jarum jam. Tidak hanya sekedar memantau, tetapi Aku juga menghitung waktu berbuka. "Lama amat jamnya jalan? Bisa kelaperan akut nih kalau gini."

"Lebay." ini nih, orang yang sudah bikin Aku sengsara.

"Gara-gara Lu tuh Bang," tuduhku memang benar.

"Enak aja, salah Kamu sendiri lah." lagaknya baca koran, padahal itu koran tanggalnya seminggu yang lalu.

"Abang yang salah, kenapa gak bangunkan (Y/n) sahur." Aku melempar bantal sofa ke arahnya.

"Sudah Aku bangunkan, tapi Kamunya aja yang molor lagi. Jadi bukan salah Aku juga lah (Y/n)." Aku berdecak.

Iya juga sih, waktu dibangunkan sahur Aku kembali tertidur. Itu karena Aku sangat mengantuk, sehingga membuka mata pun sulit. Dan sekarang, Aku sudah harus menahan lapar yang teramat.

Aku kembali terbengong dengan pandangan menatap jarum jam bergerak. Pada situasi seperti ini, melihat jarum jam panjang terasa sedang mempermainkanku. Pergerakannya itu maju-mundur terus. Kalau Aku tidak memiliki iman yang kuat, mungkin sekarang sudah berbuka.

"Woy, serius amat lihat jam sampai ngiler."

"Hah? Apaan sih Bang, orang lagi serius-seriusnya gini." Aku mendorongnya ke samping yang telah menghalangi pandanganku pada jam yang terpampang di dinding.

"Ituh, iler netes." Bang Joshua menunjukkan maksud iler menetes tadi di wajahnya. Aku pun segera mengelap iler menetes yang dimaksud pada wajahku.

Dan...

Aku mendengar Bang Joshua tertawa. "Eh dasar ganteng! Ngerjain gua ternyata."

"Lagian dari tadi kerjaan cuma memandang jam terus. Kek Aku gini dong, baca." Bang Joshua memang sudah beralih membaca majalah.

"Buat apa baca koran, kalau tanggalnya aja seminggu yang lalu. Apa lagi majalah, terbitannya sudah dua bulan yang lalu. Gak ada faedahnya," sindirku.

"Lebih gak faedah mana, yang kegiatannya cuma menatap jam nunggu waktu berbuka?" damn, percumalah Aku debat sama Bang Joshua. Pasti ujung-ujungnya Aku kalah.

"Biarin, ini juga salah Bang Joshua kenapa gak bangunkan (Y/n) sahur......."

"Aku kan sudah bilang, Aku sudah bangunkan sahur tapi Kamunya ma...."

"Untuk kedua kalinya, ketiga, keempat, atau bahkan sampai (Y/n) bangun secara sadar." Aku meneruskan kalimatku yang tadinya terpotong oleh ucapan Bang Joshua.

"Iya deh maaf." dih, makhluk perfect di mata para wanita (kecuali Aku) tumben-tumbenan langsung nyerah gitu aja? Apa karena bulan puasa? Masa bodohlah, lebih baik Aku tidur (kalik aja pas bangun sudah waktunya berbuka), di sofa sambil memandang jam.

[ ]

Allaaahu Akbar, Allaaaaaaaahu Akbar...

Tunggu, barusan tadi samar-samar Aku dengar adzan deh. Jangan-jangan, sudah adzan Maghrib.

Layaknya memiliki gerakan reflek yang bagus, mataku langsung terbuka, Aku berdiri dari sofa dan berlari-lari kecil menuju dapur. "Lah kok kosong?" keluhku ketika membuka tudung saji.

"Bang Joshua lupa masak ya?" teriakku tetapi tidak ada satu pun suara yang menyahut.

"Bang? Bang Joshua?" Aku melihatnya baru saja salam (gerakan selesai sholat).

"Apaan sih teriak-teriak?" tanyanya sambil melepaskan peci hitam dari kepalanya.

"Bang Joshua kok jahat sih? Bang Joshua gak masak?"

"Masak kok, tapi nanti. Lagian ini masih jam berapa?" kini Dia telah melepas sarungnya dan menunjukkan celana panjang warna hijau.

Aku buru-buru melihat jam yang ada di dalam Musholah. "Lah masih jam tiga lebih, kirain sudah maghrib."

"Makanya, punya rumah itu di tengok dulu, sudah gelap atau masih terang? Untung belum masak, kalau sudah? Pasti sekarang Kamu anteng deh di meja makan." dan Aku hanya bisa menunduk mendapatkan ceramah dadakan.

Yang paling menyakitkan adalah satu jam menjelang berbuka puasa. Itu sudah lemes-lemesnya apa lagi yang gak sahur. Godaannya lebih besar, bahkan otak sama perut sudah gak sinkron.

"Dek (Y/n), sisir kuning abang yang dapat dari souvenir ada di mana ya?"

Aku yang melihat iklan sirup cuma bisa menjawab, "Mbok Nur toko yang bercat kuning sepertinya jualan Bang, roti sisir."

"Dek, kemarin pinjam stik drum Dowoon, sudah Kamu kembalikan belum? Ini Dowoon kok sms Abang, nanyain?"

"Apa? Menu Dowoon berbuka puasa steak? Bilang ke Dowoon Aku otw." Aku sudah berbinar.

Bang Joshua berdecak. "Dari tadi kenapa perut doang yang jawab?"

"Ya elah Bang, namanya juga laper."

Ah ini masih belum apa-apa. Lebih parahnya lagi, air kolam terlihat menyegarkan. Berhubung otakku masih waras, masih bisa berpikir, jadi itu air kolam cuma kupandangi. Ya kalik lah Aku minum.

Satu lagi, acara tv yang iklan-iklan itu nyebelin. Sudah tahu orang lagi berpuasa nunggu adzan Maghrib, eh malah disuguhi iklan makanan dan minuman.

"Ini iklan kenapa pada makanan dan minuman sih? Gak tahu apa orang lagi puasa? Kalau tahu gini, mending tidur lagi."

"Kegiatan kok, kalau gak lihat jam ya tidur?" celetuk Bang Joshua.

"Ye Bang, tidur itu ibadah Bang, dapat pahala."

"Dari pada tidur, mending baca Qur'an tuh, lebih berfaedah." mendengar Bang Joshua ngomong gitu, akhirnya cuma bisa pandang jam lekat-lekat.

Lima belas menit sebelum buka puasa. Wajahku sudah seperti zombie yang kelaparan. Padahal menunggu lima belas menit, tetapi rasanya seperti satu jam. Biarin aja dikatain lebay, namanya juga orang kelaparan. Bisanya cuma ngoceh-ngoceh gak jelas.

"Bang Josh."

"Kenapa?"

"Gitar Bang Joshua kalau dilihat-lihat seperti buah pir ya?" Aku melihat gitar yang tergantung di sudut ruangan.

"Bukannya seperti paprika ya?"

"Bodo ah, pir paprika sama-sama enak."

~ Allaaaahu Akbar Allaaaaaaaahu Akbar.

"Alhamdulillah, akhirnya buka puasa juga," kataku kemudian menuju meja makan.

"Nih, es buah. Bang Joshua juga bikinkan makanan kesukaanmu."

"Wah enak nih." hampir saja iler mau netes.

"Sebagai permintaan maaf Bang Joshua yang sudah bikin Kamu menderita karena gak sahur." tumben baik.

"Sering-sering gak sahur ah, biar nanti buka puasa dimasakin makanan favorit terus."

"Enak aja, besok-besok gak bakal seperti ini. Udah, gak usah banyak ngomong, nih tambah lagi ikannya, nasinya, makan yang banyak tapi jangan sampai kekenyangan," kata Bang Joshua sambil memberikan lagi ikan ke piringku.

"Iya Bang, siap."

"Biar Kamu gak ada alasan kekenyangan buat nolak sholat Tarawih berjamaah." lah, ternyata ada maksud tersembunyi.







😥😐😊

170603

Selamat berbuka puasa bagi yang menjalankannya..

Note: maaf ya Rahma, kalau tidak sesuai ekspetasi.

Close Req//[01] SVT (Random Imagine) ~slow update~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang