Hari ini adalah hari keberangkatan siswa kelas XI dan XII untuk mengikuti acara camping, dan diharapkan berkumpul di jalan mawar untuk menunggu kedatangan bus-nya.
Tania berangkat dari rumahnya pukul 6 pagi ditemani oleh Ayahnya yang kebetulan pulang tadi malam. Entah sudah berapa tahun Tania tidak merasakan diantar dan dijemput oleh ayahnya.
Terkadang Tania merasa iri dengan teman-temannya jika mereka bercerita tentang liburan bersama orangtuanya, karena Tania jarang merasakannya.
"Pah, makasih ya udah mau nganterin Tania." ucap Tania sambil tersenyum.
"Iya sama-sama Sayang." ucap Ayah Tania membalas senyum anaknya.
"Pah, Tania sayang Papah. Tania punya permintaan kecil buat Papah," ucap Tania yang membuat Pak Dika menatap lekat anaknya. "Tania pengin Papah pulang sebelum Tania tidur supaya Tania bisa lihat papah dulu sebelum tidur."
"Tania... Papah juga sayang Tania. Papah juga pengin seperti itu-- tapi mau bagaimana lagi itu tugas seorang Ayah. Papah bekerja keras mencari nafkah untuk keluarga kecil kita." ucap Pak Dika menjelaskan.
"Maaf Pah, Tania egois." cicit Tania dengan wajah sendunya, tak terasa bulir-bulir bening mengumpul dikelopak mata Tania.
"Kamu enggak egois Nak. insyaallah, Papah akan mengabulkan permintaan kamu." ucap Pak Dika yang semakin membuat Tania tak kuasa menahan air matanya.
Air mata Tania membasahi pipinya, "makasih, Pah."
Tania langsung memeluk papahnya, dan Pak Dika pun memeluk Tania erat. Mungkin, sudah lama Tania tidak merasakan lagi hangatnya pelukan seorang ayah.
"Pak sudah sampai." ucap Pak Asep-- supir Pak Dika itu mengintrupsi mereka, membuat Pak Dika melepaskan pelukannya.
"Sudah sampai." ucap Pak Dika kepada putrinya.
"Iya, Pah."
Tania keluar dari mobil, disertai dengan Papahnya. Tidak jauh dari mereka, Lara Syifa dan Lena menghampirinya.
"Tania!" sapa Lara, "Eh ada Om, pagi Om." ucap Lara sembari melirik Papah Tania.
"Pagi juga, kalian teman-temannya Tania?" tanya Pak Dika sembari tersenyum.
"Iya, Om." ucap Lara, Syifa dan Lena secara bersamaan.
"Kalau begitu jagain anak kesayangan Om ini ya." ucap Pak Dika sambil mengusap-usap kepala anak gadisnya itu.
"Siap Om." jawab mereka serempak.
Derttzzzz..
Ponsel Pak dika bergetar. Dia pun meminta izin untuk mengangkat panggilannya, setelah mendalat izin dari Tania Pak Dika beranjak menjauhi mereka.
Setelah menutup panggilannya Pak dika meminta maaf kepada Tania karena tidak bisa berlama-lama.
"Papah pergi dulu ya, jangan nakal! Jangan lupa jaga kesehatan." titah Papahnya yang langsung diangguki Tania sambil tersenyum.
"Iya Pah."
"Assalamualaikum," Pamit Papahnya.
"Waalaikumsalam." jawab Tania dan ketiga temannya.
Pak Dika masuk ke dalam mobilnya, dan Pak Asep selaku supir langsung melajukan mobilnya.
Pak Dika melambaikan tangannya sembari tersenyum, tak lupa Tania membalas lambaian itu.
Mobil Pak Dika sudah tak terlihat tetapi Tania masih saja melihat ke arah mobil ayahnya yang sudah semakin menjauh itu.
"Tan." Lara menyikut lengan Tania, hal itu membuat Tania terpental kaget karena terkejut. Tetapi, ekspresi terkejut Tania itu malah menjadi bahan tertawaan teman-temannya.
Lara terkekeh geli. "muka lu lucu Tan, kayak marmut." ucap Lara
"Anjir!" Tania menggeram kesal sampai akhirnya kedatangan bus mengintrupsi mereka.
Pak Jono selaku panitia langsung menyuruh semua siswa-siswi untuk masuk ke bus-nya masing-masing.
Tania, dan ketiga temannya masuk ke dalam bus-3. Sama seperti Tania, Reno juga masuk ke dalam bus itu. Reno duduk ditempatnya sembari menunggu kedatangan Arga, teman koplaknya.
Sedangkan sekarang, Arga sendiri sedang mencari-cari Reno yang sudah jelas duduk manis di bus.
Arga masuk ke dalam bus, sampai akhirnya matanya menangkap Reno.
"Tuh, orang daritadi gua cariin, padahal udak duduk manis di bus!" Arga menuju ke arah Reno yang kini sedang memejamkan matanya dan tak sadar jika sekarang Arga sudah berada disampingnya.
"Woy! Bangun... Bangun..." teriak Arga tepat ditelinga Reno.
Refleks, Reno yang tersentak kaget langsung menonojok dagu Arga.
"Anjir! Arga kampret! untung gua enggak ada riwayat penyakit jantung!" ucap Reno tanpa mempedulikan Arga yang tengah mengaduh kesakitan.
"Lu temen macam apa Ren!? gua cuma ngagetin lu, lah lu langsung nonjok gua! Sakit Dedek Bang!" ucap Arga sembari merintih kesakitan.
"Najis!" sungut Reno.
Arga mencebikkan bibirnya sebal.
Suara Pak Deni mengintrupsi mereka.
"Assalamualaikum warrohmatullahi wabarakatuh..." ucap Pak Deni yang langsung dijawab serempak. "Waalaikumsalam warrohmatullahi wabarakatuh."
"Sekarang kita akan mulai perjalanannya, sebelum itu marilah kita berdoa menurut kepercayaan masing-masing, berdoa mulai!"
Pak Deni dan seluruh murid yang berada di bus-3 berdoa untuk kelancaran perjalanan mereka. Setelah itu, bus langsung dijalankan.
Perjalanan mereka membutuhkan waktu yang cukup lama dan kebanyakan diantara mereka memilih tidur, makan, dan mendengarkan musik utuk menikmati perjalanan.
Tania dan Lara sedang memakan makanan ringan mereka, tapi ralat! Bukan mereka, tapi makanan Tania. Lara memang begitu, sudah tidak memiliki malu sepertinya dan Tania pun memakluminya.
Lena dan Syifa sedang memperebutkan tentang posisi tempat duduk. Disana Lena ingin duduk disebelah kanan tetapi Syifa keukeuh tidak mau berganti tempat duduk! alhasil mereka ribut.
Dilain sisi Reno masih berkecamuk dengan pikirannya sendiri. Dia bingung harus bagaimana sekarang.
Kenapa gua jadi mikirin itu lagi sih!? Tania 'kan bukan siapa-siapa gua, enggak mungkin banget kalau dia cemburu sama gua!? Iya kan? Tanya Reno kepada dirinya sendiri.
+++TBC:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis Killer [SELESAI]
Teen Fiction[Cover by @kangnield] Memilih. 1 kata yang mendeskripsikan kisah tentang Ketua Osis yang harus memilih antara Dia dan Dia. Dia yang selalu ada disisinya atau dia yang dulu ada dihatinya. Copyright © 2017 by Siti Hafifah [SUDAH di REVISI]