"Kenapa kita bertemu lagi? Setelah lu pergi gitu aja? Dulu."
-Tania Putri Nasution-
Happy reading❤
Bi----"
"Bin- tang?" Nafas Tania tercekat saat melihat orang ya ada didepannya. Untuk memanggil namanya saja berat sekali.
Sungguh, Tania tak habis pikir setelah sekian lama dia tidak bertemu dengannya, dan kali ini akibat perbuatan cerobohnya dia bisa bertemu dengannya Lagi. Memang, tidak ada yang tidak mungkin didunia ini jika tuhan sudah berkehendak.
Luki Bintang Anggara, lelaki yang memiliki postur tubuh tinggi, kulit hitam manis, rambut hitam legam, bibir tipis dan mata jernihnya yang selalu membuat Tania terpaku saat menatapnya dan jangan lupakan senyum manis yang mengembang di bibirnya mampu membuat Tania meleleh seketika.
"Tania?" ucap Bintang ragu-ragu, pasalnya dia masih tidak percaya dengan gadis yang berada didepannya ini, yang tidak sengaja menabrak dirinya.
Ucapan Bintang berhasil membuyarkan lamunan Tania. Tak terasa cairan bening keluar dari matanya. Entah kenapa perasaan Bintang pada Tania tidak berkurang sedikit pun, mungkin jika orang melihatnya itu terlihat lebay tetapi Tania sudah tidak bisa mengontrol rasa rindunya yang sudah membuncah dan meloloskan dalam bentuk air mata.
Tania tidak menjawab ucapan Bintang, dia tidak sanggup lagi jika terus-terusan berada dalam ruangan yang sama bersama Bintang! Apalagi jika berhadapan terus menerus seperti ini! Bisa-bisa dia dikira orang kurang waras karena menangis dengan alasan yang tidak masuk akal "ketemu mantan gebetan!" iuhhh sangat tidak berkualitas! Maka dari itu dia meninggalkan Bintang dengan sepihak. Bodo amat lah jika nantinya dia di cap sebagai mantan gebetan lupa diri!
"Tania..."
"Tania lu kenapa?"
Teriakan Bintang sama sekali tidak digubris oleh Tania, sebenarnya Tania ingin menanyakan sesuatu dulu terhadap Bintang itu pun jika air matanya tidak terus menerus keluar dan membasahi kedua pipinya.
"Mbak, bayar dulu." ucap salah satu pegawai yang ada di toko itu kepada Tania.
Tania menepuk jidatnya, bagaimana dia bisa lupa untuk membayar my baby Darka hula-hulanya! Ah gara-gara Bintang Tania hampir saja disebut sebagai pencuri, untung saja ada yang mengingatkan walaupun dirinya harus menanggung MALU!
Ceroboh banget si lu Tan! Bodoh! Bodoh! Bodoh! Tania membatin mengerutuki kecerobohannya, lagi.
Maaf ya my baby Darka Hula-hulanya Tania, maaf Tania hampir aja mau nyolong kamu Tania memeluk novel Darka erat sambil celingak-celinguk mencari Bang Ezza yang sekarang entah ada di mana.
"Ketemu!" Ucap Tania sumringah saat melihat Bang Ezza sedang memilah buku.
Tania berjalan ke arah Bang Ezza. "Abang ayo pulang." rengek Tania sambil menarik baju Bang Ezza.
Bang Ezza memutar bola matanya malas. "Bentar An, Abang masih milih novelnya. Abang pilih yang mana ya An, yang ini apa yang---" belum sempat menyelesaikan perkataannya Tania sudah menarik baju Bang Ezza dan menuntunnya ke kasir.
"Kamu apa-apaan sih An?" tanya Bang Ezza sebal plus kesal.
"Udah jangan banyak tanya Bang, sekarang Abang bayar dulu novelnya terus kita pulang." ucap Tania yang ditanggapi dengusan oleh Kakak lelakinya itu.
Disisi lain Bintang sedang memperhatikan kedua kakak- beradik itu. Ingin rasanya dia berbicara seperti dulu, dulu saat dirinya bisa dibilang lebih dekat dari sekadar teman.
Tetapi, itu masa lalu dan masa lalu seharusnya dilupakan atau cuma dijadikan sebagai kenangan.Bintang mengalihkan pandangannya saat Tania dan kakaknya meninggalkan toko buku.
***
Tania sedang mengurung dirinya sendiri di kamar, setelah pulang dari toko buku Tania langsung berlari ke kamarnya. Hal itu membuat kedua orangtua-nya keheranan, alhasil Bang Ezza lah yang diminta pertanggung- jawabannya.
"Tania, kamu apain Bang? Pulang-pulang kok mukanya masam begitu?" ucap Papah Tania, Mahardika Nasution.
Bang Ezza memijat pelipisnya. "Ezza juga enggak tahu Pah, pas dia udah ada di kasir udah aneh kayak begitu."
Papah Tania menggelengkan kepalanya, sementara Mamah Tania bingung harus bagaimana menanggapi anak bungsunya ini.
"Kamu samperin gih Bang ke kamarnya! Bawa makanannya juga." suruh Papah Tania.
Bang Ezza mengangguk lemas, beranjak dari meja makan dan membawa sepiring makanan untuk adik tersayangnya.
Tok... Tok... Tok..
Bang Ezza berkali-kali mengetuk pintu kamar Tania, tetapi tidak ada tanda-tanda jika Tania akan membukakan pintunya.
"An... Buka dong pintunya!" teriak Bang Ezza sambil menempelkan telinganya dengan pintu kamar Tania.
"Buka aja Bang, enggak dikunci kok." ucap Tania dari dalam kamar.
Bang Ezza membuka pintu kamar Tania, disana Tania sedang membaca novelnya sambil memakan coklat.
Bang Ezza manjatuhkan bokongnya di pinggir kasur Tania. "An kamu kenapa udah pulang dari toko buku jadi aneh gini?"
"enggak apa-apa Bang." ucap Tania pelan dan menatap lurus novelnya.
Jiah.. Perempuan ngeluarin kata-kata mautnya! Hadeh... Pusing qoqo! Bang Ezza menepuk jidatnya.
"Abang disini An, bukan disana." ucap Bang Ezza sambil mengusap kepala Tania.
"Abang tanya sekali lagi, ada masalah?" ucap Bang Ezza.
Tania mendingakan kepalanya dan menatap Bang Ezza serius. "Iya enggak apa-apa Bang."
"Ya udah kalau enggak mau cerita enggak apa-apa tapi, jangan lupa makan dulu! Kamu sakit kan bikin repot." ucap Bang Ezza dengan kekehannya dan keluar dari kamar Tania.
Tania memicingkan matanya menatap Bang Ezza dan dengan gerakan cepat boneka beruang melayang ke arah Bang Ezza tepat diwajah tampannya.
"Tania..." teriak Bang Ezza dan mencoba masuk lagi ke dalam kamar Tania tetapi dengan sigap Tania menutup pintu kamarnya sambil tertawa.
Mungkin lebih baik Abang enggak tahu soal ini, gumam Tania
Tania membuka jendela kamarnya, mata Tania berbinar saat melihat bintang bertebaran di langit. Indah, ah ralat sangat indah, Pikir Tania.
Apa bintang selalu bersinar? Disini, dihati ini?
Tania mengadahkan tangannya di dadanya, mencoba merasakan detak jantungnya sambil terus menatap bintang yang bertebaran di langit.
+++
Tbc
Minta dukungannya ya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis Killer [SELESAI]
Teen Fiction[Cover by @kangnield] Memilih. 1 kata yang mendeskripsikan kisah tentang Ketua Osis yang harus memilih antara Dia dan Dia. Dia yang selalu ada disisinya atau dia yang dulu ada dihatinya. Copyright © 2017 by Siti Hafifah [SUDAH di REVISI]