Pukul 05.00
Dengan mata yang masih terpejam Tania melangkahkan kakinya masuk ke kamar mandi, membasuh wajahnya dan menggosok gigi, tak lupa dia berwudhu untuk menunaikan ibadah shalat subuh.
Butuh waktu 20 menit Tania melakukan semua itu, setelahnya Tania langsung berganti pakaian mengenakan celana training dan baju berlengan pendek, tak lupa dia membawa handuk kecil yang dia tenggerkan dilehernya dan air minum.
Tania mengambil ponselnya.
"Apa gua ajakin Lena, Lara sama Syifa ya?" pikir Tania.
"Tapi, mereka kayaknya enggak bakal mau deh."
"Yaudahlah gua mau lari pagi sendiri aja, siapa tau ada cogan lewat 'kan ya! lumayan cuci mata," ucap Tania sambil tersenyum dan mengkedip-kedipkan sebelah matanya.
Disepanjang jalan Tania melihat ke kanan dan kirinya. Banyak remaja seumuran dirinya yang berlari pagi bersama pasangannya, rasa iri mulai menyelimuti hati Tania.
"Ya allah... orang-orang lari pagi sama pasangannya, nah Tania lari pagi sendirian enggak ada temennya, usro emang!" Tania menggerutu sendiri dengan nafas yang sudah ngos-ngosan.
Tania yang sudah kelelahan memutuskan untuk istirahat terlebih dahulu.
Tania pun meminum air dalam botol yang dibawanya dari rumah sambil melirik ke arah sekitarnya, saat matanya tidak sengaja melihat seseorang yang tidak asing lagi baginya, Tania yang terkejut tak sadar menyemburkan air yang ada didalam mulutnya.
"Yah... celana gua jadi basah semua," gerutu Tania melihat celana yang dipakainya basah terkena semburannya sendiri.
"Bego banget sih gua." rengeknya.
Tetapi pandangannya kembali mrlihat seseorang itu.
"Dia lari pagi juga ya." ucap Tania.
Tidak jauh dari tempat duduk Tania, seorang lelaki memakai kaus berwarna biru muda, celana pendek selutut, sepatu berwarna hitam dengan perpaduan warna biru langit menambah ketampanannya.
Dia selalu tersenyum sambil berlari-lari kecil dan sesekali melirik perempuan yang berpapasan dengannya dan tak segan memperlihatkan lesung pipitnya yang manis.
Dan Tania baru tersadar melihat warna baju yang dikenakan lelaki itu sama dengannya.
Entah sadar atau tidak, Tania memperhatikan setiap gerak-geriknya lelaki itu sambil memainkan ponselnya. Tetapi saat Tania melirik lelaki itu kembali, tiba-tiba saja lelaki itu terpeleset dengan ekspresi wajah abstrak yang mampu membuat gelak tawa.
Tania yang melihatnya pun tak kuasa menahan tawanya sampai akhirnya dia tertawa kencang, dilain sisi lelaki yang terjatuh itu menahan sakit.
Tetapi karena dia mendengar seseorang yang menertawakannya dengan muka memerah dia langsung berjalan ke arah Tania.
"Woy! lu ngetawain gua ya" ucap Reno dengan wajah sinisnya, padahal sekarang dia sedang mati-matian menahan rasa malunya.
"Sok tau banget sih lu." Tania mengelak.
Didalam hati Tania, Tania mencoba mengatur nafasnya agar tidak tertawa lagi.
"Kalau bukan ke gua terus kenapa lu ngelirik ke arah gua?" tanya Reno sinis sambil berkacak pinggang.
Tania yang terpancing emosi langsung mengatakan yang sebenarnya, "Kalau iya kenapa? lu mau marah!?"
"Lu tuh jadi cewek kok rese banget sih? gua jatuh bukannya ngebantuin malah ngetawain." ujar Reno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis Killer [SELESAI]
Teen Fiction[Cover by @kangnield] Memilih. 1 kata yang mendeskripsikan kisah tentang Ketua Osis yang harus memilih antara Dia dan Dia. Dia yang selalu ada disisinya atau dia yang dulu ada dihatinya. Copyright © 2017 by Siti Hafifah [SUDAH di REVISI]