[22]-Pacar?

6.4K 318 4
                                    

"Bang, cepetan dong! Nyalip-nyalip aja Bang!" Reno terus saja mengoceh membuat telinga Abang Grab panas dengan ocehannya.

"Iya Dek santai aja kayak di pantai." ucap Abang Grab yang diakhiri dengan cengirannya.

Mungkin saat ini Abang Grab ingin menenangkan Reno tetapi dalam keadaan genting seperti ini Reno tidak ingin bercanda apalagi ini menyangkut reputasi Ketos tercintanya.

"Ini di jalan Bang bukan pantai!" ucap Reno ketus.

"Slowin aja atuh." ucap Abang Grab.

Arghhhh...

Reno menghela nafas kasar, dia bingung harus pergi kemana untuk menemukan keberadaan Tania.

"Bang kenapa berhenti?!" ucap Reno dengan nada kesalnya.

Abang Grab menunjuk ke depan. Ternyata hari ini ada perbaikan jalan, terjadilah kemacetan panjang. Apalagi motor yang mendominasi jalan ini membuatnya semakin tak terkendali.

"Udah deh bang turun disini aja!" ujar Reno ketus.

"Tapi-- " ucapan Abang grab terhenti ketika Reno turun dari motor dan memberi beberapa lembar uang.

Reno berjalan ke arah rumah Tania walaupun kakinya sudah lelah untuk melangkah lagi. Tetapi apa boleh buat semua orang tidak bisa mencegah apa yang akan dilakukannya karena sikap keras kepalanya.

***

"Mah, jam berapa sekarang?" Tania mengerjapkan matanya beberapa kali.

Tania mencoba meraih jam bekernya, terlihatlah disana menunjukkan pukul 06.30 membuat Tania terlonjak kaget.

"Huaaaa jam setengah tujuh! Mati! Mati gua!" teriak Tania

"Mamah..."

"Mah.. Mamah..."

Tania terus saja berteriak, dengan tergesa-gesa dia melompat dari kasur empuknya yang kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk memulai ritual mandinya tetapi kali ini dia mencoba untuk mandi coboy itulah yang akan dilakukannya.

Setelah mengenakan seragam dan menyiapkan keperluan untuk sekolah dia langsung ke lantai bawah untuk menemui Mamahnya.

Tania menghampiri Mamahnya yang sedang memasak di dapur "Mamah kenapa enggak bangunin Tania?" ucap Tania sambil mengambil susu coklat yang ada ditangan Mamahnya.

Mamah Tania menghela nafas "kalau minum itu duduk." Mamah Tania memperingatkan anaknya itu yang dibalas cengiran oleh anak bungsunya itu.

Tania kembali teringat dengan tujuannya saat ini. Yaitu, pergi ke sekolah tanpa harus terlambat mengikuti upacara bendera dan terbebas dari Pak Jono.

"Mamah... Gimana nih Tania bakal terlambat sekolah terus Tania bakal lengser dari jabatan ketua osis! Oh tidak! Tania enggak mau!" Tania terus saja mengoceh membuat Mamahnya pusing dengan tingkah laku anak gadisnya ini, padahal sebentar lagi Tania berusia 17 tahun. Seharusnya Tania bisa lebih dewasa. Namun setiap orang pasti memiliki perilaku dan sifat yang berbeda.

"Minta diantar aja sama Abang kamu, sekalian dia juga mau ke kampus kayaknya." ucap Mamah Tania sambil merangkul pundak anaknya untuk segera menemui kakaknya.

"Ya udah Mah Tania nyamperin Bang Ezza." Tania melangkah ke kamar kakaknya tetapi kakaknya saat ini sedang menuruni tangga.

"Bang anterin Ania ke sekolah dong Ani udah telat nih!" rengek Tania sambil melihat jam tangan yang melekat di pergelangan tangan kirinya.

Perlu diketahui jika Tania selalu menyebut dirinya sebagai Ania kepada kakaknya. Itu adalah nama panggilan kesayangan dari kakaknya.

"Ya udah ayo." ucap Bang Rezza sambil merangkul adik kesayangannya itu, tak lupa mereka berdua berpamitan terlebih dahulu kepada Mamahnya.

Ketua Osis Killer [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang