57. Dino

1.2K 164 20
                                    

happiness is feet on a sandy beach.

.

.

.

"Chan." tanganmu menggenggam tangan kanan Chan. "Kamu tahu gak kenapa aku suka kemari?"

"Sunset? Sunrise?" kamu menggeleng.

"Itu kuno kalik Chan, semua juga suka lihat begituan. Ada yang lebih penting dan tidak banyak orang menyadarinya." matamu memandang lurus ke depan melihat langit dan ombak beradu.

"Yang tidak banyak orang sadari?" kamu melihat wajah Chan dengan matanya yang menutup serta kerut di dahinya.

"Sini deh." kamu turun dari bangku dan menarik tangan Chan. Kamu juga menyuruh Chan untuk melepas alas kakinya.

"Kita jalan agak ke pinggir."

"Jangan (Y/n), ombaknya lagi besar."

"Gak kenapa-kenapa, percaya sama aku."

Kamu dan Chan berjalan menyusuri pantai. Jari-jari Chan, ia kaitkan pada sela-sela jarimu. Beberapa kali ombak menyapu kaki kalian dan pasir pantai, menghapus jejak yang kalian tinggalkan. Angin laut yang tidak terlalu kencang namun mampu membuat terbang rambutmu dan juga rambut Chan.

"Sekarang apa yang kamu rasakan?" kamu berhenti dan menghadap ke arah Chan.

"Tenang dan bahagia." itulah jawaban dari Chan. Kedua tangannya membenarkan rambutmu yang berantakan.

"Kenapa?"

"Karena ada kamu disisi aku." seulas senyum Chan mengembang yang membuatmu ikut tersenyum juga.

"Aku serius."

"Aku lebih serius, (Y/n)."

"Tutup matamu dan rasakan semuanya." pandangan Chan berubah menjadi selidik. "Aku juga menutup mataku. Tenang aja, gak akan aku tinggal."

Chan percaya dan menutup matanya. "Sekarang, tajamkan indera pendengaranmu dan indera perasamu." kamu pun akhirnya juga menutup matamu.

"Rasakan hembusan angin, suara ombak yang menyentuh kakimu dan pasir yang berada di bawah kakimu. Sudah?"

"Sudah."

"Sekarang, satu persatu dari mereka mulai menghilang. Tidak ada pasir di bawah kakimu, tidak ada suara ombak, dan tidak ada angin. Apa yang kamu rasakan?"

"Gelap." Chan membuka matanya, tetapi kamu lebih dulu. "Sekarang aku tahu, sunset dan sunrise hanya tambahan dari keindahan mereka." Chan memandangmu sayu.

"Giliranku. Kamu harus mengikuti apa yang aku katakan," kata Chan padamu dan kamu mengangguk.

"Tutup matamu dan tajamkan pendengaranmu. Sekarang berikan salah satu tanganmu." kamu mengikuti semua instruksi yang dikatakan Chan. "Apa yang kamu rasakan?"

"Detak jantung."

"Bayangkan kalau detak jantung itu berhenti."

"Ngaco kamu, jangan serem gini deh," katamu dengan mata masih terpejam.

"Dengarkan dulu. Aku cuma pingin tahu apa yang kamu rasakan." Chan masih meletakkan tanganmu pada dadanya.

Kamu kembali berkonsentrasi dan menghembuskan nafas panjang. "Kesedihan, kesepian, luka, putus asa, tangis." tanpa kamu ingin, air matamu keluar. Kamu pun masih mengucapkan apa yang kamu rasakan, matamu masih terpejam. "Hiks hiks hiks, Chan aku gak mau merasakan itu semua."

"Terus ucapkan apa yang kamu rasakan," perintah Chan, kamu menurutinya. Tanganmu tak lagi berada di dada Chan.

Sambil terisak, kamu masih mengucapkan kata-kata yang menakutkan. Tetapi, kamu juga merasakan kedua tangan Chan yang berada di wajahmu.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Kamu merasakan setuhan-setuhan bibir Chan pada kedua matamu dan bibirmu. Dan itu membuatmu untuk membuka mata.

"Kamu harus ingat, dibalik semua kata yang kamu ucapkan akan ada satu kata yaitu kebahagiaan. Kebahagiaan itu akan datang pada saatnya." tanganmu langsung melingkar pada leher Chan. Pelukanmu ini menandakan bahwa kamu tak ingin kehilangannya.

[ ]

"(Y/n), apa sudah selesai? Kalau iya, mari kita pulang. Ini sudah malam." kamu mengangguk.

Langkah kakimu tanpa alas kaki meninggalkan jejak yang sebagiannya terhapus oleh ombak. "Jaeno, ayo."

"Iya, aku akan menyusul!" balas Jaeno sedikit berteriak. "Lee Chan Hyung, kamu tak perlu khawatir. Aku akan menjaga (Y/n) dengan sepenuh hati. Aku janji," gumam Jaeno kemudian menyusulmu.








😭😭
(170710)

Close Req//[01] SVT (Random Imagine) ~slow update~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang