44. Vernon as Daddy [2/2]

1.2K 153 6
                                    

"Vernon, (Y/n) kenapa belum pulang ya? Gak biasanya dia seperti ini." tubuh Kyla tak bisa berhenti bergerak. Ia terus saja jalan kesana kemari, serong kanan serong kiri, nggak deng, maksudku Kyla terus saja berjalan mondar-mandir dengan kedua tangannya yang menyatu di depan dada, saling mengusap satu sama lain. Wajah sudah berkeringat, sangat khawatir. Sesekali Kyla menggigit bibir bawahnya, berdecak tak karuan, bergumam seperti membaca mantra.

"Tenanglah, (Y/n) akan baik-baik saja. Kita tunggu saja dia." Vernon memegang bahu Kyla, mencoba menenangkannya. Mengajaknya duduk disofa. Sambil mengusap-usap bahu istrinya, pikiran Vernon juga sudah memburuk. Membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada putri sematawayangnya. Dikejar hewan buas, dikejar satpol pp, digoda laki-laki mabuk, atau diculik. Mungkin dua yang terakhir lebih terlihat masuk akal.

"Bagaimana bisa aku tenang? Biasanya (Y/n) akan menelpon kalau dia telat pulang. Aku takut terjadi apa-apa dengannya. Dia satu-satunya putriku Non, putri kita." air matanya yang mulai bermunculan, memaksa keluar, membuat Kyla menangis terisak. Tangis yang menyakitkan, menyedihkan. Luka seorang Ibu yang mengkhawatirkan keadaan anaknya.

"Ssssttt, sudah Kyla. Berhenti menangis, air matamu itu tidak akan membuat (Y/n) pulang cepat. Memangnya kamu mau (Y/n) juga khawatir saat melihat wajah mamanya yang bengkak dan sembab?" usapan demi usapan Vernon lakukan pada bahu Kyla, pada rambut Kyla, kepala Kyla. Ia juga mencium kening Kyla terus menerus, memeluknya dalam dan hangat, berharap Kyla lebih tenang. "Aku akan cari (Y/n) sekarang, kamu di rumah saja," kata Vernon kemudian berdiri dari sofa.

"Maaf membuat kemejamu basah." kemeja pada bahu kiri Vernon sedikit basah karena air mata Kyla.

"Itu tidak penting sekarang. Yang terpenting adalah menemukan (Y/n)." jaket dinas yang tergantung pada lemari, Vernon gunakan. Ketakutannya yang semakin besar, membuatnya dengan lengkap menggunakan perlengkapan pakaian saat bekerja, rompi anti peluru ia gunakan dibalik kemejanya, kemudian ia tutupi dengan jaket dinas. "Untuk berjaga-jaga." pistol FN 57 dengan peluru berkaliber 5,7 mm yang ada di dalam lemari meja kerja menjadi pilihan Vernon dalam menemaninya mencari (Y/n). Pistol itu Vernon sematkan dalam jaketnya.

"Kakak mau kemana? Dan ada apa ini?"

"Somi?" pergerakan Vernon terhenti. Wajahnya sangat terkejut. Vernon melihat ke arah Kyla.

"Aku baru saja datang, sendiri. Kak Kyla tidak melakukan apa-apa." penjelasan Somi membuat Vernon sedikit lega. "Sekarang ceritakan padaku apa yang sedang terjadi?" mata tajam Somi menuntut penjelasan pada Vernon, tetapi Vernon enggan mengatakannya.

"Kau akan tahu masalahnya dari Kyla. Tolong jaga dia." sepatu hitam ia gunakan, mengambil kunci mobil pada meja yang berada disebelahnya. "Dan satu lagi, jangan katakan pada Muel. Aku tidak ingin dia khawatir."

Mobil BMW hitam melaju dengan kecepatan 170km/jam melewati jalanan yang tidak terlalu ramai. Target lokasi, menuju kampus (Y/n). Vernon tepat berhenti di depan gerbang, bertanya pada tiap orang yang lewat dan tidak ada satu pun yang mengetahui keberadaan (Y/n). Jam kuliah pun telah berakhir 4jam yang lalu, kini jam menunjukkan pukul 8 malam.

Vernon hendak masuk ke dalam mobil, melanjutkan perjalanan ketempat yang (Y/n) sering kunjungi. Dering telpon yang berbunyi pada saku kiri celananya, menunda keberangkatannya.

Tidak ada nomor penelepon (private number). Hal ini bisa mengindikasikan, sesuatu yang berbahaya, mendesak, atau sesuatu yang serius. Dengan ragu, Vernon menggeser tombol hijau ke kanan.

Close Req//[01] SVT (Random Imagine) ~slow update~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang