[25]-Kepo itu Harus!

5.8K 290 16
                                    

Arghhh....

Reno menggeram frustasi melihat Arga dan Dimas yang sedari tadi masih beradu mulut dalam keadaan genting seperti ini.

"Woy kecoak kembar! mulut kalian kayak Emak-emak komplek!" ujar Agung.

"Bukan lagi Gung." ujar Reno sambil mengepalkan tangannya. "Kalau kalian masih berisik gua lakban mulut kalian sampe kumis tipis lu pada nempel dilakban!"

Dengan gerakan cepat Arga dan Dimas langsung membekap mulutnya dengan kedua tangannya masing-masing.

Agung yang melihatnya hanya terkekeh geli. Memang tingkah konyol sahabat dapat membuatnya senang.

"Eh anjir gercep woi ganti baju! Kita udah telat ini!" ucap Reno sambil berteriak membuat ketiga sahabatnya belingsatan.

"Gua lupa." Arga menepuk dahinya sambil terkekeh geli.

Mereka berempat langsung pergi ke kamar Dimas, dikarenakan saat ini mereka berada di rumah Dimas.

Dimas mengambil kunci mobilnya. Kemudian tanpa intruksi dari si pemilik mobil, Reno, Agung dan Arga langsung masuk ke dalam mobil Dimas. Dimas yang melihatnya langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Untungnya jalanan saat ini lumayan sepi. jadi, memungkinkan mereka bisa melaluinya tepat waktu.

+++

"Guys pulang yuk udah jam delapan ini!" ucap Lena cemas.

"Bentaran dulu napa! Punya apa emang di rumah? Sekali-kali Len, enggak bakal sampe jam 12 juga kok." keluh Syifa.

"Tapi bener ya jangan sampai malem-malem, entar Lena dimarahin sama Papah." ucap Lena sambil mengerucutkan bibirnya.

"Iya Lena." ucap ketiga sahabatnya, yang membuat Lena terkekeh pelan.

Di depan mereka terlihat pemilik cafe sedari tadi sedang sibuk menghubungi seseorang membuat Tania, Lara, Syifa dan Lena penasaran. Sayup-sayup terdengar pembicaraan antara Pemilik cafe dengan seseorang yang berada ditelpon.

"Kalian dimana?! Apa kalian tidak tahu sekarang sudah jam berapa?! Pelanggan disini sudah ramai! Kalau kalian tidak sampai disini 5 menit lagi kalian akan tidak usah lagi-" ucap Pak Dedi dengan nada kesalnya.

"Jangan dong Om... Sebentar lagi kita sampai disana, masa Om tega sih sama keponakan om yang gantengnya kelewatan ini. Btw, Om kok ngomongnya formal kayak gitu sih? Aku kok jadi geli-geli gimana gitu ya." ucap seseorang yang dihubungi oleh Pak Dedi.

"Kamu ini bisa-bisanya bercanda disaat genting seperti ini Mas."

"Jangan panggil aku Mas dong Om! Berasa tua aku jadinya padahal kan tuaan Om."

"Udah Mas jangan mengalihkan pembicaraan kalau kalian belum sampai disini 5 menit lagi Om benar-benar akan menghentikan kontrak kalian."

"Iya Om kita pasti nyampe disana bentar lagi Om tung-" Pak Dedi, pemilik cafe itu langsung menutup panggilannya dengan sepihak dan terlihat dari raut wajahnya dia sedang kesal dan marah.

"Kayaknya Pak Dedi lagi marah deh sama ponakannya" ucap Syifa.

"Iya gua juga denger dia manggil Mas- Mas- gitu" ujar Lara penasaran.

"Iya betul deh! Kayaknya dia lagi kesal plus marah sama ponakannya yang Mas- Mas- itu!" ucap Tania yang mulai antusias.

"Len cari tahu gih! Pak Dedi kenapa kesal kayak begitu." ujar Lara.

Lena memicingkan matanya. "Ih males banget! Lena enggak mau! Kan Lara yang kepo, bukan Lena!"

"Tapi kan, Bokap lu sama Pak Dedi itu temenan Len!" elak Lara.

Ketua Osis Killer [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang