50. Seungcheol as Daddy [1/2]

2K 176 28
                                    

Memiliki keluarga yang normal merupakan impian semua orang. Impianku juga. Harmonis, menjaga satu sama lain, ekspresif, pokoknya normal selayaknya keluarga yang lain. Tetapi, keluargaku tidak. Tidak terlalu normal. Aku merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam keluargaku. Apa yang aku sebutkan di atas memang aku memilikinya, tetapi tetap aku merasa ada yang lain.

Aku memiliki seorang papa yang bisa dikatakan jauh dari kata normal. Bersyukur, mamaku tidak. Papaku, dia bekerja, terkadang mengantarku ke sekolah, menemaniku belajar, menjagaku dari hal buruk, memperingatkanku tentang bahaya, banyak hal yang dia lakukan. Dan mungkin kalian berpikir bahwa hal itu normal. Ya, memang itu normal.

Namun, jika aku mendeskripsikan tentang papaku, apa kalian masih mengatakan kalau dia pria normal? Kalau begitu, mari kita coba.

Dia memiliki tubuh yang tidak terlalu tinggi dan tidak pendek juga, mungkin sekitar 175 cm. Berat badannya pun normal. Pria yang kurus, tetapi berotot. Dia memiliki fisik yang kuat, mampu berlari sejauh 10 km tanpa berhenti meski hanya sekedar minum air. Bahkan raut wajahnya tidak nampak kelelahan dan tidak ada keringat. Rambutnya hitam legam, matanya pun berwarna sama, hanya saja aku pernah melihat matanya menjadi abu-abu, biru langit, atau bahkan hijau jamrud. Mungkin dia memakai lensa mata. Bibirnya merah, entah kalau dia memakai lipstick mamaku. Kemudian kulitnya putih. Oke ini bukan tentang snow white, putih yang dimilikinya adalah putih pucat. Secara visual, dia sangat tampan. Yes, aku jadi tahu kenapa orang-orang yang melihat papaku, wajah mereka terlihat seperti orang jatuh cinta.

Aku pikir, mata mereka sedang rusak. Ini bukan karena para perempuan yang mengagumi papaku, tetapi ada juga para lelaki yang mengaguminya. Mungkin papaku orang yang sangat hangat, tetapi percayalah dia memiliki aura yang dingin. Ketika dia memelukku, saat kulitnya dan kulitku bersentuhan, hawa dingin serasa merobek kulitku dan menusuk semua tulangku. Sejak saat itu, aku sedikit menghindari pelukan darinya, atau ketika aku memakai baju tebal dan jaket tebal.

Ada yang membuatku bingung, tetapi sudah terbiasa. Saat cuaca panas, orang yang normal tidak akan menggunakan pakaian tebal atau pun jaket setiap saat dan sepanjang hari. Papaku berbeda, dia akan memakai baju lengan panjang, atau jaket hitam. Terkadang sebelum keluar dia akan menggunakan krim tabir surya (sunblock) terlebih dahulu, plus kaca mata hitamnya. Papa gaul, papa rocker. Begitulah teman-temanku menyebutnya. Ahh, mungkin kalian ada yang menyebutnya metal atau man in black?

Jika cuaca panas ia menggunakan jaket, maka saat cuaca dingin, sebaliknya. Ia dengan senang hati meninggalkan jaketnya di rumah. Keluar rumah, hanya menggunakan kaos lengan pendek, dan celana pendek selutut. Memamerkan otot-otot yang ada dilengannya dan betisnya. Satu lagi, tidak lupa dengan senyumnya yang maut setiap kali menyapa orang yang ditemuinya.

Pernah aku bertanya padanya. "Pah, memangnya gak dingin?"

"Enggak, ini menyenangkan. Kamu sekali-kali harus mencobanya. Berteman dengan cuaca dingin tidak selamanya buruk sayang." dan diakhiri dengan senyuman maut. Aku malah mendengar jeritan-jeritan yang sudah sangat aku hapal. Kyaa cowok itu ganteng sekali, yang disampingnya siapa? Anaknya? Mana mungkin, paling muridnya, ponakannya, atau pacarnya? Beruntung sekali. Dia papaku. Tentu aku jawab dalam hati.

Satu masalah. Papaku ini memiliki wajah yang awet muda. Wajahnya tidak terlihat kalau berumur 46th dan lebih terlihat seperti umur 25th. Terlihat dari rambutnya yang tak ku temukan sehelaipun uban. Pernah aku iseng mengubah beberapa rambut hitamnya dengan warna putih, persis seperti memiliki uban alami. Dan aku menyesalinya. Papaku tidak marah, malah dia menyukainya. Yang membuatku menyesal adalah penggemar papa semakin banyak, dari golongan remaja sampai nenek-nenek.

Close Req//[01] SVT (Random Imagine) ~slow update~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang